Pedenya Djarot, demo Ahok di mana-mana tak pengaruhi elektabilitas
Pedenya Djarot, demo Ahok di mana-mana tak pengaruhi elektabilitas. "Justru nanti bisa hati-hati loh saya sampaikan ya nanti bisa-bisa suara kita semakin banyak," ucap Djarot.
Pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, tengah di hadapkan persoalan serius. Bak badai menerjang, masalah yang datang seolah bertubi-tubi.
Hal itu bermula saat Ahok, sapaan Basuki, yang masih menjabat sebagai gubernur DKI, mengunjungi Kepulauan Seribu untuk meresmikan keramba ikan. Di sana, Ahok melakukan dialog dengan warga.
Saat itu, Ahok tiba-tiba menyinggung soal hak warga memilih seorang pimpinan yang seharusnya tak dipengaruhi apapun. Kemudian, Ahok entah secara sadar atau tidak menyinggung soal Surah Al Maidah ayat 51.
Tak sekadar mengutip, Ahok kemudian menyertakan kata 'dibohongi'. Video Ahok saat itu dengan cepat beredar. Bahkan Ahok, dinilai telah menistakan agama.
Suara kecaman terhadap Ahok sahut menyahut terdengar. Tak cuma kalangan elite, tokoh ulama juga geram. Bahkan sejumlah orang melaporkannya ke kepolisian.
Singkat cerita, polisi dinilai lambay mengusut Ahok. Kepolisian mulai diragukan bisa menyelidiki kasus ini sampai tuntas dan menetapkan Ahok sebagai pihak bersalah.
Massa dari sejumlah ormas kemudian bergerak turun ke jalan pada 18 Oktober lalu. Kondisi ini terjadi di sejumlah daerah. Seruan mereka sama, memproses Ahok secara hukum dengan tegas dan transparan tanpa tebang pilih. Mereka juga menilai ucapan Ahok saat itu sangat tak etis.
Rupanya, protes tak berhenti sampai di situ. Pada tanggal 4 November, ratusan ribu orang memadati kawasan Jl Medan Merdeka.
Sejumlah politikus dan ulama kondang ikut turun ke jalan. Mereka menyerukan keadilan agar Ahok diproses hukum terkait ucapannya.
Penolakan terhadap Ahok tak sampai di situ. Saat dia blusukan ke kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ahok didemo warga. Dia sampai dilarikan dari lokasi blusukan dengan angkot ke Polsek Kebon Jeruk.
"Kita enggak terima kampung kita dimasuki penista agama. Kita enggak mau cari ribut tolong pak polisi bisa usir Ahok," kata Habib Idrus Al-Ashi, di Jalan Ayub, Jakarta Barat, waktu itu.
Ahok juga pernah didemo warga Tebet, saat meresmikan ruang publik taman ramah anak. Meski dia tak sampai diusir dan acara berlangsung tuntas.
Dampak dari ulah Ahok, rekannya Djarot juga jadi sasaran demo. Tercatat dua kali kedatangan Djarot ditolak warga. Pertama di Kembangan Utara, Jakarta Barat, kemudian warga Kalibaru, Cilincing.
"Yang kami tolak adalah pemimpin yang arogan, pemimpin yang tidak merakyat, yang main gusur, tidak mau mendengarkan aspirasi masyarakat, itulah yang kami tidak inginkan. Dari sebelum ada penistaan agama kami sudah menolak," protes warga bernama Anwar Kartawinata (62) sekaligus Ketua Forum RT/RW Kelurahan Kalibaru.
Menghadapi kondisi ini, keduanya mengklaim tak terganggu. Mereka akan tetap blusukan seperti biasa hanya saja lokasinya tak bisa ditentukan.
Keduanya juga berdalih tetap optimis elektabilitas mereka tak akan turun meski badai menerpa pasangan yang diusung PDIP, Golkar, NasDem dan Hanura ini.
"Justru nanti bisa hati-hati loh saya sampaikan ya nanti bisa-bisa suara kita semakin banyak," ucap Djarot.
Djarot mengaku tidak terlalu memikirkan masalah elektabilitas dalam menghadapi Pilkada.
"Saya enggak mikir masalah elektabilitas nanti kita tunjukkan tanggal 15 Februari. Saya sampaikan kepada dia kalau kau memang tidak suka sama Ahok-Djarot, tanggal 15 jangan dipilih," terangnya.