Memahami Gempa M 7,4 di NTT yang Picu 97 Kali Guncangan
Gempa di laut Flores Timur itu merupakan jenis gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer.
Warga Larantuka, Nusa Tenggara Timur dibuat kaget dengan guncangan gempa berskala besar pada Selasa pagi. Besarnya mencapai magnitudo 7.4. Gempa tersebut sempat dikabarkan memicu potensi gelombang tsunami.
Sejumlah daerah di NTT yakni Flores Timur Bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara dan Pulau Lembata masuk status waspada tsunami. Bahkan, dampak kerusakan terjadi sampai ke Selayar, Sulawesi Selatan. Dua jam berselang, status waspada tsunami dicabut oleh BMKG.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Bagaimana Bunga Jeumpa diperbanyak? Perbanyakan Bunga Jeumpa ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Kapan Gewa lahir? Mutia mengungkapkan bahwa anaknya yang lahir pada 28 Februari 2020 sudah semakin besar dan dapat memilih pakaian yang ingin dikenakannya.
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Bagaimana dampak gempa bumi bagi warga? Getaran yang cukup kuat seketika membuat warga berhamburan ke luar rumah. Mereka juga berteriak untuk mengingatkan para tetangga agar segera menyelamatkan diri.
Gempa besar yang terletak pada koordinat 7,59 LS - 122,24 BT itu diikuti sebanyak 97 kali. Getaran gempa memang tak sekencang gempa pertama. BMKG mencatat gempa susulan terbesar mencapai M 6,8 sedangkan magnitudo gempa susulan terkecil M 2,9.
Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono memaparkan, gempa di laut Flores Timur itu merupakan jenis gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer. Penyebabnya adalah aktivitas sesar aktif di Laut Flores dengan mekanisme pergerakan geser atau mendatar (strike slip).
Sesar aktif tersebut belum terpetakan. Sehingga, kata Daryono, hal ini menjadi tantangan bagi para ahli kebumian untuk mengidentifikasi dan memetakannya. Tujuannya, guna melengkapi peta sumber dan bahaya gempa di Indonesia.
"Meskipun pusat gempa ini terletak dekat jalur sumber gempa sesar naik Flores (Flores Thrust) tetapi pembangkit gempa ini bukan Sesar Naik Flores. Sesar Naik Flores memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa ini memiliki mekanimse geser/mendatar," kata Daryono mengawali paparannya dikutip merdeka.com, Selasa (14/12).
Menurut dia, lokasi sumber gempa Laut Flores M7,4 tadi siang secara seismisitas sebenarnya jarang terjadi aktivitas gempa berdasarkan data seismisitas regional periode 2009-2021.
Sumber Gempa Tak Dikenali
Daryono menjelaskan, biasanya gempa gempa besar sudah ada sumbernya dan BMKG mengetahui sumber tersebut. Tetapi, pada gempa Flores, BMKG maupun ahli geologi belum mengetahui sumbernya atau bukan berada di jalur sesar.
"Nah selama ini hasil monitoring kita gempa gempa besar memang sudah ada sumbernya, ini yang ini benar benar-benar mengagetkan yang Flores," ujar Daryono.
Ada beberapa cara mengenali sumber gempa yang belum dikenali. Pertama, untuk di daratan melakukan survei morfologi yang bisa mengenali jalur kelurusan, bentuk sungai dan relief.
©2021 Merdeka.com/Wilfridus Setu Embu
Sedangkan, untuk di laut terbilang sulit lantaran harus ada pemetaan menggunakan teknologi sonar guna memotret dasar laut apakah ada kelurusan atau ada pola besar. Kemudian di cek dengan Gps geodetik apakah ada pergeseran atau tidak.
"Membutuhkan teknologi yang effort kalau di laut, kalau di darat kan bisa kita foto reliefnya, menggunakan satelit, kalau di dasar laut perlu ada survei batimetri," ungkapnya.
Gempa Tak Terkait Aktivitas Semeru
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita menyatakan, gempa yang terjadi di NTT tidak berkaitan dengan erupsi sejumlah gunung Semeru. Serta tidak berkaitan dengan situasi gunung Awu dan Merapi.
"Jadi bahwa tidak ada kaitannya dengan aktivitas gunung api yang saat ini sedang aktif erupsi misalnya gunung semeru, gunung awu, dan gunung merapi itu tidak ada kaitannya," katanya saat jumpa pers, Selasa (14/12).
"Saat ini kan ada Semeru sedang erupsi, kemudian Gunung Awu lalu kok tiba-tiba terjadi gempa (NTT), apakah itu ada kaitannya? jawaban kami adalah tidak ada kaitannya," tambahnya.
©2021 Merdeka.com/Wilfridus Setu Embu
Dwikorita menjelaskan, adanya gempa tektonik justru dapat memicu dan diikuti meningkatnya aktivitas gunung api. Namun, BMKG belum melihat hal itu terjadi.
"dan untuk aktivitas gunung api analisisnya dnegan pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi PVMBG yang saat ini sedang menangani gunung semeru dan gunung Awu," jelasnya.
Sejarah Gempa & Tsunami di Laut Flores
Sejarah mencatat, Laut Flores pernah terjadi gempa super besar pada 29 Desember 1820. Gempa ini menyebabkan tsunami hingga ke Sulawesi Selatan. Sebanyak 500 orang menjadi korban dari tsunami dan gempa tersebut.
Kemudian, gempa besar M7,8 di Laut Flores kembali terjadi pada 12 Desember 1992. Guncangan ini membangkitkan tsunami setinggi 30 meter. Menyebabkan 2.500 orang meninggal dan 500 orang hilang.
Melihat riwayat ini, Daryono mengingatkan gempa hari ini menjadi peringatan sumber gempa sesar aktif yang mampu memicu gempa kuat ternyata masih ada. Belum teridentifikasi dan terpetakan hingga sekarang. Setidaknya, sekitar 22 tsunami pernah terjadi di perairan NTT.
"NTT merupakan daerah rawan tsunami. Sejak tahun 1800-an di busur Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) sudah terjadi lebih dari 22 kali tsunami," papar Daryono.
(mdk/ray)