Menteri Marwan: Jangan habiskan waktu untuk main game & tonton tv
Marwan berharap banyak para pemuda habiskan waktu untuk membaca kitab suci.
Menteri Desa Tertinggal, Marwan Jafar merasa banyak para pemuda kini menghabiskan waktu untuk kegiatan tidak perlu. Sehingga banyak juga mereka kurang beriman kepada agamanya di pelbagai daerah.
Melakukan khatam Alquran menjadi sarana positif bagi para pemuda. Marwan berharap banyak para pemuda, khususnya mereka yang muslim, habiskan waktu untuk membaca kitab suci. Hal itu disampaikan Marwan saat menutup kegiatan Nusantara Mengaji di Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Kota Banda Aceh.
"Jangan waktunya habis untuk main game dan nonton tv. Tapi waktu habis untuk membaca Al Quran," kata Marwan, dalam keterangannya, Minggu (8/5).
Dia menuturkan, hadirnya kegiatan Nusantara Mengaji semakin menjawab kerinduan umat islam akan hadirnya Alquran. "Kita semua sesungguhnya sangat rindu akan Al Quran. Demi Al Quran kita dipersatukan dari berbagai macam golongan, etnis, jabatan, struktur sosial tanpa pandang bulu. Al Quran telah menyatukan kita semua hari ini," ujarnya.
Menurutnya, gerakan Nusantara Mengaji yang diinisiasi Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, bertujuan demi kelancaran proses berjalannya berbangsa dan bernegara. Dia berharap, kegiatan ini memunculkan kembali gerakan mengaji di musala maupun masjid.
"Kita harus membumikan Al Quran. Agar masalah yang mendera bangsa ini dapat terselesaikan. Bacaan Al Quran ini, adalah demi keluhuran, kemakmuran dan kesejahteraan bagi Indonesia. Ini tentu relevan, bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari iman," jelasnya.
Sementara itu, Cak Imin menyebut, pencapaian luar biasa diraih gerakan Nusantara Mengaji tidak terlepas dari peran ulama tidak pernah lupa mengajak dan mengingatkan pentingnya membaca Alquran.
"Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada ulama dan tokoh masyarakat yang sangat antusias menyambut kehadiran Gerakan Nusantara Mengaji," kata Cak Imin.
Cak Imin meyakini bahwa gerakan Nusantara Mengaji tidak akan berakhir setelah dilakukannya penutupan. Justru gerakan ini, kata dia, menjadi awal menciptakan para penghafal Quran sampai ke tingkat desa.
"Tidak ada lagi masjid menyetel kaset orang mengaji karena di masjid itu tidak ada orang yang ahli terhadap Alquran," terangnya.