Kisah Tan Malaka ditangkap atas restu Rp 100 ribu dari Soekarno
Tan Malaka ditangkap pada pertengahan Maret 1946 dan baru dibebaskan 16 September 1948.
Tan Malaka ditangkap pada pertengahan Maret 1946 usai menghadiri Kongres Persatuan Perjuangan (PP) ke-4 di Madiun. Saat itu seorang pemuda dari kelompok Prapatan yang juga seorang wartawan yakni Aboe Bakar Loebis mengungkapkan kegundahannya atas kondisi politik saat itu ke Perdana Menteri Sjahrir.
Pemuda yang kagum kepada Sjahrir itu berpandangan haluan perjuangan Tan Malaka yang tak mengenal kompromi dan heroik amat menyentuh rasa patriotisme. Namun, tidak rasional dan realistis. Sementara, Sjahrir mengaku sangat sukar berhadapan dengan agitasi di dalam negeri yang sangat hebat.
Atas curhat Sjahrir itu, Aboe Bakar Loebis menilai, Tan Malaka harus disingkirkan atau ditahan. Setelah berbicara dengan kerabatnya di Yogyakarta, Soebadio, keduanya lantas menemui Mendagri Soedarsono dan Menhan Amir Sjarifuddin di tempat terpisah. Dua menteri itu lantas mengambil keputusan agar Tan Malaka dan para pemimpin PP segera ditangkap.
Saat itu Amir dan Soedarsono memberikan Aboe Bakar Loebis dan Soebadio surat perintah tertulis penangkapan Tan Malaka dkk. Keduanya ditugasi untuk melakukan penangkapan.
Rencana penangkapan terhadap Tan juga diketahui dan disetujui oleh Presiden Soekarno . Soekarno yang saat itu berada di Yogyakarta telah diberitahu soal rencana itu.
"Dari Soekarno , Loebis dan Slamet diberi uang RP 100.000 untuk biaya berlindung, dan sekretaris Soekarno meminjamkan mobilnya," demikian ditulis dalam buku 'Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Jilid I' Karya Harry A Poeze.
Keduanya lantas berangkat menuju Madiun. Dengan bermodal surat perintah dari dua menteri, mereka meminta bantuan polisi dan TRI setempat untuk menangkap Tan Malaka dan para pengikutnya. Namun, permintaan itu ditolak. Keduanya lantas meminta bantuan kepada Ormas Pesindo. Loebis meminta Pesindo menutup akses keluar kota agar Tan Malaka dan pengikutnya di PP tak bisa keluar Madiun.
Bantuan dari Polisi Tentara (PT) Madiun juga diperolehnya. Saat itu Komandan PT Madiun, Mayor Soenadi adalah bekas teman Loebis di sekolah. PT juga menempatkan di akses transportasi massal seperti kereta. Alhasil, setelah Kongres PP berakhir, para pemimpinnya yang hendak pulang ke kota asal berhasil ditangkap antara lain; Moh Yamin, Abikoesno Tjokrosoedjoso. Tapi Tan Malaka dan Soekarni belum juga tertangkap.
Tan Malaka yang telah mendapat laporan penangkapan itu meminta para pemuda memeriksa jalan menuju Magetan yang tak dijaga. Tapi semuanya sia-sia. Pesindo dan PT ternyata telah menjaga semua akses jalan.
Dalam biografinya 'Dari Penjara ke Penjara Jilid' Tan mengatakan sebenarnya bisa saja dirinya meloloskan diri meski Madiun telah dikepung Pesindo dan PT. Sebab, dalam pelarian di luar negeri, meloloskan diri dari kejaran musuh adalah hal yang biasa baginya. Namun, Tan memilih menghadapi secara kesatria. Sebab, saat itu ramai isu tak sedap mengenai dirinya. Tan disebut hanya bisa mengritik pemerintah dan akan lari jika ada masalah.
Singkat cerita, Tan Malaka akhirnya dipertemukan dengan Loebis di rumah penguasa daerah, Soesanto. Saat itu Tan dijanjikan akan dipertemukan dengan Bung Karno. Namun, hal itu dibantah oleh Loebis. Ia hanya menjamin keselamatan Tan Malaka tapi tak bisa menjamin mempertemukan dengan Soekarno .
Tan Malaka dan pengikutnya seperti Soekarni lantas dibawa menuju Yogyakarta seperti dijanjikan untuk bertemu Soekarno . Mereka berangkat dengan iring-iringan enam mobil yang dikawal ketat.
Namun, setibanya di Kadi Polo, Solo rombongan hanya tinggal dua mobil saja. Sisanya ada yang mengalami kerusakan dan pecah ban. Tan Malaka dkk lantas dipersilakan masuk ke sebuah rumah yang banyak berisi senjata api di dalamnya. Soekarni lantas diminta masuk ke dalam sebuah kamar. Setelah itu kamar langsung dikunci dari luar.
"Saya memprotes kepada kepala pengantar PT Madiun dan memperingatkan perlakuan ini adalah melanggar perjanjian kami di Madiun. Dengan suara terharu kepala pengantar PT Madiun menjawab bahwa dia hanya melakukan perintah saja dari PT Solo," kata Tan Malaka .
Tan lantas meminta dihubungkan dengan PT Solo. Permintaan itu dijanjikan akan dipenuhi. Tan lantas diminta menunggu di dalam kamar. Setelah Tan masuk ke dalam, kamar itu juga ikut dikunci dari luar.
Di sebelah kamarnya ternyata telah dikurung lebih dulu Moh Yamin dan di sebelah kamar Yamin ada Abikusno. Tan Malaka dan pengikutnya kemudian beberapa kali dipindahkan penahanannya ke sejumlah tempat. Tan baru dibebaskan pada September 1948.
Baca juga:
Misteri kematian Tan Malaka, antara Petok atau Selopanggung
Kisah Tan Malaka dapat surat wasiat Soekarno buat jadi presiden
Hari ini, 65 tahun lalu Tan Malaka ditembak mati tentara
Menelusuri perjalanan panjang Tan Malaka di Kediri
Tragis, seumur hidup berjuang, Tan Malaka tak ikut Proklamasi RI
-
Kapan Rumah Hantu Malioboro buka? Objek wisata ini buka setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 22.00.
-
Di mana rumah masa kecil Tan Malaka berada? Salah satu jejak sejarah yang saat ini masih tersisa yakni rumahnya yang berada di Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
-
Dimana lokasi Jembatan Talang Bululawang? Jembatan Talang Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang Malang) terletak di dua desa, yaitu Desa Bululawang dan Desa Krebet Senggrong, Kabupaten Malang.
-
Kapan Waduk Kembangan buka? Jam operasional Waduk Kembangan adalah setiap hari, mulai pukul 07.00 hingga 19.30 WIB.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.