Kota Solo kerap banjir lantaran drainase buruk
40 persen drainase yang ada sekarang ini mengalami sedimentasi.
Intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini mengakibatkan sejumlah wilayah di Kota Solo, Jawa Tengah, banjir. Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya pemeliharaan drainase. Bahkan 40 persen drainase yang ada sekarang ini mengalami sedimentasi.
Wali Kota Solo, FX Hadi Rudytamo mengatakan, untuk menangani buruknya drainase tersebut Pemerintah Kota Solo akan memfungsikan sejumlah pintu air peninggalan Belanda. Dua pintu air dalam waktu dekat akan difungsikan kembali. Yakni pintu air yang mengarah ke drainase Keraton Surakarta dan pintu air di kompleks Taman Sriwedari.
"Kami sedang menyusun anggaran ke DPRD atau ke Pemerintah Pusat, dua pintu itu akan kita fungsikan," Rudytamo, Jumat (22/7).
Rudy mengungkapkan sistem drainase yang menuju Jalan Slamet Riyadi sangat rumit karena banyak belokan. Seharusnya, air langsung masuk ke Tambak Segaran di kompleks Taman Sriwedari. Rudyatmo mengatakan, Tambak Segaran merupakan tempat penampungan saluran drainase dari jalan-jalan protokol menuju Kali Jenes, sebelum masuk ke Sungai Bengawan Solo. Namun, Tambak Segaran juga penuh dengan sedimentasi sehingga harus dikeruk.
Kepala DPU Solo, Endah Sitaresmi menjelaskan, sistem saluran drainase Kota Solo terbagi dalam empat daerah pengaliran, yaitu Bengawan Solo, Kali Pepe Hilir, Kali Anyar, dan Kali Premulung. Daerah pengaliran ini selanjutnya dibagi dalam sub-sub daerah pengaliran.
"Panjang saluran drainase di Solo adalah 35,7 kilometer untuk drainase primer, sedangkan drainase sekunder 67,5 kilometer, dan drainase tersier 455,3 kilometer," ucapnya.
"Dari jumlah tersebut sekitar 40 persen saluran drainase tidak berfungsi optimal karena tingkat sedimentasi yang tinggi. Akibatnya sering muncul genangan air di perkotaan seusai hujan deras, apalagi jika Waduk Gajah Mungkur penuh sehingga harus dibuka," jelasnya.
Dia menyebut, sejumlah drainase kota yang buruk tersebut, antara lain drainase primer di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, drainase Kotta Barat, dan drainase di Jalan Dr Rajiman. Dibutuhkan dana sekitar Rp 40 miliar untuk perbaikan, namun APBD 2015 lalu hanya mengalokasikan dana Rp 5 miliar.