Mahasiswa UNY olah alpukat jadi permen penawar racun
Buah alpukat bisa sebagai penetral radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel dalam tubuh.
Buah alpukat umumnya dijadikan bahan campuran untuk minuman. Namun kali ini, Fransiscus Iwan Susilo dan Niken Istikhari Muslihah, yang merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), berhasil mengolah buah bernama latin Persea Americana Mill itu menjadi permen antioksidan.
Apa alasan mereka memilih alpukat?
"Alpukat mengandung zat-zat yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Alpukat yang masuk dalam keluarga Lauraceae itu, fungsinya tidak sekadar sebagai pengenyang perut karena kandungan lemak tak jenuhnya, tetapi juga sebagai antioksidan yang baik," kata Niken Istikhari Muslihah di Yogyakarta. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (29/8).
Selain itu, kata Niken, buah berbentuk oval ini juga mengandung vitamin E dan A dalam jumlah besar. Ditambah lagi, alpukat dipercaya juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan kandungan flavonoid dan tanin, serta dapat diandalkan sebagai penetral radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel dalam tubuh.
"Pada umumnya buah alpukat hanya dikonsumsi sebagai campuran dari minuman atau diolah menjadi kosmetik, padahal ada nilai lebih jika diolah lagi menjadi suatu produk makanan yang bisa dikonsumsi orang di mana pun mereka berada. Salah satunya adalah dengan memanfaatkannya menjadi permen," jelasnya.
Proses pembuatan permen antioksidan sendiri dilakukan keduanya dengan cara memasukkan 200 mililiter ekstrak etanol alpukat. Kemudian dimasak hingga mendidih, dan ditambah dengan 50 mililiter air untuk menghilangkan etanol yang masih tertinggal di dalam ekstrak tersebut.
"Selanjutnya, ditambahkan 100 gram gula dan 0,75 gram glukosa. Dalam proses ini dilakukan pengadukan hingga mengental, setelah mengental adonan permen ditambah dengan lima tetes essen kemudian dicetak," kata Niken.
Sementara menurut Fransiscus, untuk pembuatan ekstrak etanol dilakukan dengan cara alpukat sebanyak 500 gram diblender hingga lembut, kemudian ditambah dengan satu liter etanol dan mengaduk hingga homogen.
Setelah itu, campuran tersebut didiamkan selama empat hari dan mengambil filtratnya. Filtrat diendapkan selama satu hari, dan menguapkan pelarut dengan menggunakan 'vacuum rotary evaporator'.
"Ekstrak yang diperoleh dibuat variasi konsentrasi dengan pelarut akuades, yakni sebesar 25 persen, 50 persen, 75 persen, dan 100 persen. Variasi konsentrasi tersebut diuji kadar antioksidannya," tambahnya.
Dijelaskan Fransiscus, kandungan antioksidan pada ekstrak etanol alpukat adalah pada sampel A (konsentrasi 25 persen) diperoleh kadar antioksidan rata-rata sebesar 8,6 persen. Pada sampel B (konsentrasi 50 persen) diperoleh kadar antioksidan rata-rata sebesar 10,9 persen.
"Pada sampel C (konsentrasi 75 persen) diperoleh kadar antioksidan rata-rata sebesar 12,9 persen dan pada sampel D (konsentrasi 100 persen) diperoleh kadar antioksidan rata-rata sebesar 14,1 persen," tandasnya.