Operasi penindakan serentak, polisi tangkap 9 orang diduga teroris
Polri melakukan operasi penindakan serentak di beberapa wilayah Indonesia pada hari ini Selasa (24/10). Dalam melakukan operasi tersebut, polisi telah melakukan penangkapan terhadap sembilan orang tersangka diduga teroris.
Polri melakukan operasi penindakan serentak di beberapa wilayah Indonesia pada hari ini Selasa (24/10). Dalam melakukan operasi tersebut, polisi telah melakukan penangkapan terhadap sembilan orang tersangka diduga teroris.
Karopenmas Divhumas Mabes Polri, Brigjen Pol Rikwanto mengatakan, kesembilan tersangka diduga teroris itu ditangkap di beberapa wilayah yang berbeda. Yang pertama pihaknya menangkap Yoyok Handoko (42), sekitar pukul 06.00 WIB, di Indomaret, Jalan Bukit Barisan Pekanbaru.
"Keterlibatannya itu merupakan salah satu yang ikut dalam idad di Bukit Gema Kabupaten Kampar Riau. Mengikuti pelatihan menembak di Jambi dan merencanakan aksi teror sasaran kantor polisi di Pekanbaru," kata Rikwanto melalui keterangan tertulis, Jakarta, Selasa (24/10).
Selanjutnya, pihaknya menangkap Bakri alias Bakri Baroncong (42) alias Aslam alias pak Nur, sekitar pukul 07.04 WITA di Desa Timampu, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Dimana yang bersangkutan ditangkap berkaitan dengan keterlibatan yang ikut serta dalam kejadian Bom Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2012, sesuai dengan BAP beberapa tersangka lain.
"Yang pertama BAP Jodi, bahwa pada hari Minggu tanggal 11 November 2012, Bakri memberikan Bom Pipa dan korek api kepada Jodi dan Awaludin alias Awal untuk melakukan pembunuhan terhadap Gubernur Sulsel. Bakri bersama Suwardi, Budi dan Yadi mengikuti tausiah yg di bawakan oleh Abu Uswah dengan materi bahan dan cara pembuatan bom lontong di kebun milik Muhtar Hadi. Dalam pelatihan pembuatan bom itu berhasil membuat sekitar 20 batang bom (Jodi memegang 2 batang, Bakri memegang 6 batang, Awi memegang 6 batang, Abu Uswah 4 batang)," ujarnya.
"Lalu yang kedua dalam BAP Awaluddin yang dimana Abu Uswah memerintahkan Awaluddin agar sebelum ke lokasi amaliah (bom Gubernur Sulsel) agar singgah di rumah Bakri untuk mengambil bom," sambungnya.
Lebih lanjut, polisi menangkap Wawan alias Abu Afif (42), sekitar pukul 07.15 WIB, di Jalan Kopkar Raya, Perumahan Pandau Permai, Pekanbaru, Riau. Keterlibatan Wawan sebagai Amir JAD Pekanbaru, memimpin baiat pada idad di Bukit Gema Kabupaten Kampar Riau, memotivasi jaringan untuk amaliyah dikantor polisi dan mengetahui adanya pelatihan membuat bom dan pelatihan menembak di Jambi.
"Kami juga menangkap Beni Samsu Trisno alias Abu Ibrohim (31), sekitar pukul 07.15 WIB, ditangkap di Jalan Kopkar Raya, Perumahan Gading Permai. Keterlibatannya merupakan salah satu peserta pelatihan di bukit Gema Kabupaten Kampar Riau, mengikuti pelatihan menembak di Jambi dan merencanakan aksi teror sasaran kantor polisi di Pekanbaru," ucapnya.
Lalu, sekitar pukul 07.15 WIB, polisi juga menangkap Muhammad Khoirudin (33), di Jalan Sapen, Sukorejo Kendal, Jawa Tengah. Khoirudin ditangkap juga karena diduga terlibat dalam tindak pidana terorisme. Keterlibatan Khoirudin sendiri sebagai penyandang dana kelompok Hendro Fernando yang terkait dengan MIT Poso pada periode 2015 hingga 2016.
"Pada pukul 10.30 WIB telah ditangkap Handoko alias Abu Buchori, yang ditangkap di rumah perumahan Griya Taman Anggrek Rambah Jaya, Siak Hulu Kubang Raya Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Keterlibatan Handoko itu merupakan salah satu yang ikut dalam idad di Bukit Gema, Kabupaten Kampar, Riau. Pernah disampaikan kepada Wawan mengenai rencana Amaliah di Kantor kantor polisi di wilayah Pekanbaru dan mengikuti latihan persenjataan atau menembak di Jambi," tuturnya.
Pada pukul 11.00 WIB, polisi juga telah melakukan penangkapan terhadap tersangka atas nama HASBY, di Jalan Mojolaban Sukoharjo, Jawa Tengah. Lalu, pada pukul 11.20 WIB Di Jalan Raya Ponorogo, Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. telah dilakukan penangkapan terduga teroris atas nama Hendrasti Wijanarko alias Jarwoko alias Lir Ilir.
"Keterlibatan yang bersangkutan, Ikhwan yang menggunakan akun telegram Lir ilir bernama "Jarwoko" orang asal Madiun, sering berkunjung ke LP Madiun. Nur Sholikin menikah dengan Dian Yulia Novi (pelaku rencana bom bunuh diri Istana Negara) dinikahkan oleh napi teroris LP Madiun (Wiliam Maksum). Yang membantu pernikahan adalah Lir ilir alias Wijanarko," ujarnya.
"Sebelum terjadi pernikahan, Nur Sholikin, Lir ilir, merupakan anggota grup telegram 'Warkop', yang didalamnya juga terdapat Bahrun Naim, dan Khafid Fathoni, didalamnya terdapat anggota yang semuanya pendukung atau simpatisan Daulah. Pada saat proses pernikahan pelaku rencana bom bunuh diri Istana Negara melalui media sosial, mereka membuat grup telegram atau medsos tersendiri yang bernama 'Kulak Tahu', yang didalamnya juga terdapat Bahrun Naim, dan Hendrasti Wijanarko," ujarnya.
Dan yang terakhir, sekitar pukul 12.30 WIB, polisi menangkap Nanang Kurniawan alias Abu Aisha, di Jalan Kubang Raya Kilometer 5 (gang rumah Abu Aisha) disekitar Kuala, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar Riau. Dari penangkapan terhadap Wawan, polisi telah menyita sejumlah barang bukti berupa handphone android merk Advan dan sepeda motor Supra Fit biru BM 2570 SN.
"Untuk selanjutnya, dilakukan akan intrograsi terhadap yang bersangkutan," tandasnya.