Organ tubuh hilang, BBKSDA curiga harimau sumatera tewas akibat perburuan liar
BBKSDA Sumut menemukan indikasi perburuan liar itu setelah melihat kondisi bangkai harimau.
Pembunuhan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Desa Bangkelang, Batang Natal, Mandailing Natal (Madina), Sumut, Minggu (4/3) bakal berbuntut panjang. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara mencurigai praktik perburuan liar di balik aksi itu.
BBKSDA Sumut menemukan indikasi perburuan liar itu setelah melihat kondisi bangkai harimau. "Ada beberapa organ tubuh satwa tersebut yang hilang, seperti taring, kulit bagian dahi, kulit bagian ekor, dan juga kuku harimau," kata Kepala BBKSDA Hotmauli Sianturi di Medan, Senin (5/3).
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Kenapa hewan liar yang dipelihara bisa menyebabkan luka? Sebagian besar hewan liar seharusnya tidak dijadikan hewan peliharaan. Hewan seperti primata, harimau atau singa, dan beberapa jenis reptil bisa menyebabkan luka bagi orang yang memeliharanya.
-
Mengapa warga Sampangan panik dengan kucing liar? Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
-
Bagaimana hewan liar bisa dipisahkan dari induknya untuk jadi peliharaan? Hewan liar biasa ditangkap atau dipisahkan dari induknya untuk dijadikan hewan peliharaan.
-
Dimana hewan liar yang dipelihara seringkali diambil dari habitat aslinya? Menangkap satu spesies hewan liar dari habitatnya juga mempengaruhi seluruh ekosistem asli, berisiko menyebabkan ketidakseimbangan antara predator, mangsa, dan hubungan simbiotik.
Jika hanya didasarkan pada ketakutan warga terhadap harimau, tentunya cukup membunuh satwa itu. Kenyataannya, ada yang mengambil organ-organnya. "Kalau hanya untuk mempertahankan diri dengan alasan keamanan, dimatikan saja kan cukup, ini kok bisa diambil organ-organ tubuhnya. Ini yang membuat kita curiga," ujarnya.
Pernyataan Hotmauli ini terkait matinya seekor harimau sumatera di Desa Bangkelang, Batang Natal, Madina pada Minggu (4/3) pagi. Satwa yang terkepung di kolong rumah warga itu ditombaki kemudian ditembak sebelum kedatangan petugas BBKSDA, Balai Taman Nasional Batang Gadis dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), tiba di lokasi.
Bangkai satwa dilindungi tersebut berhasil dievakuasi petugas. Namun, taring, kulit pada bagian kening, kulit pada bagian ekor, serta kukunya hilang.
Sebelumnya, harimau sumatera sudah terlihat di kawasan itu sejak sekitar setengah bulan sebelumnya. Ketika itu warga digegerkan dengan isu adanya harimau jadi-jadian pada pertengahan Februari 2018. Pencarian sempat dilakukan, dan dua warga sempat terluka diserang harimau.
Pihak Balai Taman Nasional Batang Gadis dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) kemudian terlibat untuk penanganannya. Satwa dilindungi ini sempat terpantau di beberapa desa di Batang Natal.
Dalam perjalanan penanganan harimau ini, petugas dari BBKSDA, sempat disekap warga. Hotmauli menjelaskan, peristiwa penyekapan ini terjadi pada Sabtu (24/2) saat masyarakat dihebohkan munculnya harimau di Desa Ampung Siala. Aksi serupa terjadi pada Senin (26/2) di sekitar Desa Hatupangan.
Kedatangan petugas ke lokasi mendapat penolakan dari warga. Mereka tetap menginginkan agar harimau itu dibunuh.
"Tim mengalami pelecehan verbal dengan dimaki dan dipaksa menandatangani kesepakatan yang isinya antara lain tidak menuntut jika dilakukan pembunuhan terhadap satwa buas oleh masyarakat dan aparat keamanan demi keamanan warga," tutur Hotmauli.
Tim pun tidak diperbolehkan datang lagi ke Desa Hatupangan dan sekitarnya. Penanganan konflik satwa liar juga harus diserahkan kepada masyarakat dan aparat keamanan.
Sampai akhirnya, harimau sumatera itu mati dibunuh di Desa Bangkelang. Pihak BBKSDA hanya mendapat bangkai dengan kondisi memprihatinkan. Sejumlah organnya hilang.
Untuk menelusuri dugaan perburuan liar pada kejadian ini, BBKSDA Sumut sudah melayangkan surat ke Kapolda Sumut. "Kami berharap pelaku perburuan liar, yang mengatasnamakan konflik antara harimau dan warga, segera ditindak," ucap Hotmauli.
BBKSDA Sumut juga berharap Polda Sumut membantu dan memberikan dukungan untuk penyelesaian permasalahan yang memicu konflik antara satwa liar dengan masyarakat. "Intinya kita meminta bantuan dan dukungan penyelesaian permasalahan penebangan liar yang menyebabkan konflik satwa liar dengan masyarakat," ujar Hotmauli.
Baca juga:
Harimau Sumatera ditombak mati karena masuk kolong rumah warga di Sumut
BKSDA Aceh minta bantu pawang usir harimau dari kebun warga
Dua kali lolos, penjerat harimau Sumatera diringkus
Menengok kehidupan harimau Sumatera di Los Angeles
Warga Aceh Besar resah harimau mangsa ternak
Harimau Sumatera terancam punah