Komandan Kopaska sebut lokasi pencarian AirAsia banyak ular laut
Setiap menjelang terjun ke dalam laut, para penyelam diharuskan meminum serum atau anti bisa ular lebih dulu.
Sejauh ini faktor cuaca menjadi halangan utama pencarian jenazah penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501 di Pangkalanbun. Penggunaan sonar dan penyelaman bawah laut pun tak membuahkan hasil akibat keterbatasan jarak pandang yang mencapai nol meter.
Dasar laut yang gelap dan berlumpur menambah kengerian lokasi pencarian. Apalagi lumpur di dasar laut seringkali didiami oleh predator laut yang berbahaya.
"Binatang laut yang berada di lumpur itu berbahaya bagi penyelam," kata Komandan Detasemen IV Kopaska Armabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa di Lanud Iskandar Pangkalanbun Kalimantan Tengah, Selasa (6/1).
Jenazah penumpang AirAsia pun pada hari kesepuluh ini juga telah mengalami kerusakan yang parah. Sehingga dimungkinkan akan mengundang datangnya predator-predator laut.
"Kondisi jenazah yang mulai mengalami pembusukan karena terlalu lama di dalam air laut akan mengeluarkan bau amis," terang dia.
Tak hanya cuaca, para penyelam harus mewaspadai predator laut tersebut. Salah-salah mereka yang akan menjadi mangsanya saat melakukan penyelaman.
Namun, sampai saat ini ikan buas seperti hiu belum ditemukan berkeliaran di sekitar lokasi pencarian. Tapi ada satu hewan laut lain yang juga menjadi momok para penyelam, yaitu ular laut.
Sebagian ular laut sangat berbisa, ketika ular yang mirip belut itu menggigit tak akan menimbulkan rasa sakit. Bahkan banyak penyelam yang tak sadar telah digigit ular laut setelah selesai melakukan penyelaman.
"Ular laut, sekali patok, tidak sampai satu menit kita mati. Bisanya lebih bahaya dari cobra (ular)," ujar dia.
Setiap menjelang terjun ke dalam laut, para penyelam diharuskan meminum serum atau anti bisa ular lebih dulu. Hal itu untuk mengantisipasi jika digigit oleh ular laut sewaktu-waktu sudah kebal tubuhnya.
"Itu untuk antisipasi karena tubuh kita mengeluarkan bau amis," tutur dia.
Selain ular laut atau hiu, ada lagi yang perlu diwaspadai para penyelam yaitu ikan pari. Selama ini ekor ikan pari dikenal mematikan jika sampai menusuk tubuh manusia.
"Ikan pari juga bahaya buntutnya jika nusuk tubuh," tambah dia.
Para penyelam yang diterjunkan oleh Basarnas dalam operasi pencarian AirAsia QZ8501 terdiri dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Komando Pasukan Katak (Kopaska), dan Pengintai Amfibi (Taifib). Jumlahnya totalnya ada 66 orang dengan tugas utama mencari, menemukan, lalu mengevakuasi black box (kotak hitam) Pesawat AirAsia QZ8501.
Baca juga:
Rektor UI dukung AirAsia beri beasiswa ke anak korban
OJK ungkap alasan Jasa Raharja tak bayar asuransi korban AirAsia
Siapkan Rp 12 M, Dayin Mitra siap bayar asuransi korban AirAsia
OJK: Evakuasi selesai, asuransi korban AirAsia cair
25 penumpang AirAsia QZ8501 dapat tambahan asuransi Rp 750 juta
2 Jenazah penumpang AirAsia kembali ditemukan, total sudah 39
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Apa saja yang rusak di Air Panas Citando? Saat ini, sejumlah fasilitas di sana sudah banyak yang rusak. Bahkan, tempat selfie atau swafoto yang dibangun sudah dalam kondisi rubuh.