Pendarahan karena simpan sabu di dubur, 3 orang dibekuk di bandara
"Petugas aneh kok pendarahan. Kalau perempuan kan wajar, ini cowok masa pendarahan. Akhirnya diperiksa," ucap John.
Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya membekuk tiga pelaku peredaran narkotika jenis sabu kelompok Aceh, Rabu (18/5) lalu. Penangkapan berawal dari salah satu pelaku yang mengalami pendarahan karena sabu yang disimpan di dalam duburnya.
"Kami membekuk tersangka Sud, MJ, dan SB karena melakukan penyelundupan narkotika jenis sabu dari Aceh yang didapatnya dari Malaysia dengan cara sabu dimasukkan ke dalam dubur," kata Dir Narkoba Polda Metro Jaya Kombes John Turman Panjaitan di Polda Metro Jaya, Senin (23/5).
John mengungkapkan, penangkapan ketiganya berawal dari kecurigaan petugas Bandara Soekarno Hatta yang merasa aneh melihat salah satu pelaku yakni Sud mengalami pendarahan ketika tiba di bandara.
"Setiba di bandara, tersangka Sud ini mengalami pendarahan. Petugas aneh kok pendarahan. Kalau perempuan kan wajar, ini cowok masa pendarahan. Akhirnya dilakukan pemeriksaan," ucapnya.
Pemeriksaan, ungkap John, kemudian dilakukan dengan pelaku Sud disuruh BAB, dan ditemukan sabu yang dibungkus layaknya pil yang disembunyikan dan Sud pun langsung diamankan. Pelaku Sud pendarahan karena sabu dimasukkan secara paksa dan tak kuat dengan jangka waktu sabu di dalam dubur yang terlalu lama.
"Sedangkan kedua pelaku lainnya sempat berusaha kabur. MJ kami masih bisa amankan di Bandara Soekarno Hatta. Sedangkan SB kami amankan di Bandara Halim Perdanakusuma saat dia hendak kembali ke Aceh," ujarnya.
Kepada pihak kepolisian, para tersangka mengaku mendapatkan sabu tersebut dari Malaysia dengan masing-masing orang memasukkan kurang lebih sebanyak 200 gram sabu ke dalam dubur. Total yang mereka bawa sebanyak 646 gram sabu.
"Mereka ini kurir. Mereka di bandara hanya transit, pelaku Sud dan MJ akan mengirimkan sabu ke Palembang dengan pemesannya yakni SA yang juga sudah ditangkap, sedangkan SB diatur oleh seseorang di LP Sigli di Aceh," ucapnya.
Dari aksinya, lanjut John, para pelaku hanya dibayar Rp 5 juta saja. Dan ini merupakan aksi keduanya, setelah sebelumnya dengan aksi dan modus yang sama berhasil lolos.
"Mereka kami kenakan pasal 114 ayat (2) subsider pasal 112 (2) juncto pasal 132 ayat (1) tentang narkotika, dengan ancaman paling lama hukuman mati," tutupnya.