Komika Dani: Saya cari tawa, bukan cari kasihan
Komika Dani: Saya cari tawa, bukan cari kasihan. Komika asal Malang ini tak minder dengan kondisi fisiknya. Dia justru menjadikannya sebagai materi stand up.
Tidak banyak penyandang disabilitas yang berani menjadi seorang comic, apalagi dengan keterbatasan verbal (suara) dan fisiknya. Namun tidak demikian dengan Dani Aditya (25), comic asal Malang, Jawa Timur yang mendalami stand up comedy sejak sekitar tiga tahun terakhir.
Dani dengan percaya diri melempar joke-joke yang menjadi ciri khas pembawaannya. Bahkan tidak segan menggunakan kekurangan fisiknya menjadi materi lawakan.
"Kami ingin diperlakukan seperti orang lain. Gini-gini saya juga ingin tawuran lho, walaupun hanya bagian menjaga tas teman," kata Adit melemparkan guyonan saat ditemui di Warung Isor Nongko, Jalan Sultan Agung Kota Malang, Senin (7/11).
Kata Dani, materi stand up yang disampaikan selama ini sebagai pesan dari para penyandang disabilitas kepada masyarakat. Dari situ, masyarakat diharapkan mengetahui yang diinginkan para penyandang difabel.
Khalayak dinilainya banyak yang tidak memahami ketika berhadapan dengan kaum difabel. Padahal tidak butuh diperlakuan khusus atau istimewa, justru ingin diperlakukan seperti kebanyakan orang.
"Saya ingin menyuarakan anak-anak seperti saya. Kita anak difabel tidak perlu dikasihani," tegasnya.
Dani sukses masuk dalam Stand Up Comedy Kompas TV 5 (Suci 5), tetapi audisi sudah diikutinya sejak Suci 4. Pria kelahiran Malang, 17 November 1991 itu sudah beberapa kali mengikuti tur ke sejumlah kota di Indonesia.
Namanya pun semakin dikenal sebagai seorang komika penyandang difabel. Sepanjang sebagai comic, materi lawakan tentang disabilitas selalu dieksplore dan dibawakan di depan penggemarnya. Tetapi Adit tidak mau kondisinya itu sebagai bahan agar mendapat belas kasihan.
Setiap tampil di panggung, Dani harus berada di atas kursi roda, karena kakinya memang tidak kuat menjadi tumpuan tubuhnya. Tetapi saat berjalan atau ke mana pun memilih jalan seperti kebanyakan orang.
"Kalau di panggung memang harus butuh kursi roda. Kalau akses ke panggung biasanya butuh dibantu petugas. Saya enggak kuat berdiri lama, tapi kalau jalan biasa ya," katanya.
Dani sendiri tidak jarang menerima perlakuan yang justru terlihat sebagai bentuk belas kasihan. Katanya, ada penonton ternyata yang tidak mau tertawa karena 'kasihan', padahal sebagai comic memang butuh ditertawakan.
"Kok anaknya kayak gini, kalau diketawain kasihan. Padahal 'memang saya cari tawa, bukan cari kasihan'. Garing kalau tidak ada yang mau tertawa," ungkapnya.