Musim Melimbang Harta Karun di Cengal
Dua setengah jam perjalanan, tibalah di lokasi pencarian harta karun. Merdeka.com disambut ratusan sepeda motor dan beberapa mobil terparkir tak jauh dari lokasi. Posisinya berada di perbatasan lahan perusahaan dan persawahan milik warga.
Pagi itu, Minggu (13/10), kabut asap pekat akibat kebakaran lahan menutupi pandangan. Jaraknya hanya sekitar lima satu sepuluh meter saja.
Kondisi itu tidak menyurutkan niat merdeka.com menelusuri jalan merah yang berdebu. Cukup jauh jarak yang ditempuh dari tempat menginap di Desa Kuningan, Kecamatan Sungai Menang, menuju lokasi perburuan yakni di Desa Sungai Pelimbangan, Kecamatan Cengal.
-
Di mana situs Kerajaan Sriwijaya ditemukan? Pemancing Temukan "Pulau Emas", Situs Kerajaan Sriwijaya Berusia 400 Tahun Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
-
Siapa yang meyakini penemuan situs Kerajaan Sriwijaya? Sean Kingsley, arkeolog maritim asal Inggris meyakini penemuan tersebut, termasuk temuan patung Buddha emas seukuran batu rubi yang bernilai jutaan dolar.
-
Siapa nama raja Sriwijaya yang menjadi nama museum ini? Mengutip beberapa sumber, nama Museum Balaputera Dewa diambil dari nama raja Sriwijaya yang bertakhta pada abad ke-9 masehi dan juga mantan Kepala Dinasti Syailendra bernama Balaputeradewa.
-
Kapan Tarian Gending Sriwijaya resmi ditampilkan? Resmi Ditampilkan Setelah melewati rangkaian percobaan, Tari Gending Sriwijaya resmi dibawakan pada tanggal 2 Agustus 1945 dalam rangka menyambut pejabat Jepang dari Bukittinggi.
-
Siapa Sri Maharaja Tarusbawa? Menurut Wikipedia, Sri Maharaja Tarusbawa merupakan raja ke-13 dari Kerajaan Tarumanegara.
-
Bagaimana Tarian Gending Sriwijaya ditampilkan? Tarian ini dibawakan oleh gadis Palembang untuk menerima tamu penting. Palembang tak hanya terkenal dengan makanan khasnya, melainkan juga tradisi dan budayanya yang begitu beragam dan unik. Salah satu budaya Palembang yang terkenal adalah Tari Gending Sriwijaya.
Melewati kebun-kebun karet warga dan perusahaan di jalanan sempit, yang hanya memiliki satu jalur motor. Sepanjang perjalanan, kondisi jalan hampir sama, tanah, koral, berdebu dan berlubang. Perlu memiliki kecakapan mengendarai motor agar tetap stabil.
Dua setengah jam perjalanan, tibalah di lokasi pencarian harta karun. Merdeka.com disambut ratusan sepeda motor dan beberapa mobil terparkir tak jauh dari lokasi. Posisinya berada di perbatasan lahan perusahaan dan persawahan milik warga.
Banyak juga pemburu menggunakan jasa speedboat menuju lokasi. Biasanya mereka berasal dari Kecamatan Tulung Selapan yang ditempuh 30 menit perjalanan sungai.
Berjalan kaki sekitar 30 meter, tibalah di titik pencarian pertama. Ratusan warga memenuhi sungai yang baru saja dilakukan normalisasi. Beberapa tenda seadanya didirikan di pinggir sungai.
Nampak warga mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki dan perempuan serius mengeruk tanah pinggiran sungai dengan cangkul. Tanah itu dimasukkan dalam baskom besar lalu diisi air, dilimbang barulah diayak.
Mesti hati-hati membuang air dan kotoran dari baskom. Bisa-bisa barang yang dicari justru ikut nyemplung ke sungai. Para pelimbang penuh kesabaran dalam proses ini.
Selain itu, kejelian mata juga menjadi hal penting lainnya. Sebab, seringkali harta karun itu hanya sebesar ujung kuku atau bulatan kecil.
Setelah didapatkan, benda itu disimpan di botol bekas air mineral yang diisi sedikit air jernih. Bagi pencari sendirian, botol itu dikalungkan ke leher tertutup rapat. Sedangkan pemburu rombongan, menitipkan ke teman atau keluarganya yang berada di daratan sambil ikut mengamati limbangan baskom.
Menjelang siang tiba, pemburu datang silih berganti. Ada yang berlangsur pulang, banyak juga baru datang dengan membawa cangkul, baskom, dan perlengkapan lainnya. Biasanya perburuan dilakukan sampai sore hari.
Melimbang Jadi Berkah di Tengah Harga Karet Anjlok
Melimbang emas di Pelimbangan sudah dilakukan warga sejak lama. Lokasi itu menjadi berkah bagi petani yang tengah kesulitan ekonomi akibat harga karet anjlok. Karet menjadi mata pencarian utama masyarakat setempat di samping terkadang mencari ikan di sungai.
Rusmina (55) mengaku baru beberapa hari ikut mencari emas. Dia penasaran cerita warga yang heboh dengan penemuan itu.
"Tadinya penasaran saja, baru kemarin. Ini baru dapat manik-manik sama emas kecil-kecil," ungkap Rusmina.
Otong (40) menuturkan, harta karun itu dikumpulkan terlebih dahulu di rumah sebelum dijual ke pengepul di Desa Sungai Jeruju atau pedagang emas di pasar Tulung Selapan. Rata-rata mereka mendapatkan uang Rp2 juta sampai Rp4 juta seminggu.
"Ya kadang dapat kadang tidak, tergantung nasib. Tapi tidak mungkin tetap mencari jika tidak ada hasil," kata dia.
Baru-baru ini, kata dia, ada warga yang menemukan konde emas seberat 3 ons dan dijual Rp21 juta. Penemuan itu menambah semangat warga memburu harta karun.
"Hari ini kurang beruntung, kebanyakan cuma dapat manik-manik saja. Tapi biasanya kalau ada manik-manik ada emasnya juga, mungkin belum ketemu saja," ujarnya.
Menurut dia, banyak warga beralih profesi dari petani karet ke pemburu emas karena keuntungan didapat lebih besar. Terlebih bagi warga menggarap kebun orang dengan penghasilan tak lebih dari Rp500 ribu per hari.
"Sekarang sudah mulai ada hujan, kalau musim hujan tidak lagi mencari harta karun, kami balik lagi jadi petani karet," kata dia.
"Kami ingin menikmati peninggalan nenek moyang, mungkin mereka titipkan untuk anak cucunya," pungkasnya.
(mdk/cob)