Pemkab Sragen Janji Tanggung Biaya Pengobatan Siswa Korban Aula Ambruk
Kendati demikian, Sugeng tidak mengetahui sumber dananya. Kalau di BPBD tidak memiliki anggaran untuk recovery seperti itu. "Kami hanya fokus di penyelamatan saja," katanya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen, Jawa Tengah akan menanggung seluruh biaya perawatan puluhan siswa SMKN 1 Kecamatan Miri. Sejumlah siswa menjadi korban ambruknya aula sekolah akibat diterjang angin, Rabu (20/11) kemarin.
Sebanyak 22 siswa mendapatkan perawatan di sejumlah rumah sakit di Sragen, Sukoharjo dan Solo akibat tertimpa reruntuhan atap aula berbentuk joglo tersebut. Namun sembilan di antaranya menjalani rawat jalan. Angin kencang juga mengakibatkan dua rumah warga dan satu bangunan di waterboom mengalami kerusakan cukup parah.
-
Di mana letak Pondok Boro? Di Kota Semarang, terdapat sebuah penginapan yang harga sewanya cukup murah. Penginapan itu bernama Pondok Boro.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Apa yang dilakukan Bung Karno pada Masjid Jamik di Bengkulu? Bung Karno yang dahulu sempat mengenyam pendidikan di Insinyur Teknik Sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), berniat untuk merenovasi masjid tersebut karena sudah tak layak dan juga membahayakan jemaah.
-
Kapan Benteng Rotterdam dibangun? Benteng Fort Rotterdam dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' Kallonna.
-
Apa itu angin puting beliung? Angin puting beliung adalah fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam bentuk angin berkecepatan tinggi yang berputar atau berputar-putar di sepanjang garis badai atau awan badai.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Sugeng Priyono, mengatakan seluruh biaya perawatan korban, khususnya 22 siswa SMKN 1 akan ditanggung Pemkab Sragen.
"Mengenai korban luka-luka siswa SMKN 1 Miri, biaya pengobatan semuanya akan ditanggung Pemkab Sragen sebagaimana disampaikan Wakil Bupati Dedy Endriyatno," ujar Sugeng, saat dihubungi wartawan, Kamis (21/11).
Kendati demikian, Sugeng tidak mengetahui sumber dananya. Kalau di BPBD tidak memiliki anggaran untuk recovery seperti itu. "Kami hanya fokus di penyelamatan saja," katanya.
Lebih lanjut Sugeng menerangkan, akibat bencana tersebut, terdapat dua kecamatan yang terdampak. Yakni Kecamatan Miri dan Gemolong yang saling berdekatan. Selain merobohkan aula terbuka SMKN 1 Miri, terdapat dua rumah warga lainnya yang rusak tertimpa pohon tumbang.
"Kalau kerusakannya tidak seberapa, kami telah melakukan evakuasi dan tadi malam selesai," sambung dia.
Angin kencang tersebut, lanjut dia, juga merusak sebuah bangunan waterboom di Kecamatan Gemolong. Beruntung bencana alam tersebut tidak mengakibatkan adanya korban jiwa.
"Kalau yang waterboom itu di sebelah baratnya juga tanah kosong, jadi kondisinya sangat terbuka," sambungnya.
Baca juga:
Aula SMK di Sragen Ambruk Saat Siswa Sedang Praktik Mengelas
Kemendag Curiga Banyak Kasus Bangunan Roboh Karena Tak Pakai Material SNI
Diduga Akibat Angin Kencang, 3 Kelas SD di Tangerang Roboh
Kontraktor & Mandor SD Ambruk di Pasuruan Tak Punya Pengetahuan Soal Konstruksi
Bangunan SD Gentong Pasuruan Kota Ambruk Karena Tak Sesuai Spesifikasi
Atap Kelas Bangunan SD di Pasuruan Ambruk, Dua Orang Meninggal dan 11 Siswa Luka
Dua Ruang Kelas di Garut Roboh
Murid dan Guru Alami Trauma
Kepala SMKN 1 Miri Sarno mengatakan, para siswa hari ini mengikuti trauma healing dengan bimbingan para relawan. Para siswa diajak bernyanyi, bermain di dalam ruangan untuk memulihkan psikologi mereka.
"Memang ada siswa yang mengalami trauma, apalagi banyak foto dan video runtuhnya bangunan yang menyebar luas di media sosial. Belum lagi yang melihat langsung robohnya aula," ujar Sarno, Kamis (21/11).
Kepala Dinas Sosial Pemkab Sragen, dr Finuril Hidayati menilai pentingnya dilakukan trauma healing. Upaya yang paling tepat yakni dengan menghadapi musibah dan beradaptasi dengan musibah yang terjadi.
"Ini peringatan Tuhan kepada kita, sebenarnya ada power diluar kemampuan kita dan bisa menerima itu. Mudah mudahan dengan kehadiran kami adanya posko terapi di sekolah ini tidak ketakutan bisa kembali dan normal menjalani sekolah," katanya.
Belasan Korban Masih Dirawat
Sementara itu sebanyak 13 siswa korban robohnya aula sekolah masih dirawat di rumah sakit. Dari jumlah itu 3 dirawat di RSK Karima Utama, 2 siswa di RS PKU Muhammadiyah Solo, 1 siswa di RSUD dr Moewardi dan 7 lainnya siswa di RSUD Sragen.
Menurut Sarno, korban yang dirawat di rumah sakit sebagian besar merupakan siswa kelas X. Ada siswa dari kelas XI dan XII masing-masing satu orang siswa.
"Nanti kita berikan santunan keluarga (siswa) yang jadi korban robohnya aula kemarin. Intinya kita menumbuhkan kepedulian teman-temannya" pungkas dia.