Najemiah sakit usai minum air dari Taat Pribadi, kuku & tangan hitam
Sebelumnya ia juga mengatakan ada hubungan penyebab kematian ibunya diketahui pebisnis jual beli tanah itu setelah meminum air dalam botol kiriman dari orang suruhan Kanjeng Dimas atas nama VJ. Kendati demikian dirinya tidak tahu persis berapa kali menerima air tersebut.
Muhammad Nur Jamil, anak bungsu almarhumah Najemiah Muin korban penipuan dan penggandaan uang oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi menduga ibunya tewas dibunuh. Semasa hidup Najemiah pernah setor uang Rp 200 miliar lebih ke Taat.
"Kami menganalisa ada kecurigaan, waktu kami bawa ke rumah sakit di Makassar saat didiagnosa pertama terkena maag. Kami kemudian kurang puas hasil diagnosa dokter waktu itu, lalu kami dibawa ke Singapura untuk berobat," jelas Nur di kediaman pribadinya Jalan Sunu blok K/10, Tallo, Makassar, Selasa (5/10).
Dirinya menyatakan keberangkatan ke Singapura untuk berobat untuk memastikan sakit yang diderita bundanya yang meninggal dunia setelah berobat di negara tetangga itu lima bulan lalu.
"Dokter di sana mengatakan tidak apa-apa. Tetapi sewaktu masuk ICU sudah mulai terlihat keanehan, dari tangan terlihat mulai kehitaman dan lama kelamaan sampai pada kukunya terlihat hitam pekat," ungkapnya dilansir dari Antara.
Sebelumnya ia juga mengatakan ada hubungan penyebab kematian ibunya diketahui pebisnis jual beli tanah itu setelah meminum air dalam botol kiriman dari orang suruhan Kanjeng Dimas atas nama VJ. Kendati demikian dirinya tidak tahu persis berapa kali menerima air tersebut.
"Ada kiriman air dibawa suruhan Kanjeng Dimas ke bunda untuk diminum. Tetapi beberapa selang kemudian bunda jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, setelah beberapa saaat dirawat bahkan dibawa ke Singapura, namun bunda akhirnya meninggal dunia," ungkapnya.
Nur Jamil telah beberapa kali memberikan saran agar ibu kandungnya itu tidak mempercayai adanya modus penggandaan uang. Meski dilarang, bunda tetap tidak bergeming dan malah meminta dirinya ikut menemui Kanjeng Dimas di Padepokan tepatnya di Probolinggo.
"Waktu itu saya akhirnya diajak ke sana, awalnya saya curiga kenapa bawa koper, mungkin pakaian isinya, tetapi setiba di sana setelah dibuka ternyata isinya uang semua, saya kaget," jelasnya.
Selain itu dirinya selalu mempertanyakan mengapa selalu mengirim uang sebanyak itu ke sana padahal bisa dipakai usaha. Tetapi ibunya mengatakan uang tersebut akan dijadikan mahar dan akan mendapatkan keuntungan berlipat dan bisa dibagi-bagikan ke masyarakat.
"Almarhum memang punya sifat sosial yang tinggi. Awalnya ada orang datang mempengaruhi dengan membawa ajaran agama, bunda kan orangnya beragama, setelah dipengaruhi akhirnya ikut hingga beberapa tahun. Mungkin saja bunda beberapa kali menuntut uang digadakan secepatnya agar kembali, tetapi ditolak oknum, kemudian diduga kuat bisa saja akhirnya diselesaikan," ungkap Nur.
Sebelumnya, tim penyidik dari Polda Jawa Timur Kompol Pamuji tiba di Makassar pada Senin (3/10). Didampingi Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Frans Barung Magrera langsung menuju padepokan perwakilan Kanjeng Dimas Pribadi yang dikelola Marwah Daud di rumahnya jalan Bontobila, Kelurahan Bontobila, Kecamatan Manggala, Makassar.
Padepokan itu tertutup rapat dan tidak ada aktivitas. Penyidik Kompol Pamuji bersama Kapolda Sulsel Irjen Anton Charliyan, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Rusdi Hartono dan Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Frans Barung Mangera menyaksikan langsung barang bukti uang dan emas batangan serta mustika batu mulia yang diduga palsu itu.
Saat pembokaran beberapa peti itu di rumah korban Jalan Sunu kompleks perumahan dosen blok K/10, Tallo, Makassar ditemukan empat peti uang palsu baik rupiah dan mata uang asing. Kemudian peti lainnya berisikan emas batangan, batu mustika, keris dan barang lainnya diduga palsu.
Berdasarkan keterangan pihak keluarga, barang-barang tersebut didapatkan secara bertahap dengan keseluruhan seperti mata uang asing dan kepingan emas batangan sebanyak sembilan koper uang dan satu peti emas serta batu mulia lainnya mulai tahun 2013-2015.