Musim paceklik, hasil melaut nelayan di Pati cuma laku Rp 20 ribu
Sejumlah nelayan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sejak beberapa bulan terakhir minim tangkapan karena setiap melaut tidak mendapatkan tangkapan yang memuaskan menyusul cuaca yang belum menentu.
Sejumlah nelayan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sejak beberapa bulan terakhir minim tangkapan karena setiap melaut tidak mendapatkan tangkapan yang memuaskan menyusul cuaca yang belum menentu.
"Musim sekarang termasuk musim peralihan dari angin timur menuju baratan. Terkadang di tengah laut terjadi ombak tinggi, kemudian reda," kata salah seorang nelayan Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Suroto di Pati, Minggu (21/10) dikutip dari Antara.
-
Apa yang ditemukan oleh nelayan tersebut? Trevor Penny menemukan pedang tersebut ketika magnet yang dia gunakan saat menyusuri sungai menarik benda logam dan ternyata itu adalah pedang kuno berusia 1.200 tahun.
-
Kapan mumi Nesyamun hidup? Berkat teknologi pencetak tiga dimensi (3D) yang sangat canggih, para peneliti sekarang bisa merekonstruksi suara mumi Mesir kuno berusia 3.000 tahun.
-
Apa yang ditemukan di "Gerbang Neraka"? Ditemukan banyak sekali kerangka manusia di tempat ini, termasuk beberapa tanpa kepala.
-
Di mana Desa Kedungmulyo berada? Salah satu desa yang dilalui deretan Pegunungan Kendeng itu adalah Desa Kedungmulyo yang berada di Kecamatan Sukolilo, Pati.
-
Kapan Ndalem Yudanegara dibangun? Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Kondisi seperti itu, kata dia, selalu terulang dan sejak beberapa bulan terakhir hasil tangkapan ikannya juga tidak menentu.
Termasuk, lanjut dia, dua hari terakhir ini juga mendapatkan hasil minim karena ikan yang ditangkap hanya laku Rp 20.000, sedangkan sehari sebelumnya justru pulang tanpa hasil.
"Uang hasil tangkapan tersebut, masih harus dibagi berdua karena setiap melaut membutuhkan dua orang," ujarnya.
Setiap melaut tanpa mendapatkan hasil tangkapan, maka nelayan menanggung kerugian hingga Rp 50.000 karena biaya operasional setiap melaut untuk jarak sedang, belum termasuk tenaga selama melaut.
Meskipun beberapa kali tidak mendapatkan hasil tangkapan, dia mencoba melaut mulai dini hari pukul 02.00 WIB, namun tetap tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Ia memperkirakan hasil tangkapan nelayan akan kembali normal, ketika memasuki musim baratan yang ditandai dengan gelombang tinggi.
Meskipun memasuki musim baratan, kata dia, khusus wilayah tangkapan nelayan di Kecamatan Tayu dan sekitarnya justru aman dari gelombang tinggi, berbeda dengan nelayan tetangga di Kabupaten Jepara justru tidak bisa melaut.
Pengalaman musim baratan sebelumnya, hasil tangkapan ikan selama melaut bisa mencapai 60-an kilogram untuk satu jenis ikan, sedangkan hasil tangkapannya biasanya bermacam-macam jenis ikan.
Teman nelayan yang lainnya, kata dia, informasinya ada yang tidak melaut dan memilih mencari pekerjaan lain untuk mengisi selama masa paceklik.
"Bagi nelayan tidak memiliki alternatif pekerjaan seperti saya, tetap melaut dengan hasil yang tidak menentu," ujarnya.
Baca juga:
Sandiaga sebut hukum dan ekonomi jadi sorotan di 4 tahun Jokowi-Kalla
Permudah izin, Menteri Susi ajak nelayan Pantura Jateng beralih ke kapal fiber
Cegah jaring ikan dapat sampah plastik, Menteri Susi minta nelayan setop pakai kresek
Balas Menteri Susi, Sandi bilang sulitnya izin melaut curhat nelayan
Puluhan nelayan di Palembang pakai konverter kit elpiji pengganti BBM
Aksi massa KIARA geruduk kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan