Mutilasi Warga dan Tembak Polisi, Ali Kalora Cs Diduga Ingin Tunjukkan Eksistensi
Polisi juga telah mengetahui kekuatan yang dimiliki kelompok teroris Ali Kalora cs itu. Jumlah mereka hanya tersisa 10 orang dengan tiga senjata api terdiri dari dua pucuk laras panjang dan satu laras pendek rakitan. Selebihnya mereka menggunakan senjata tajam.
Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora diduga ingin menunjukkan eksistensinya. Di penghujung tahun 2018, mereka berulah dengan memutilasi warga sipil untuk memancing kehadiran aparat kepolisian dan menembakinya.
"Motifnya yang pertama memang menunjukkan eksistensinya. Ini perbuatan murni pembunuhan. Mungkin kelompok tersebut merasa ada masyarakat mengetahui pergerakannya sehingga membunuh masyarakat tersebut," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, Jakarta, Kamis (3/1/2019).
-
Kapan Tiko Aryawardhana meninggalkan Polres Metro Jakarta Selatan? Pada Rabu dini hari tanggal 17 Juli sekitar pukul 00.35 WIB, setelah selesai pemeriksaan, suami dari Bunga Citra Lestari ini terlihat berjalan cepat meninggalkan Polres Metro Jakarta Selatan.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Kapan Teras Malioboro diresmikan? Mengutip Jogjaprov.go.id, kawasan Teras Malioboro diresmikan pada 26 Januari 2021 oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Meski begitu, aksi mantan anak buah Santoso alias Abu Wardah itu tidak dikategorikan sebagai tindak pidana terorisme. "Untuk penyerangan polisi semua tindak pidana murni, tidak ada menyangkut dengan tindak pidana terorisme," ucapnya.
Polisi juga telah mengetahui kekuatan yang dimiliki kelompok teroris Ali Kalora cs itu. Jumlah mereka hanya tersisa 10 orang dengan tiga senjata api terdiri dari dua pucuk laras panjang dan satu laras pendek rakitan. Selebihnya mereka menggunakan senjata tajam.
"Kelompok ini kecil, kelompok ini lemah. Meskipun kondisi geografis cukup luas, dengan Satgas Tinombala gabungan TNI-Polri sudah cukup untuk melakukan pengejaran," kata Dedi.
Dengan kekuatan yang kecil, kelompok Ali Kalora cs diyakini tidak akan berani merencanakan penyerangan terhadap aparat. Menurut Dedi, aksi mereka yang mungkin perlu diwaspadai adalah hit and run.
Selain memburu Ali Kalora Cs, Satgas Tinombala bersama tim Binmas Polri dan stakeholder terkait juga berupaya memberikan edukasi dan pencerahan terhadap masyarakat setempat. Masyarakat diimbau tidak terpengaruh dengan situasi tersebut.
"Kita juga ingin memberikan jaminan keamanam khususnya untuk masyarakat di desa-desa yang berbatasan dengan hutan. Kita lakukan penyekatan dalam rangka memotong jalur distribusi logistik, demikian juga kerja sama dengan masyarakat untuk bisa memonitor lingkungan di sekitar kebun maupun ladang masyarakat," ucap Dedi.
Dedi mengklaim, secara umum situasi di ladang dan perkebunan wilayah Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah terpantau kondusif pasca-insiden tersebut. "Masyarakat dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari baik di kebun, ladang maupun rumah masing-masing," tuturnya memungkasi.
Sebelumnya, aparat kepolisian ditembaki orang tak dikenal saat sedang mengevakuasi jasad warga sipil korban mutilasi di kawasan Desa Salubanga, Sausu, Parimo, Sulteng pada Senin 31 Desember 2018. Pelaku diyakini sebagai kelompok teroris Poso pimpinan Ali Kalora.
Saat itu, dua anggota yakni Bripka Andrew dan Bripda Baso terpaksa turun dari kendaraannya lantaran jalan yang dilalui terhalang kayu dan ranting pohon. Namun saat menyingkirkan kayu-kayu tersebut, keduanya ditembaki dari arah belakang.
Kontak tembak antara petugas kepolisian dan kelompok teroris pun tak terhindarkan. Setelah berjibaku dengan hujan peluru selama sekitar 30 menit, kedua anggota yang mengalami luka tembak akhirnya berhasil dievakuasi.
Polri menduga, warga sipil berinisial RB alias A (34) yang kepalanya ditemukan terpotong di atas jembatan Dusun Salubase sengaja dimutilasi untuk memancing kedatangan aparat kepolisian dan selanjutnya dijadikan sasaran tembak.
Baca juga:
Saksi Pastikan Korban Mutilasi di Parimo Dibunuh Teroris Poso Ali Kalora
Perburuan Teroris Poso Ali Kalora dkk Terkendala Medan Berat dan Cuaca Buruk
60 Anggota Brimob Dikerahkan Buru Kelompok Teroris Ali Kalora
Ditemukan Tewas di Kuburan, Bripka Matheus luka tembak di Bagian Kepala
Bom Meledak di Pintu Masuk Mal Filipina, 2 Orang Tewas
Satgas Tinombala Buru Kelompok Teroris Ali Kalora
Buru Kelompok Teroris Poso Ali Kalora, Polisi Temukan 3 Bom Lontong dan Amunisi