Kutip Data BNPT, Menag Sebut Banyak Orang Indonesia Belajar Agama di Internet
"Jadi menunjukan minatnya pemahaman-pemahaman agama mencari pengetahuan di medsos luar biasa tingginya," ucap dia.
Menteri Agama, Fachrul Razi melihat, sebagian besar masyarakat Indonesia mencari informasi mengenai religiusitas dengan cara berselancar di dunia maya. Dia merujuk data yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun 2019.
Fachrul bilang, masyarakat Indonesia kerap mencari ihwal keberadaan Tuhan lewat internet. Mereka juga menyebarkan konten tentang agama.
-
Apa yang dilakukan Rumiyati Ningsih di media sosial? Jadi Seorang Selebgram Tuh, beda banget sama suaminya yang kerja di film, Rumiyati malah asyik banget di sosmed, sekarang jadi selebgram nih.
-
Apa yang dibagikan Irzan Faiq di media sosial? Irzan baru saja membagikan momen bahagianya setelah berhasil lulus sidang di Universitas Diponegoro. Ekspresi kebahagiaan jelas terlihat di wajahnya.
-
Apa yang dibagikan El Rumi di media sosial? El Rumi baru saja membagikan momen manis bersama kekasihnya, Syifa Hadju.
-
Siapa yang kerap mengunggah kesehariannya di media sosial? Setelah menikah dengan Harvey Moeis dan memiliki 2 anak, Sandra kerap mengunggah kesehariannya di media sosial.
-
Apa saja tantangan media massa di tahun politik? Tantangan inilah yang akan dihadapi media massa dalam menghasilkan jurnalisme berkualitas.
-
Apa saja yang dipamerkan Ustaz Solmed di media sosial? Ustaz Solmed menjadi perbincangan di media sosial karena kerap memamerkan gaya hidup mewahnya, memicu respons netizen.
"Dengan mengutip indeks desiminasi media sosial yang diterbitkan BNPT tahun 2019 diperoleh angka indeks sebesar 39,89. Ini (patokan) indeks tertingginya 100, 9,89 orang Indonesia yang menggunakan medsos mencari dan menyebarkan konten tentang agama," kata Fachrul di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11).
"Seperti keberadaan Tuhan indeks yang didapat 43,91, sifat-sifat Tuhan 40,31, kuasa Tuhan 40,31, dan kisah hidup orang-orang suci 36,72," sambungnya.
Fachrul menyimpulkan, dari data tersebut hampir dari setengah total masyarakat Indonesia menggunakan medsos untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Serta mencari informasi tentang persoalan kehidupan termasuk masalah agama.
"Jadi menunjukan minatnya pemahaman-pemahaman agama mencari pengetahuan di medsos luar biasa tingginya," ucap dia.
Anggap Tokoh Agama Alternatif
Dengan fasilitas internet itu, kata Fachrul, masyarakat cenderung menganggap otoritas agama seperti kiai, ustaz, guru dan guru agama tradisional hanya pilihan alternatif belaka dari kehidupan sehari-hari mereka. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang sangat taat kepada fatwa kepala otoritasnya.
"Mereka berkonsultasi dengan berbagai sumber untuk memenuhi kehausan agamanya. Sering kali kita mendengarkan tafsir-tafsir agama mainstream dikalahkan oleh pilihan-pilhan personal bersumber dari yang bukan otoritas, tapi mungkin demi memenuhi akal sehat mereka," tuturnya.
Rawan Terpapar Paham Radikal
Akibatnya, kata Fachrul, pemikiran keagamaan sebagian besar adalah masyarakat cenderung intoleran dan rawan terpapar ideologi radikal.
"Atau sebaliknya jadi super toleran yang mengganggu sendi-sendi beragama," tandas Wakil Panglima TNI itu.
(mdk/ray)