Mitos Tanjakan Panganten Garut, Calon Pengantin Dilarang Naik Mobil Saat Melintas
Salah satu tanjakan yang cukup terkenal di Kabupaten Garut adalah tanjakan panganten yang berada di Kampung Cisandaan, Desa Halimun, Kecamatan Pamulihan. Panganten sendiri merupakan bahasa sunda yang artinya adalah pengantin.
Wilayah Garut memiliki kawasan perbukitan yang membentang sisi utara hingga selatan. Dengan kontur seperti itu, banyak jalan yang memiliki tanjakan dan turunan yang cukup tajam. Salah satu tanjakan yang cukup terkenal di Kabupaten Garut adalah tanjakan panganten yang berada di Kampung Cisandaan, Desa Halimun, Kecamatan Pamulihan. Panganten sendiri merupakan bahasa sunda yang artinya adalah pengantin.
Nama Tanjakan Panganten sendiri sebetulnya disematkan oleh warga sekitar karena konon katanya karena di lokasi tersebut banyak terjadi kecelakaan yang melibatkan para calon pengantin.
-
Apa yang dimaksud dengan mitos? Mite atau mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang. Dalam arti yang lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, di samping itu mitos juga dipadankan dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas mitos atau isi mitos.
-
Apa itu mitos? Mitos adalah kepercayaan yang diceritakan secara turun temurun. Mitos, sebagai warisan kultural yang telah melintasi generasi dan peradaban, tetap menjadi elemen tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Fenomena ini telah menciptakan narasi-narasi yang kaya akan simbolisme, makna, dan pandangan dunia.
-
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mitos? Mitos merupakan cerita atau keyakinan yang menjadi bagian dari budaya masyarakat dan seringkali diwariskan dari generasi ke generasi.
-
Kapan mitos biasanya muncul? Mitos biasanya disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi dan sering tidak memiliki bukti fisik yang bisa diverifikasi.
-
Siapa yang sering kali terlibat dalam mitos? Mitos seringkali juga memiliki latar belakang sejarah atau peristiwa nyata yang kemudian menjadi bagian dari tradisi dan kepercayaan turun-temurun.
Kondisi Tanjakan Panganten sendiri bisa dikatakan memang cukup membahayakan karena kemiringannya mencapai 45 derajat. Selain itu, kondisi jalannya pun memiliki tikungan yang sangat tajam ditambah panjang jalan mencapai 700 meter.
Jurang, tebing, hingga hutan menjadi penghias sepanjang jalan Tanjakan Panganten sehingga menjadikan para penggunanya harus hati-hati. Saat malam tiba, kondisinya semakin seram karena minimnya penerang jalan ditambah kabut yang menghiasi perjalanan.
Salah seorang warga sekitar, Asep (28) menyebut bahwa jumlah kecelakaan sudah sangat sering terjadi sehingga ia tidak bisa mengingat jumlahnya. Namun yang sering ia dengar, calon pengantin dan rombongan pengantin paling sering menjadi korban kecelakaan di lokasi tersebut.
"Memang kalau tidak salah ada asal usulnya kenapa kemudian dinamai Tanjakan Panganten. Tapi saya juga kurang tahu pasti karena cerita itu juga saya dapatkan dari orang tua. Dan memang ada juga larangan calon pengantin atau bahkan rombongan pengantin naik mobil melewati tanjakan ini," ujarnya, Jumat (1/10).
Calon Pengantin Harus Turun dari Mobil
Warga sekitar, kata Asep, tidak sedikit yang percaya dengan cerita magis Tanjakan Panganten bagi para calon pengantin yang melewati jalur tersebut. Atas hal tersebut, tidak jarang kemudian warga yang mengetahui ada rombongan calon pengantin yang lewat langsung mencegatnya.
"Biasanya meminta agar sang calon pengantin dan rombongan turun dari mobil dan diarahkan agar menggunakan sepeda motor. Mobil sendiri kemudian disopiri oleh warga. Percaya tidak percaya, namun itu yang suka dilakukan," ungkapnya.
Entah karena sugesti atau karena kondisi jalannya yang membahayakan, saat rombongan pengantin memaksakan diri memaksakan diri selalu saja kecelakaan lalu lintas terjadi. Tidak jarang mobil rombongan masuk jurang yang kedalamannya lebih dari 100 meter itu.
"Ada yang meninggal ada juga yang luka-luka. Bisa percaya atau enggak memang, namun kejadian itu sering terjadi di sini," katanya.
Namun meski demikian, Asep juga menyebut bahwa kenyataannya memang bukan hanya calon dan rombongan pengantin saja yang sering menjadi korban kecelakaan di Tanjakan Panganten. Sejumlah kendaraan lainnya, baik yang kecil, maupun kendaraan berat, hingga sepeda motor pun kerap kecelakaan di lokasi tersebut.
Daerah Rawan Kecelakaan
Kapolres Garut, AKBP Dede Yudi Ferdiansah mengatakan bahwa Tanjakan Panganten merupakan salah satu jalur di Kabupaten Garut yang tingkat kerawanan dalam kecelakaannya cukup tinggi. Namun ia membantah bahwa mitos rombongan calon pengantin selalu menjadi korban saat melintas.
"Tapi secara umum memang lokasi tersebut daerah yang rawan terjadi kecelakaan lalu lintas. Namun kalau korbannya selalu rombongan calon pengantin tidak juga," ucapnya.
Untuk meminimalisasi jumlah korban dan kecelakaan, Kapolres menyebut bahwa pihaknya melakukan langkah pembuatan bronjong di sisi bahu jalan. Hal tersebut dilakukan untuk menghalangi kendaraan agar saat kecelakaan tidak langsung terjun bebas ke jurang.
"Umumnya memang kendaraan yang mengalami kecelakaan ini akibat kondisi rem yang tiba-tiba blong sehingga kemudian terjun ke jurang. Jadi pembuatan bronjong ini kita lakukan untuk meminimalisasi dampak kecelakaan," katanya.
Sementara itu Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Garut, AKP Rizky Adi Saputro menyebut bahwa faktor utama dalam kecelakaan adalah pengemudinya. "Terlepas dari apa yang dipercayai warga, pengemudi harus hati-hati saat melintasi Tanjakan Panganten. Kendaraan pun saat digunakan harus prima. Kuncinya itu," ucap Rizky.
Jika menelisik penyebab kecelakaan yang terjadi di Tanjakan Panganten, Rizky menyebut bahwa penyebab utamanya kebanyakan akibat kondisi kendaraan yang kurang baik dan kurang hati-hatinya pengemudi.
Ia menjelaskan bahwa sebaiknya setiap pengemudi yang akan menuju Garut Selatan melalui Tanjakan Panganten saat menurun atau menanjak sebaiknya menggunakan gigi rendah. "Tujuannya agar kendaraan mampu melewati saat di tanjakan, dan saat di turunan rem terbantu dengan perputaran mesin," jelasnya.
Sementara itu Kapolsek Pamulihan, Ipda. Saep Balya mengatakan bahwa sejak tiga tahun terakhir (2016-2019) jumlah kecelakaan di Tanjakan Panganten tercatat sebanyak 21 kali. Tercatat jumlah korban meninggal dunia sebanyak tiga orang, luka berat sebanyak tujuh 8rang dan 32 orang mengalami luka-luka.
(mdk/bal)