Ormas keagamaan bubarkan acara natalan, kinerja polisi dipertanyakan
Ormas keagamaan bubarkan acara natalan, kinerja polisi dipertanyakan. Sodik Mudjahid mempertanyakan kinerja aparat kepolisian yang terkesan membiarkan ormas keagamaan membubarkan paksa Kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang diselenggarakan Gedung Sabuga, Bandung.
Wakil Ketua Komisi VIII dari Fraksi Gerindra Sodik Mudjahid mempertanyakan kinerja aparat kepolisian yang terkesan membiarkan ormas keagamaan membubarkan paksa Kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang diselenggarakan Gedung Sabuga, Bandung.
"Khusus acara di Bandung kita juga pertanyakan kerja aparat yang seperti membiarkan ada umat lain masuk ke dalam acara pribadatan suatu agama yang akhirnya menjadi biang dan sumber konflik," kata Sodik saat dihubungi, Rabu (7/12).
Sodik menilai, pemerintah harus turun tangan memberikan sosialisasi kepada masyarakat soal pentingnya rasa tolerasnsi antar umat beragama.
"Kita harus mendidik dengan serius soal toleransi dan menentang keras segala bentuk intoleransi. Ini untuk semua pemeluk agama," jelasnya.
Untuk diketahui, Kasubag Humas Polrestabes Bandung Kompol Renny Marthaliana menjelaskan kronologi kejadian tersebut. Sekitar pukul 11.00 WIB, panitia sepakat akan melaksanakan KKR hanya untuk session pertama khusus untuk anak sekolah, sedangkan session kedua dialihkan ke gereja GII (gereja injil indonesia), namun tidak disetujui oleh panitia lain. Akhirnya disepakati bahwa untuk session kedua ditiadakan.
Pada pukul 13.00 WIB, sekitar 75 orang massa gabungan dari PAS dan DDI bandung datang dan melakukan orasi di depan jalan menuju Sabuga. Panitia menyampaikan bahwa kegiatan akan berakhir pada pukul 15.00 WIB. Sekitar pukul 15.30 WIB, jemaat yang terdiri dari anak sekolah mulai membubarkan diri. Namun beberapa orang panitia masih berada di lokasi. Ormas memberi waktu 30 menit agar semua membubarkan diri.
Sekitar pukul 17.00 WIB, ormas datang lagi dan disepakati bahwa akan membubarkan diri. Perwakilan ormas menunggu pendeta Stephen Tong. Namun ketika ormas menunggu kedatangan pendeta, dari dalam ruangan terdengar suara nyanyian kebaktian. Mereka meminta kegiatan dihentikan.
Sekitar pukul 18.30 WIB, dilaksanakan pertemuan perwakilan ormas, Kapolrestabes, Dandim, panitia dengan Pendeta. Pukul 20.00 diperoleh kesepakatan bahwa Pendeta akan menjelaskan situasi kepada jemaat diberi waktu 10 menit. Namun dalam pelaksanaannya sampai 15 menit karena ditambah doa dan nyanyian, sehingga ormas meminta dihentikan. Kapolres meminta panitia menghentikan kegiatan. Pukul 20.30 WIB kegiatan selesai dan jemaat maupun ormas berangsur membubarkan diri.
Baca juga:
Sambut Natal & Tahun Baru, Kemenhub uji kelaikan kapal 13 pelabuhan
Ini 10 poin penting Ridwan Kamil sikapi pembubaran acara keagamaan
Gubernur Jabar akan selesaikan polemik pembubaran natalan di Bandung
Mendagri akan rapat bahas polemik pembubaran natalan di Bandung
Ormas bubarkan acara Natalan, PDIP ingatkan pesan pendiri bangsa
Politisi PDIP sebut pembubaran Natalan di Bandung tragedi intoleran
Jelang Natal pesanan patung Yesus & Bunda Maria meningkat tajam
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan Festival Sekerat dilaksanakan? “Kita ingin Festival Sekerat ini menjadi agenda rutin yang akan dilaksanakan setiap tahun. Tentu saja dari tahun ke tahun akan semakin meriah,” kata Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman.
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.
-
Kapan Festival Tabot dilakukan? Acara ini akan dilaksanakan setiap tahun baru 1 sampai 10 Muharram pada kalender Islam.
-
Apa yang dirayakan dalam acara tersebut? Acara ini merupakan bentuk syukur Syifa atas kelahiran anak keduanya ke dunia.