Kisah Serda Kowad Ni Putu, penerjun payung cantik & berprestasi
Putu pernah menyabet Medali Emas Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jabar dan juara dunia junior CSIM di Solo September 2014.
Tak banyak kaum hawa yang bernyali besar melakukan terjun freefall (terjun payung) dari ketinggian 8.000 feet. Namun, tidak bagi Serda Kowad, Ni Putu Irma Purnama Dewi.
Wanita kelahiran 5 September 1990 Dili Timor-Timor ini mengaku awalnya tergugah mencintai olahraga ekstrem tersebut tahun 2011. Kala itu dirinya tengah menyaksikan demo freefall dan langsung terkagum-kagum melihat para penerjun payung tersebut.
"Pertama kali saya tertarik saat lihat demo terjun payung, kayaknya asik juga kalau ikutan. Ya sudah saya putuskan 2011 ikutan latihan di Batujajar Kopassus selama 1 bulan," kata Ni Putu kepada merdeka.com ketika ditemui di Lapangan Gatot, Cijantung, Jakarta Timur, Minggu (7/12).
Namun, wanita yang akrab disapa Putu tersebut, mengaku sempat ketakutan dan sangat tegang ketika pertama kali mencoba latihan terjun payung.
"Jujur waktu awal pertama terjun tegang dan takut banget, namanya juga manusia ya wajar takut dari ketinggian. Tapi dari awal saya punya niat dan tertarik menggeluti olahraga ini, rasa takut dan tegang saya jadiin motivasi dan tantangan. Alhamdulillah sekarang jadi rileks dan udah jadi hobi saya olahraga ini," ujarnya.
Jerih payah dan tekadnya yang bulat membuat wanita ini tergabung di Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD) dan terbayarkan dengan segudang prestasi. Prestasi paling anyar adalah Medali Emas Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat yang berlangsung di Kabupaten Bekasi bulan November lalu, dalam kategori akurasi ketinggian 4.000 feet. Selain itu wanita berparas manis ini juga pernah menyabet juara dunia junior CSIM di Solo September 2014.
Namun, dari begitu banyaknya prestasi yang ditorehkannya itu, Putu mengaku paling berkesan melakukan terjun payung di Aceh.
"Waktu di Aceh 17 Agustus 2013 kemarin itu baru ngerasain terjun pakai senjata dan dibawa kontainer. Karena memang disuruhnya seperti itu buat antisipasi adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Nah, waktu sebelum terjun sampai ngebayangin, nanti pas terjun gimana ya kalau tiba-tiba ada yang nembak," imbuh Putu sambil tersipu malu.