Pemprov Jateng Kesulitan Keluarkan Dana Untuk Bangun Aula SMK Sragen Roboh
Dia mengungkapkan, satu-satunya cara untuk pembangunan aula ini harus menggunakan dana perusahaan (CSR) atau sumbangan orang tua murid lewat Komite Sekolah. Namun, di sisi lain, Dinas Pendidikan Jateng juga keberatan apabila aula SMK Negeri 1 Miri kembali dibangun seperti bangunan semula.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kesulitan mengeluarkan dana untuk pembangunan aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Miri, Sragen yang ambruk. Sebab status bangunan di sekolah tersebut masih milik bengkok (desa).
"Kita sedang mencari cara mendirikan kembali bangunan aula sekolah yang roboh. Sehingga tidak mungkin dana APBD maupun APBN digunakan untuk membangun sekolah itu," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Jumeri, saat dikonfirmasi, Senin (25/11).
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Di mana Sekolah Dalang Keraton Mangkunegaran berada? Sekolah dalang itu lebih dikenal dengan nama “Pasinaon Dalang Mangkunegaran”.
-
Kapan Moeljadi gugur di halaman sekolah SMP 2 Madiun? Moeljadi terbunuh pada 21 September 1948, Agresi Militer Belanda II Pada 19 Desember 1948 muncul Agresi Militar Belanda II.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Siapa yang melakukan sidak ke SMA Negeri 4 Bangkalan? Pada Selasa (23/7), Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Kabupaten Bangkalan, Pinky Hidayati, melakukan sidak ke SMA Negeri 4 Bangkalan.
Dia mengungkapkan, satu-satunya cara untuk pembangunan aula ini harus menggunakan dana perusahaan (CSR) atau sumbangan orang tua murid lewat Komite Sekolah. Namun, di sisi lain, Dinas Pendidikan Jateng juga keberatan apabila aula SMK Negeri 1 Miri kembali dibangun seperti bangunan semula.
"Sangat berisiko kalau dibangun model itu, mudah roboh. Kalau bangun ya harus pakai model baru," ujarnya.
Ajak Pihak Sekolah Cari Solusi
Jumeri menyatakan aula SMK Negeri 1 Miri kemungkinan tidak segera dibangun. Dia lebih dulu akan mengajak diskusi dengan pihak sekolah untuk mencari jalan keluar.
"Jadi semua akan kita kaji dulu soal biaya, tentunya tidak sedikit. Gedung yang roboh itu hanya untuk rapat atau kegiatan tari, tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar," jelasnya.
Menurutnya, sudah ada beberapa rekanan Corporate Social Responsibility (CSR) dari sebuah bank pemerintah untuk kembali membangun yang roboh tersebut. Namun dari pihak, CSR keberatan membuat bangunan baru untuk aula sekolah.
"Sudah ada yang mau bangun gedung itu seperti bangunan kemarin. Kita keberatan karena konstruksinya menakutkan kalau kena puting beliung," ungkapnya.
Selain itu, Pemerintah Provinsi menilai lokasi bangunan aula sekolah itu juga kurang pas. Jumeri menyatakan ingin aula sekolah dibangun di tempat lain. "Kita sedang diskusikan jalan keluar. Karena posisinya tidak tepat kalau bisa tidak di tempat itu," tutup Jumeri.
Seperti diberitakan sebelumnya hujan deras disertai angin kencang telah merobohkan bangunan aula SMK Negeri 1 Miri, Sragen, Rabu (20/11) pukul 15.56 WIB. 22 murid mengalami luka-luka dirujuk ke RSUD Sragen, RSUD Gemolong, Rumah Sakit Assalaam, RS Yaksi, dan RS Karima Utama.
Pemprov Beri Santunan Korban
Sebanyak tujuh siswa masih menjalani perawatan di rumah sakit akibat ambruknya aula SMK 1 Miri, Sragen Jawa Tengah. Mereka harus mendapat perawatan lebih lama karena mengalami luka fisik yang cukup serius.
"Tinggal tujuh siswa yang menjalani perawatan karena patah tulang. Mereka dirawat karena masih pengawasan dokter," kata Jumeri.
Dia mengungkapkan meski biaya perawatan ditanggung oleh Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Jumeri tetap bertanggung jawab memberikan santunan kepada korban bervariasi, semua tergantung dari seberapa parah luka yang diderita korban.
"Tetap kita berikan santunan hanya sekadar uang pengganti perawatan. Kami berpikir, pasca perawatan akan diambil alih, mungkin masih ada butuh perawatan lanjutan.13 orang itu masing-masing Rp2 juta. Kalau yang luka parah Rp4 juta. Kita hanya diserahi pembangunan gedung," ungkapnya.
(mdk/fik)