Mengerikan, pelajar jual keperawanan temannya
Korban rela menjual keperawanan untuk membeli gadget dan mempercantik diri.
Maraknya pelajar SMP yang menjual dirinya sendiri atau menjual temannya untuk dinikmati hidung belang. Pelajar yang menjual keperawanannya karena tergiur Gaya hidup. Hal tersebut menjadi motif utama untuk menjual dirinya atau menyodorkan temannya untuk menjadi sasaran penikmat perempuan.
Pengamat Sosiologi dari Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman menjelaskan bahwa tujuan utama pelajar SMP yang menjual temannya atau menjual dirinya sendiri bukan karena faktor ekonomi semata melainkan kebutuhan kedua yang belum terpenuhi.
"Fenomena seperti itu bukan karena faktor ekonomi keluarga yang tidak cukup untuk kebutuhan utama, melainkan mereka yang menjajakan diri atau menyodorkan temannya untuk dinikmati semata-mata untuk kebutuhan kedua yaitu seperti membeli gadget, nongkrong di mal atau membeli baju yang mewah," ucap Sunyoto ketika dihubungi merdeka.com, Kamis (28/1).
Sunyoto juga menjelaskan pelajar yang menjajakan temannya sudah memiliki jaringan (germo) di luar sekolah. "Mereka memiliki gremo sendiri dan langganannya juga yang suka anak-anak remaja seperti itu," bebernya.
"Kalo dilihat pelajar yang menyodorkan itu yang mau aja dan iming-iminginya bisa beli apa aja dan nominal yang besar.Mereka pasti punya satu jaringan yang memang sudah terkenal sehingga mereka bisa masuk kejaringan prostitusi tersebut," tambahnya.
Kemudian, Sunyoto berharap kepada pihak sekolah untuk bisa menambah ekstrakurikuler untuk bisa membuat siswa dan siswinya memiliki kegiatan yang positif dan tidak terjerumus mengarah ke prostitusi.
"Walaupun soal prostitusi di sekolah susah terendus tapi pihak sekolah seharusnya bisa meminimalisir dan mencegah hal tersebut," tutupnya.
Sebelumnya diketahui, Seorang siswi SMP di Medan diringkus petugas kepolisian. Dia tertangkap tangan menjual temannya yang masih perawan seharga Rp 7 juta.
Siswi SMP yang diringkus berinisial AS (15). Dia menjual temannya berinisial TP (15). Keduanya merupakan siswi salah satu SMP swasta di Medan.
"Tindak pidana perdagangan orang ini berhasil kita bongkar dengan metode undercover buy. Kita transaksi dengan pelaku yang diduga sudah sering menjual anak di bawah umur," kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf, di Medan, Kamis (28/1).
Penangkapan diawali penyelidikan terhadap informasi yang diperoleh petugas Subdit IV/Remaja Anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Kriminal Umum Polda Sumut. Mereka kemudian melakukan penyamaran dan mencoba mengontak AS pada Rabu (27/1) sore.
Dalam komunikasi itu, AS menyatakan dapat menyediakan ABG berusia 15 tahun yang masih perawan. Awalnya, dia meminta harga Rp 10 juta. Setelah negosiasi disepakati angka Rp 7 juta dengan uang muka Rp 1 juta.
Transaksi kemudian berlangsung di kamar Hotel L di kawasan Jalan Jamin Ginting, Medan. Saat uang diserahkan, AS dan TP pun diamankan.
AS disangka melanggar Pasal 2, 10, dan 11 UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Sementara TP dinyatakan sebagai korban.
"Pelaku masih diperiksa. Dari pemeriksaan kita, pelaku sudah lama kerja sebagai muncikari. Untuk korban saat ini masih dilakukan visum," jelas Helfi.
Diduga motif motif siswi SMP di Medan terlibat dalam dunia prostitusi karena faktor gaya hidup. Korban rela menjual keperawanan untuk membeli gadget dan mempercantik diri.
Motif ini terungkap saat polisi yang melakukan penyamaran dan menangkap tangan siswi SMP, AS (15), yang menjual teman sekolahnya, TP (15), seharga Rp 7 juta.
"Korban ini (TP) motivasinya melakukan itu untuk membeli HP, rebonding dan keperluan pribadinya," jelas Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf, di Medan, Kamis (28/1).
Berdasarkan pemeriksaan, TP rencananya akan mendapatkan Rp 5 juta dari transaksi itu. Sedangkan AS sang muncikari kebagian Rp 2 juta.
AS dan TP diamankan dalam transaksi di Hotel L di kawasan Jalan Jamin Ginting, Rabu (27/1) sore. AS diringkus setelah tertangkap tangan menjual temannya yang diklaim masih perawan seharga Rp 7 juta.
Kejadian ini harus menjadi perhatian keluarga. Anak-anak perlu diarahkan dan mendapat pengawasan, terutama dalam bergaul.