Mencegah Virus Radikalisme Menyebar di Kampus
Virus radikalisme bisa menyasar siapa saja. Bahkan infiltrasi itu telah menyusup ke kalangan intelektual. Penyebaran ideologi kekerasan jika tidak dihentikan akan menimbulkan kekacauan di masa mendatang.
Virus radikalisme bisa menyasar siapa saja. Bahkan infiltrasi itu telah menyusup ke kalangan intelektual. Penyebaran ideologi kekerasan jika tidak dihentikan akan menimbulkan kekacauan di masa mendatang.
Saat ini penyebaran radikalisme tidak pandang bulu. Lebih berbahaya lagi paham-paham negatif itu sudah masuk ke kampus. Meski mungkin jumlahnya relatif kecil, tapi dampak yang ditimbulkan di kalangan mahasiswa dan masyarakat sangat besar.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang menjadi masalah utama yang dihadapi warga Jakarta saat ini? Belakangan ini, kualitas udara Jakarta jadi sorotan masyarakat.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menyerahkan kekuasaan atas wilayah Jakarta Raya kepada Pemerintah Republik Indonesia? Hal tersebut diawali dengan penandatanganan dokumen-dokumen peralihan kekuasaan atas wilayah Jakarta Raya dari tangan Co Batavia en Ommenlenden kepada Basis Co Jakarta Raya.
"Untuk melawan itu, rektor sebagai penguasa perguruan tinggi di kampus harus berani mengeluarkan kebijakan secara imperatif memiliki nilai sanksi akademis," ujar Pakar Deradikalisasi Suhardi Somomoeljono dalam keterangannya, Minggu (15/9).
Menurut Suhardi, akar permasalahan radikalisme ini sebenarnya terletak pada kegagalan sebagian masyarakat dalam memahami keberadaan budaya dalam kaitannya dengan agama. Hal itu berakibat secara signifikan menimbulkan perilaku cenderung egoisme dan mementingkan kelompoknya sendiri.
"Belum lagi wawasan kebangsaan dan nasionalisme yang semakin tipis karena tergerus karena masuknya ideologi-ideologi transnasional dari luar negeri," tutur mantan kelompok ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini.
"Itulah masalahnya, narasi-narasi intoleransi dan sejenisnya itu mudah menyebar di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Padahal nilai budaya dari doktrin agama itu seharusnya bisa menjadi benteng untuk menangkis serangan radikalisme. Kalau bentengnya rapuh, otomatis akan mudah goyah diserang," jelasnya.
Ia menyarankan, agar dua variabel di atas yaitu budaya dan agama harus segera disinergikan dalam berbagai kebijakan legislasi nasional. Pasalnya, bila tidak pencegahan terhadap dinamika masyarakat yang mengarah pada perilaku intoleransi, akan sulit dilakukan.
Untuk itu, para tokoh agama dan masyarakat juga harus ikut aktif membina masyarakat sesuai porsi dan urgensinya masing-masing. "Spektrum penegakan hukum tidak akan mampu menyelesaikan masalah radikalisme ini. Bahkan untuk meredam pun sangat sulit jika jumlah masyarakat yang berperilaku intoleransi demikian banyaknya," pungkasnya.
Baca juga:
7 Kepala Sekolah di Jawa Tengah Terpapar Radikalisme
KKP Gandeng LIPI dan BNPT Perkuat Riset dan Cegah Terorisme
Pansel Pastikan 10 Capim KPK Tidak Terpapar Radikalisme
Kepala BNPT: Nasionalisme dan NKRI Harus Kita Pertahankan
BNPT Sebut Ancaman Paham Terorisme Mulai Masuk ke SMA Bahkan PAUD
Paham ISIS Perlahan Menyebar di Kamp Pengungsi Suriah