Panglima TNI ingatkan penjajahan gaya baru gunakan media sosial
Panglima TNI ingatkan penjajahan gaya baru gunakan media sosial. Gatot menjelaskan, media sosial tak memiliki batasan ruang lingkup hingga bisa memasuki wilayah pribadi. Sering kali masyarakat tanpa sadar justru membanggakan para penjajah.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut media sosial menjadi salah satu ancaman keutuhan NKRI. Secara tidak sadar rakyat Indonesia telah 'dijajah' melalui media sosial.
"Medsos menjajah luar biasa. Yang dijajah merasa tidak dijajah, bahkan mau mengeluarkan uang untuk dijajah," kata Gatot dalam pidatonya di hadapan ratusan kepala daerah yang mengikuti Pembekalan di BPSDM Kemendagri, Jakarta Selatan, Rabu (24/5).
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Bagaimana pasukan TNI memburu Presiden Fretilin Nicolao Lobato? Batalyon Parikesit memburu Lobato dengan dua helikopter SA-330 Puma milik TNI AU. Setiap ada info, pasukan akan diterbangkan helikopter ke lokasi terdekat. Mereka akan turun menggunakan tali atau melompat dengan gesit dari helikopter untuk kemudian mengejar Lobato. Tahun 1978 tim mobile udara turun untuk pertama kali di wilayah Laklobar dan Soibada. Pergerakan mereka terbukti efektif menekan lawan. Suara helikopter yang menderu-deru di perbukitan juga menjadi pukulan psikologis bagi pasukan pengawal Lobato.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
Gatot menjelaskan, media sosial tak memiliki batasan ruang lingkup hingga bisa memasuki wilayah pribadi. Sering kali masyarakat tanpa sadar justru membanggakan para penjajah.
"Buktinya media sosial membuat guncangan ekonomi dan sosial dan bisa juga mengancam persatuan dan kesatuan bangsa," kata Gatot.
Dia mencontohkan kasus penistaan agama yang dengan jelas melanggar undang-undang. Namun di media sosial justru diubah menjadi konflik SARA. Bahkan kasus tersebut ikut mengundang pihak asing ikut campur urusan masalah di Indonesia.
"Bahkan media asing ikut campur urusan Indonesia. Media asing dan global ikut bicara. Inilah bukti negara kita sangat indah makanya diperebutkan," tutur Gatot.
Meski begitu Gatot bersyukur masyarakat Indonesia tak mudah tersulut emosinya. Sehingga bagaimana pun permasalahan yang dihadapi masyarakat tetap bersatu dan hidup rukun.
"Untungnya masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang luar biasa apapun gencatannya tetap bersatu dan yang paling berperan adalah kepala daerah masing masing," kata Gatot mengakhiri.
(mdk/noe)