Pelaku Skimming di Bali Kebanyakan Diotaki Warga Bulgaria dan Rumania
Kasubdit V Cybercrime Ditreskrimsus Polda Bali AKBP Gusti Ayu Putu Suinaci mengatakan, untuk para pelakunya adalah warga negara asing dari Eropa Timur. Mulai dari Negara Bulgaria, Polandia, Rumania dan Ukraina.
Polda Bali mencatat kasus pencurian informasi dari kartu kredit dan debit atau dikenal dengan istilah skimming ATM kerap dilaporkan masyarakat. Para korban kebanyakan warga negara asing.
Pada tahun 2018 kasus skimming ditangani Polda Bali mencapai 4 kasus dengan 10 pelaku ditangkap. Sementara untuk tahun 2019 ada 6 kasus skimming dan 13 pelaku berhasil diringkus.
-
Kapan bocah tersebut dikorbankan? "Persembahan 176" ditemukan di sayap barat sebuah kuil yang didedikasikan untuk Huitzilopochtli, dewa perang dan matahari suku Aztec pada abad ke-15 Masehi.
-
Apa yang disita oleh petugas Satpol PP di Denpasar? Barang bukti yang sita itu 4,5 kg daging anjing dan (ada yang sudah diolah) berupa rica-rica dan rawon. Itu, katanya laris dikonsumsi oleh orang-orang terbatas," kata Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, saat dikonfirmasi Kamis (1/8).
-
Apa yang ditukarkan warga Tambakreja dengan sembako di bank sampah Pandu Sirkaya? “Sampah yang dibawa ini seperti plastik, dus, terus kantong besar. Sampah itu bisa ditukarkan langsung. Kalau seharga Rp16 ribu bisa ditukarkan dengan minyak, sabun cuci, sabun mandi, dan sebagainya,” kata Yani Kabul dikutip dari Liputan6.com.
-
Apa yang terjadi pada embung di Desa Giritirto, Kebumen? Embung itu terletak di daerah perbukitan, tepatnya di Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen. Selintas tidak ada yang salah dengan pembangunan embung itu. Namun sejak dibangun pada tahun 2018 lalu, embung itu tidak bisa digunakan untuk kepentingan warga.
-
Kenapa Bukti Transaksi penting? Salah satu fungsinya beserta peran penting bukti transaksi yaitu untuk mencegah munculnya permasalahan keuangan di waktu yang akan datang.
-
Kapan Gedung De Javasche Bank diresmikan? Gedung De Javasche Bank ini diresmikan pada 30 Juli 1907, disusul dua kantor cabang lainnya pada 15 Januari 1908 dan 3 Februari 1908.
Kasubdit V Cybercrime Ditreskrimsus Polda Bali AKBP Gusti Ayu Putu Suinaci mengatakan, untuk para pelakunya adalah warga negara asing dari Eropa Timur. Mulai dari Negara Bulgaria, Polandia, Rumania dan Ukraina.
"Untuk pelakunya yang paling sering Bulgaria dan Rumania," kata Suinaci saat ditemui di kantornya Ditreskrimsus Polda Bali, Senin (18/11).
Sementara, untuk laporan aduan kasus skimming diterima Polda Bali pada tahun 2018 ada 179. Sementara kasus skimming pada tahun 2019 ada 127. 90 persen korban adalah warga negara asing sisanya adalah warga lokal.
Suinaci menjelaskan,aduan laporan kasus skimming itu tidak mesti terjadi di Bali. Tapi bisa di luar negeri dan di daerah Indonesia yang ATM-nya telah dipasangi alat skimming dan kemudian baru diketahui setelah di Bali.
"Contoh, (korban) liburan ke Bali padahal sampai ke Bali dia belum transaksi dan masuk M Bangking dan ada transaksi (mencurigakan). Kemungkinan bukan di Bali, diambil datanya dan bisa diluar negeri. Ada yang di luar (negeri) ada yang di Indonesia," ujarnya.
"Jadi beberapa laporan itu ada kenanya di NTB, Bayuwangi (Jawa Timur) dan bahkan ada di luar negeri. Karena dari prin out nya mereka ketahuan dimana penarikannya itu. Untuk korban, ada yang kena sampai Rp50 juta tapi kebanyakan laporan yang kita terima itu berkisar Rp5 sampai Rp10 juta," tambah Suinaci.
Ia juga menerangkan, untuk kasus skimming prosesnya di mana saja bisa dicuri data nasabah. Tidak harus di Bali, di mana pun bisa diambil data nasabah selama ATM itu terpasang alat skimming.
"Kalau dari pihak pelaku, misalnya dia mengambil data di Korea, kalau terpasang alat itu di ATM pasti sudah terekam datanya," ujarnya.
Suinaci juga mengatakan, selama menangani kasus skimming para pelaku asing ini tidak ada yang mau mengakui aksi kejahatannya, terutama barang buktinya. Bahkan, sesama komplotannya pura-pura tidak saling mengenal walaupun satu negara, kemudian, untuk jaringan mereka juga tutup mulut.
"Mereka tidak mau buka mulut itulah susahnya. Ketika kita hadapkan dengan bukti-bukti digital baru mereka ngaku. Kemungkinan mereka jaringan tetapi mereka di sini itu tutup mulut. Tidak pernah mau mengatakan ada kelompok dan tidak pernah mereka mengatakan satu sama lain saling mengenal," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, bahwa para pelaku skimming ini tidak mesti menarget ke negara-negara yang tujuannya wisata saja. Karena, selain di Bali ada kasus lain di daerah lain atau negara lain yang menangani kasus skimming itu. Namun pihak Polda Bali bisa menangkap, para pelaku skimming dari warga asing ini karena tertangkap tangan.
"Selama ini kasus-kasus yang terjadi kebanyakan tertangkap tangan dalam artian memang awalnya kita dapat informasi bahwa akan ada orang berkewarganegaraan ini akan melakukan aksi (skimming). Yang jelas pelaku yang kita tangkap mereka rata-rata adalah yang memasang alat untuk mencuri data. Bukan yang menarik (uang)," ujarnya.
Ia juga menyampaikan, Polda Bali dalam memerangi kasus skimming pertama ialah bekerjasama dengan pihak Bank terkait untuk penanganan servis ke nasabah.
"Agar masyarakat kita itu tidak menjadi korban kasus Skimming. Kami dari pihak kepolisian sudah menghimbau pihak Bank-nya. Selain itu juga kita langsung sosialisasi, kalau transaksi itu lebih baik cari transaksi ATM yang ada security-nya. Ada petugas keamanan disana paling tidak pelaku-pelaku ini akan mikir mereka melakukan aksinya untuk mencuri data itu," ujar Suinaci.
Baca juga:
Perempuan Asal Afrika Kuras Kartu Kredit WN Inggris di Bali
Dua Pencuri dengan Modus Ganjal ATM Dibekuk di Bekasi
Retas ATM, 2 WNA Asal Romania Ditangkap
2 Warga Polandia Pelaku Skimming Diringkus Polisi di Bali
Diduga akan Skimming ATM, WN Ukraina Ditangkap Polda Bali
4 Cara Terhindar dari Kejahatan Skimming
Dua WN Rumania Jadi Pelaku Pembobolan ATM