Muncul tulisan provokatif ditujukan untuk Sultan di tembok UIN Sunan Kalijaga
Widihasto menambahkan pihaknya menyesalkan ada pihak yang dianggapnya mengganggu ketenangan warga Yogyakarta dengan tulisan-tulisan yang dibuatnya.
Sejumlah tulisan bernada provokatif yang ditujukan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X muncul pascademonstrasi di Pertigaan UIN Sunan Kalijaga rampung, Selasa (1/5). Sejumlah tulisan ini dibuat dengan cat semprot dan dituliskan di tembok UIN Sunan Kalijaga maupun di baliho iklan komersil yang ada di pertigaan tersebut.
Ketua Sekber Keistimewaan DIY, Widihasto Wasana Putra mengatakan tulisan bernada provokatif dan berisi hinaan pada Sri Sultan HB X ini tak layak. Widihasto bersama dengan relawan Sekber Keistimewaan DIY pun kemudian menghapus coretan-coretan tersebut.
-
Siapa yang menemui Sri Sultan HB X di Yogyakarta? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap isi pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Klien Yogyakarta, pada Minggu (28/1).
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Mengapa Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah ke Yogyakarta? Setelah itu, nama Yogyakarya sebagai ibu kota kerajaannya menjadi lebih populer.
-
Dari mana Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah ke Yogyakarta? Tepat hari ini, 7 Oktober pada 1756 Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta.
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Kapan Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran ke Yogyakarta? Tepat hari ini, 7 Oktober pada 1756 Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta.
Tulisan di baliho komersil, dihilangkan dengan cara menyobek iklan tersebut. Sedangkan coretan di tembok dihilangkan dengan mengecat ulang tembok tersebut.
"Tulisan sangat provokatif dan tidak sesuai etika budaya masyarakat. Persekusi terhadap Ngarso Dalem. Kami merobek salah satu tulisan itu di baliho komersil. Ini kami simpan sebagai bukti seandainya dibutuhkan oleh pihak kepolisian," ujar Widihasto di pertigaan UIN Sunan Kalijaga.
Widihasto menyampaikan sedikitnya ada tiga tulisan bernada provokatif yang dituliskan di tembok UIN Sunan Kalijaga. Tulisan tersebut menggunakan cat semprot berwarna merah. Sedangkan yang di baliho menggunakan cat semprot berwarna hitam.
"Saya dulu aktivis 98. Ikut menurunkan Soeharto. Tapi dulu saat demo tidak membuat tulisan seperti ini. Kami menggunakan kata-kata yang mengedepankan etika moral," urai Widihasto.
Widihasto menambahkan pihaknya menyesalkan ada pihak yang dianggapnya mengganggu ketenangan warga Yogyakarta dengan tulisan-tulisan yang dibuatnya. Pihaknya juga sebenarnya tak keberatan dengan demonstrasi yang dilakukan selama sesuai dengan aturan yang diatur.
"Ya saya menyayangkan. Silakan demonstrasi tapi jangan mengusik masyarakat Yogyakarta. (Tulisan ini) bisa dianggap menghina Sultan," tutup Widihasto.
Baca juga:
5 Cawapres potensial Prabowo, siapa yang akan dipilih?
Komisi II DPR tegaskan tak ada diskriminasi kepemilikan tanah di Yogyakarta
Dukung JAS 2019, Pemda DIY akan memperlebar landasan pacu di Pantai Depok
Sultan minta masyarakat tak terprovokasi penyerangan gereja Santa Lidwina
Sultan HB X sedih ada orang tega menyerang umat sedang beribadah