Menekan Pemalsuan Uang di Daerah Wisatawan
Menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara, warga Desa Komodo yang menggantungkan hidup dari pariwisata itu, terlihat antusias mendengar penjelasan terkait keaslian rupiah, yang dipaparkan oleh tim dari Bank Indonesia.
Setelah melakukan sosialisasi tentang keaslian rupiah dan penukaran uang lusuh di Kabupaten Sumba Barat Daya, Sabtu (21/9) kemarin, Tim Ekspedisi Kas Keliling Bank Indonesia dan TNI AL tiba di Desa Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Minggu (22/9).
Menyeberang dari pelabuhan Taman Nasional Komodo menggunakan perahu kayu, Tim Ekspedisi disambut dengan Manca, tarian khas warga Desa Komodo.
-
Dimana dukun itu membeli uang palsu? Kepada polisi, tersangka mengaku membeli uang palsu dengan total Rp110 juta dengan uang asli sebesar Rp9 juta dari kawasan Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat.
-
Apa itu pindang tulang iga sapi khas Palembang? Pindang tulang iga sapi dapat menjadi menu alternatif dalam acara makan Anda bersama keluarga.
-
Apa itu tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya? Tradisi kawin tangkap ialah perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan pria yang tidak dicintainya.
-
Kenapa tradisi Kawin Tangkap dilakukan di Sumba Barat Daya? Motivasi yang melatarbelakangi tradisi ini pun beragam, seperti masalah ekonomi terlilit hutang, atau karena alasan kekerabatan. Masyarakat mengganggap, agar hubungan kekerabatan yang sudah terjalin tidak putus, diperlukan adanya perkawinan antara dua kebisu (suku).
-
Bagaimana tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya dilakukan? Pelaksanaan kawin tangkap merupakan perkawinan yang terjadi tanpa persetujuan salah satu pihak.Tradisi ini terjadi bukan atas dasar cinta, tetapi karena kesepakatan antara orang tua laki-laki dan perempuan, tanpa sepengetahuan perempuan.
-
Kenapa dukun itu mengedarkan uang palsu? Ia mengaku sudah menyebarkan uang palsu tersebut kepada dua orang yang di wilayah Doplang, Kabupaten Blora dan Malang.
Menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara, warga Desa Komodo yang menggantungkan hidup dari pariwisata itu, terlihat antusias mendengar penjelasan terkait keaslian rupiah, yang dipaparkan oleh tim dari Bank Indonesia.
Bahrudin, salah satu warga yang ditemui merdeka.com usai mengikuti sosialisasi mengatakan, sebagai nahkoda kapal pengangkut wisatawan, harus benar-benar ketahui ciri keaslian rupiah, sehingga kegiatan ini dinilai sangat bermanfaat.
"Kita tiap hari antar wisatawan ke sana kemari, kita tidak tau apakah uang sewa kapal itu asli atau palsu, jadi sosialisasi macam begini sangat penting bagi saya," kata dia.
Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Heru Pranoto mengatakan, setiap kegiatan program 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil) sosialisasi mengenai Cigur (Ciri Uang Rupiah) selalu diutamakan, sehingga masyarakat tidak dirugikan.
"Kita juga koordinasi dengan aparat penegak hukum, untuk selalu melakukan pemberantasan pemalsuan uang rupiah dan sejauh ini berjalan baik," kata Heru.
Selain Desa Komodo dan Labuan Bajo, Pulau Pemana di Kabupaten Sikka dan Lamalera di Kabupaten Lembata, juga menjadi sasaran Tim Ekspedisi Kas Keliling Bank Indonesia dan TNI AL tahun 2019 ini.
Baca juga:
3 Alasan PPATK Dorong Pelarangan Transaksi Tunai di Atas Rp100 Juta
Tangkap Komplotan Pembuat Duit Palsu Rp190 Miliar, Polisi Buru Pemesan
21.632 Lembar Uang Palsu Dimusnahkan di Mapolda Sumut
Polres Tanjung Priok Bongkar Kasus Uang Palsu Senilai Rp 300 Miliar
Polisi Tangkap Jaringan Uang Palsu di Tanjung Priok
Kena Tipu, Seorang Warga Solo Dapat Uang Rp100 Juta yang Asli Cuma 7 Lembar
Ditegur karena Bikin Macet Lalu Lintas, Ternyata Komplotan Pengedar Upal