Mediasi tabungan Rp 42 juta, keluarga siswi tantang sumpah pocong
Saat mediasi keluarga Rosita Asih dengan pihak sekolah soal jumlah uang tabungan yang tak sesuai, muncul usulan dari yang bersangkutan untuk dilakukan sumpah pocong.
Ibunda Rosita Asih, Wijiati sempat menantang dilakukan sumpah pocong, terhadap wali kelas yang membawa uang tabungan. Ia tetap berkeyakinan bahwa uang tabungan putrinya disimpan di sekolahnya, MTS Negeri Tumpang.
Usulan sumpah pocong oleh Wijiati disampaikan saat mediasi kedua belah pihak. Mediasi difasilitasi oleh polisi dan pihak desa setempat.
"Semula disarankan untuk menempuh jalur hukum. Tetapi dikhawatirkan, uangnya tidak kembali jika diselesaikan lewat jalur hukum," kata Pono, Kepala Sekolah MTS Tumpang.
Akhirnya, muncul usulan dari yang bersangkutan untuk dilakukan sumpah pocong. Tetapi dengan sebuah sumpah pocong pun uangnya juga tidak kembali.
"Saat tahu kalau lewat sumpah pocong uang juga tidak kembali, akhirnya marah-marah meninggalkan pertemuan," katanya.
Pihak sekolah sendiri telah melakukan beberapa kali mediasi dengan menyertakan sejumlah bukti. Tetapi mediasi itu belum cukup menjelaskan keluarga Rosita Asih.
Pihak sekolah sendiri mengaku kaget saat awal didatangi oleh orang tua Rosita, yang berniat mengambil tabungan senilai Rp 42,7 juta. Padahal uang tabungan yang tercatat hanya Rp 135 ribu.
Sejak saat itu, pihak sekolah mengumpulkan bukti-bukti yang dimiliki, termasuk uang tabungan beberapa tahun terakhir. Pihak sekolah tidak menemukan adanya setoran besar dalam buku tersebut.
Sementara itu, Wijiyati merasa tidak puas dengan sikap sekolah dan wali kelas, selaku pencatat tabungan. Padahal uang puluhan juta itu berniat untuk persiapan Lebaran sekaligus untuk rencana anaknya melanjutkan sekolah.
"Uang itu rencananya untuk Lebaran dan daftar anak saya sekolah nanti. Dia katanya ingin jadi perawat," kata Wijiati.
Namun akibat kejadian seperti ini, pihaknya mengaku kesulitan keuangan. Harapannya dengan uang tabungan itu dapat meringankan bebannya.
Suami Wijiati sendiri sehari-hari bekerja jual beli hawan ternak. Mereka pun binggung dengan biaya kelanjutan sekolah anaknya.