Moeldoko Soroti Suburnya Hoaks dan Kritik Media yang Mengejar Kecepatan Tanpa Akurasi
Moeldoko mendapat laporan, sejak Maret 2020, ada 1.400 hoaks yang tersebar di media sosial. Disinformasi menjadi ladang suburnya berita bohong.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan permasalahan yang saat ini ada di media arus utama maupun media sosial. Di antaranya, adalah gempuran berita bohong atau hoaks hingga berita disinformasi.
Moeldoko mendapat laporan, sejak Maret 2020, ada 1.400 hoaks yang tersebar di media sosial. Disinformasi menjadi ladang suburnya berita bohong.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang diklaim sebagai tersangka yang dilepaskan dalam berita hoaks? Berita yang beredar mengenai kepolisian yang membebaskan tersangka pembunuhan Vina Cirebon bernama Pegi karena salah tangkap adalah berita bohong.
-
Bagaimana Gatotkaca dari Sukoharjo melawan hoaks? Danar mengatakan, tempat paling tepat untuk menanyakan kebenaran terkait berita yang mereka peroleh adalah tempat di mana mereka menuntut ilmu, seperti melakukan diskusi atau sharing dengan guru terkait berita yang mereka dapatkan.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Siapa yang dipolisikan terkait dugaan penyebaran hoaks? Polda Metro Jaya diketahui mengusut dugaan kasus menyebarkan hoaks Aiman lantaran menuding aparat tidak netral pada Pemilu 2024.
-
Bagaimana cara mengecek kebenaran berita hoaks tersebut? Penelusuran Mula-mula dilakukan dengan memasukkan kata kunci "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina" di situs Liputan6.com.Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
"Disinformasi menjadi biang suburnya hoaks, bayangkan dari bulan Maret kita ada 1.400 hoaks soal pandemi dan vaksin yang tersebar di media sosial. Misalnya vaksin Pfizer bisa membesarkan alat kelamin ini kan jauh banget," ujar Moeldoko dalam webinar Hari Pers Nasional, Minggu (7/2).
Tak jarang, berita dari media arus utama justru dimanfaatkan untuk menebar kebohongan. Ini banyak ditemukan di media sosial hingga aplikasi perpesanan seperti WhatsApp grup. Padahal yang disebar adalah berita yang belum teruji kebenarannya.
Moeldoko juga menyoroti media online yang banyak mengutamakan kecepatan ketimbang akurasi informasi.
"Media online (mengutamakan) kecepatan bukan keakuratan yang paling cepat naik di situ dinilai sebagai keunggulannya sehingga meninggalkan konfirmasi dan pemahaman konteks ini yag sering terjadi saya harus ngomong apa adanya, kedua fenomena click bait, judul dan isi berita (tidak sama)," katanya.
Mantan Panglima TNI ini juga menyayangkan munculnya pemberitaan yang serba mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lain yang tidak ada sangkut pautnya.
Dia mencontohkan kisruh Demokrat yang menyeret namanya, lalu dikaitkan dengan korupsi Asabri.
"Tidak nyambung sama sekali, dari awal saya sudah sampaikan tentang Asabri tidak ada sangkut pautnya (sama saya) tapi biar menarik, narik berita lama yang tidak jelas," tuturnya.
Baca juga:
KSP Moeldoko: Saya Tidak Takut Ditodong Senjata Tapi Pertanyaan Wartawan Lebih Pedih
Liputan6.com Raih Penghargaan Jurnalistik Anugerah Adinegoro 2020
Komunitas Pers Minta Kapolri Cabut Pasal 2d dalam Maklumatnya
Anies Usul Perayaan Hari Pers Nasional 2021 Digelar di Ancol
Di Hari Pers Nasional, Enam Bupati Terima Anugerah Kebudayaan 2020