Melihat Ogoh-Ogoh Bertema Covid-19, Berbahan Masker dan Arang Senilai Rp20 Juta
Ogoh-ogoh tersebut dipajang di halaman Banjar Dukuh Mertajati. Ogoh-ogoh itu mengambil judul atau tema Gerubuk yang artinya adalah kekacauan dalam situasi Pandemi Covid-19.
Sebuah Ogoh-ogoh dengan tinggi sekitar 4,5 meter hasil karya kelompok pemuda, ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Pakraman Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali, menjadi tontonan masyarakat.
Ogoh-ogoh tersebut dipajang di halaman Banjar Dukuh Mertajati. Ogoh-ogoh itu mengambil judul atau tema Gerubuk yang artinya adalah kekacauan dalam situasi Pandemi Covid-19.
-
Apa yang dirayakan dalam Hari Raya Idul Fitri? Hari Raya Idul Fitri biasanya dikenal dengan Hari Lebaran, yang merupakan momen penting bagi seluruh Muslim di dunia. Ini menjadi tanda akhir dari bulan puasa Ramadhan dan jatuh pada 1 Syawal dalam kalender Islam.
-
Apa yang dirayakan saat Hari Raya Galungan dan Kuningan? Hari Galungan dan Kuningan adalah hari diperingati untuk merayakan kemenangan dharma atau kebaikan melawan adharma atau kejahatan.
-
Kenapa ucapan Idul Fitri penting? Momen Idulfitri menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk saling memaafkan dan merajut kembali tali persaudaraan. Ucapan-ucapan yang disampaikan pada Hari Raya ini tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga sebuah ungkapan ketulusan dan keikhlasan dalam memaafkan dan memperbaiki hubungan antarindividu.
-
Kapan Festival Layang-layang di Pantai Parangkusumo diadakan? Acara lomba layangan ini digelar selama dua hari yaitu pada 15-16 Juli 2023.
-
Kapan hari raya Nyepi di tahun 2024? Surabaya, kota metropolitan yang kaya akan budaya dan sejarah, selalu menarik wisatawan untuk berkunjung. Kota ini berada di tepi timur Pulau Jawa dan memiliki banyak warisan sejarah dan tempat wisata yang menakjubkan, bahkan selama hari raya Nyepi, Tanggal 11-12 Maret 2024.
-
Kenapa ucapan selamat Idul Fitri penting? Dengan demikian, maka tali silaturahmi antar sesama umat Islam masih dapat terjaga dengan baik.
"Judulnya adalah Gerubuk (yang artinya) situasi kacau," kata Pageh Wedhanta (23) selaku arsitektur Ogoh-ogoh ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, saat ditemui, Senin (28/2).
Konsep Diambil dari Kegelisahan dan Keresahan Hadapi Covid-19
Moh Kadafi
Dia menerangkan bahwa untuk konsep Ogoh-ogoh ini diambil dari keresahan dan kegelisahan menghadapi Pandemi Covid-19. Hal itu digambarkan lewat empat tangan Ogoh-ogoh yang membawa alat dan mempresentasikan empat sektor yang lumpuh akibat Pandemi Covid-19.
Empat sektor itu, pertama kegiatan keagamaan yang dibatasi. Lalu, sektor lainnya seperti nelayan di laut, pertanian, pendidikan dan kesehatan yang juga terkena imbas Covid-19.
"Jadi Ogoh-ogoh ini, kami buat sebuah figur dalam beberapa tangan tambahan yang masing-masing membawa alat sebagai perwakilan dari sektor-sektor yang lumpuh pada masa pandemi," ujarnya.
"Di antaranya, ada alat genta atau bajra sebagai perwakilan dari sektor kegiatan keagamaan, ada alat pancing sebagai sektor laut, ada cangkul sebagai sektor pertanian, dan ada suntikan sebagai kesehatan dan ada lontar sebagai sektor pendidikan," ungkapnya.
Selain itu juga ada rantai di Ogoh-ogoh tersebut yang ditafsirkan sebagai belenggu terbatasnya kegiatan masyarakat selama Pandemi Covid-19. "Jadi, di Ogoh-ogoh ini ada rantai, kami gambarkan sebagai terbelenggunya, terbatasnya pergerakan kami pada saat pandemi ini," jelasnya.
Berbahan Ramah Lingkungan
Moh Kadafi
Namun, menariknya Ogoh-ogoh ini rupanya dibuat dengan bahan ramah lingkungan. Selain bahannya, dari ranting kayu, bambu, koran bekas, sekam, arang dan masker. Sementara, untuk cat hitam ditubuh Ogoh-ogoh 90 persen dari warna arang hitam dan juga dari masker.
"Kami menggunakan arang sebagai gambaran bahwa pada masa pandemi ini, semua sektor-sektor kehidupan bisa dibilang hampir terbakar hangus dengan nuansa gelap sebagai simbol duka," ujarnya.
"Kemudian, ada masker dan masker ini kami angkat sebagai edukasi bagaimana kita lihat kalau dari sisi positifnya masker ini pada saat ini bisa mencegah penularan virus itu sendiri. Tapi, kalau kita lihat dari sisi negatifnya masker ini justru menimbulkan masalah baru terhadap lingkungan seperti limbah masker yang susah untuk terurai," ujarnya.
Gunakan Masker Baru
Ia juga menyatakan, untuk bahan masker mereka menggunakan masker baru sebanyak satu kardus atau ribuan pcs dan sekitar 10 kilogram arang hitam untuk mewarnai tubuh Ogoh-ogoh tersebut.
"Untuk masker ini sendiri konsep dari awal kami mencoba menggunakan dari bekas. Cuman, karena minim sekali pengetahuan kami bagaimana mengelola masker bekas ke bersih. Jadi, untuk sementara kami menggunakan masker baru," jelasnya.
Ia juga menyampaikan, untuk pembuatan Ogoh-ogoh itu sudah dimulai sekitar pertengahan Januari 2022 lalu dengan biaya mencapai sekitar Rp20 juta.
Selain itu, Ogoh-ogoh tersebut dilakukan pengarakan pada rangkaian malam pengerupukan di area banjar atau lingkungan desa masing-masing sebanyak 20 orang dengan menaati protokol kesehatan.
"Harapan kami walaupun kita terpuruk pada saat ini, kedepannya para pemuda ini mampu menunjukkan semangat baru dalam berkarya dan menjaga tradisi dan budaya. Pengarakannya di wilayah Banjar masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan," tutup dia.
(mdk/gil)