Mahasiswa Brawijaya ciptakan aplikasi belajar bahasa isyarat
Aplikasi ini dilengkapi video peraga untuk belajar bahasa isyarat.
Kaum difabel atau kebutuhan khusus mempunyai kesempatan sama dalam bidang pendidikan. Sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) telah merevisi persyaratan masuk bagi difabel pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Kebijakan ini membuka peluang mereka yang berkebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi layaknya mahasiswa yang masuk dari jalur reguler. Universitas Brawijaya (UB) mulai membuka jalur seleksi calon mahasiswa berkebutuhan khusus atau difabel sejak 2012 dengan nama Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD).
-
Apa yang dilakukan oleh aplikasi Narajiwa untuk mahasiswa? Aplikasi itu bernama Narajiwa. Aplikasi tersebut dibuat untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada mahasiswa.
-
Kenapa mahasiswa UNS membuat aplikasi Narajiwa? Ia menjelaskan bahwa pengembangan aplikasi ini bermula dari keresahan akan perilaku Non Suicidal Self Injury (NSSI) yang dilakukan oleh mahasiswa. Melalui Narajiwa, mahasiswa psikologi UNS berupaya menurunkan tingkat atau frekuensi perilaku NSSI.
-
Apa inovasi yang dibuat oleh siswa SMK Kupang? Siswa SMK di Kupang sukses membuat jemuran pintar.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Kapan motto hidup mahasiswa lucu digunakan? Motto hidup bagi mahasiswa seringkali menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam menjalani kehidupan kampus yang penuh tantangan dan kesibukan. Motto hidup tidak selalu harus serius; banyak mahasiswa memilih motto yang lucu untuk menambah semangat dan keceriaan dalam rutinitas mereka.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
Bercampurnya mahasiswa dari program reguler dengan mahasiswa difabel membuat kebutuhan akan komunikasi menjadi penting agar bisa saling dimengerti oleh kedua belah pihak. Kebutuhan ini membuat Bambang Cahyo Soetrisno, mahasiswa Informatika Universitas Brawijaya membuat Aplikasi Edukasi Belajar Bahasa Isyarat Indonesia.
Bambang harus sering berinteraksi dengan rekannya yang menyandang tuna rungu. Dia kemudian belajar bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) dan mentransformasi menjadi sebuah aplikasi.
"Aplikasi yang dibuat untuk dioperasikan pada perangkat android dengan beberapa fitur, yaitu pencarian suara, pencarian teks dan fitur daftar kosa kata dasar," kata Bambang Cahyo Soetrisno di Universitas Brawijaya, Kamis (14/7).
Setiap fitur dibuat dengan tujuan membantu pengguna mencari kata yang ingin dipelajari bahasa isyaratnya. Setiap fitur menyuguhkan metode pencarian yang berbeda.
Fitur pencarian suara, pengguna tinggal mengucapkan kata yang ingin dicari dengan menggunakan perangkat microphone. Maka kemudian akan muncul kata yang diinginkan beserta video cara memperagakan bahasa isyaratnya.
Pada fitur pencarian teks, pengguna aplikasi tinggal mengetik kata yang dikehendaki dan tekan tombol cari. Maka akan keluar kata yang diinginkan beserta video peragaan bahasa isyaratnya.
Sementara pada fitur daftar kosa kata, pengguna aplikasi tinggal memilih kata yang diinginkan dari daftar yang ada. Lewat satu sentuhan dapat memunculkan video peragaan bahasa isyaratnya. Dalam pengembangan aplikasi ini, dia mengaku banyak terbantu oleh teman-temannya penyandang difabel. Salah satunya dari Marquel Dwi Putranto, mahasiswa penyandang tuna rungu yang menjadi model untuk video peragaan bahasa isyarat pada aplikasi ciptaannya.
"Dari hasil survei pada teman-teman difabel, saya sudah mendapatkan daftar 400 kata yang menurut mereka biasa atau sering digunakan sehari-hari. Tapi baru 200 kata yang sudah dibuat videonya dan bisa diakses di aplikasi. Teman-teman saat dimintai bantuan langsung merespon positif. Jadi tidak ada kesulitan," ungkapnya.
Bambang menuturkan, aplikasi ciptaannya ini masih harus dikembangkan lagi. Selain membutuhkan tambahan kosa kata, juga perbaikan kualitas video peraga serta perbaikan sistem untuk kenyamanan pengguna.
Aplikasi ini telah diakui keunggulannya dengan dinobatkan sebagai juara 2 dalam ajang Hackathon Indonesia Android Kejar 2016 pada 25 – 26 Mei 2016. Kompetisi tersebut digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang ditujukan khusus bagi para pengembang aplikasi di Indonesia dengan dukungan Google Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Bukalapak.
Dari 2.500 partisipan lima aplikasi terbaik yang terpilih sebagai juara. Ajang tersebut juga menghadirkan juri yang kompeten yaitu Ananto Kusuma Seta (Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk Inovasi dan Daya Saing), Andrew Kurniadi (Google Developer Expert, Android), Sanny Gaddafi (Google Developer Expert, Product Strategy), Sigit Adinugroho (Freelance UX Designer) dan Hasanul Hakim (Kepala Aplikasi Mobile Bukalapak)
(mdk/noe)