Masyarakat Gayo Lues mengalami kendala ekspor minyak seri wangi
Masyarakat Gayo Lues mengalami kendala ekspor minyak seri wangi. Minyak sere yang diekspor dari Gayo Lues mencapai 120 ton lebih per tahunnya melalui Sumatera Utara (Sumut), Medan. Kendati demikian hingga sekarang Pemerintah Gayo Lues belum memiliki ikatan yang jelas dengan pihak luar negeri.
Produksi minyak sere wangi (Cymbopongan Nardus L) telah menjadi komoditi unggulan masyarakat di Kabupaten Gayo Lues. Di daerah ini ada sekitar 34 ribu hektar luas lahan sere wangi sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi.
Minyak sere yang diekspor dari Gayo Lues mencapai 120 ton lebih per tahunnya melalui Sumatera Utara (Sumut), Medan. Kendati demikian hingga sekarang Pemerintah Gayo Lues belum memiliki ikatan yang jelas dengan pihak luar negeri.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gayo Lues, Nopal SP mengatakan, sere wangi sudah menjadi komoditi unggulan masyarakat Gayo Lues. Bahkan, memproduksi minyak sere wangi sudah menjadi pekerjaan pokok petani di daerah dataran tinggi di Aceh ini.
"Sere wangi ini memang sudah menjadi komoditi wajib masyarakat Gayo Lues. Rata-rata petani bisa memproduksi 2 ton minyak per minggu, bahkan kalau lagi musim panen bisa mencapai 10 ton per minggu," kata Nopal kepada merdeka.com di Aceh Exspo Police 2017 yang berlangsung di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Minggu (9/7).
Menurutnya, kendala yang dihadapi oleh petani minyak sere wangi ini adalah pemasaran. Selama ini, penjualannya sering dimonopoli oleh pihak-pihak tertentu dari Sumut, Medan. Akibatnya, harga jual tidak stabil dan bahkan bisa turun, hingga membuat petani rugi.
Nopal mencontohkan, bila masa musim panen harga sering dipermainkan oleh pengusaha dari Medan. Agen tersebut kerap membeli dari warga dengan harga yang murah. Padahal harga minyak sere di pasaran internasional tidak pernah turun, bahkan harganya semakin meningkat.
"Pemasaran kita masih terkendala. Harganya sering dikendalikan oleh agen, mereka kontrol harga. Bahkan sering dibeli murah saat musim panen tiba," jelasnya.
Ia berharap kepada pemerintah Aceh agar bisa menyediakan eksportir sendiri dan membangun jaringan sendiri ke luar negeri untuk ekspor bahan baku minyak wangi ini. Karena menurutnya, potensi lahan untuk ditanam sere wangi ini di Gayo Lues masih sangat luas.
"Kita harap ada semacam eksportir langsung dari Aceh, agar tidak dimonopoli. Sedangkan harga sekarang mencapai Rp 230 ribu per kilogram," jelasnya.
Proses penyulingan dari daun menjadi minyak sere wangi bukan perkara mudah. Untuk menghasilkan 9 ons minyak sere wangi saja, membutuhkan 1 ketel (tempat atau drum penyulingan) dengan kapasitas 200 kilogram daun sere.
"Itu membutuhkan 2 sampai 3 jam proses penyulingan. Setiap hari sampai 4 kali penyulingan," jelasnya.
Baca juga:
Menperin rayu Jepang tambah investasi di Indonesia
Bertemu PM Norwegia, Jokowi pamer RI sudah peroleh investment grade
4 Fakta pembangunan jalan dari sampah plastik, dimulai dari Bekasi
BUMN konstruksi ini buka lowongan kepala pelaksana, cek syaratnya
PLN sebut tarif listrik Indonesia lebih murah dibanding Malaysia
-
Siapa Abu Bakar Aceh? Abu Bakar Aceh, seorang tokoh intelektual tersohor asal Aceh yang telah melahirkan banyak karya di bidang keagamaan, filsafat, dan kebudayaan.
-
Apa yang dilakukan Sultanah Safiatuddin untuk kemajuan ekonomi Kesultanan Aceh? Dalam bidang ekonomi, Kesultanan Aceh mengalami perkembangan pesat lantaran banyak sekali kapal-kapal asing yang bersandar di Pelabuhan Aceh.
-
Bagaimana BSI menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan perekonomian Aceh? Posisi September 2023, secara tahunan aset BSI di Aceh tumbuh 10,99% menjadi Rp19,40 triliun. Pembiayaan tumbuh 16,32% menjadi Rp18,86 triliun dengan 44,30% porsinya diserap sektor UMKM. Pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 2,57% menjadi Rp15,30 triliun. Sedangkan pencapaian laba sebesar Rp474 miliar.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana ciri khas bangunan Gedung Bank Indonesia di Aceh? Ciri khas bangunan ini yaitu terdapat 3 bagian gedung, bangunan induk berada di tengah lalu diapit oleh dua bangunan di sebelah kiri dan kanannya.
-
Apa yang dilakukan BSI untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh melalui ZISWAF? “Kerja sama ini merupakan bentuk komitmen kami untuk meningkataan pemberdayaan ekonomi masyakat Aceh melalui Ziswaf,” kata Hery.