Penderita difteri bertambah, rumah sakit di Banda Aceh kewalahan
Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUZA, Raihan mengatakan, rata-rata pasien difteri yang dirawat di sini tidak mendapatkan imunisasi. Mereka rata-rata berusia antara 4 hingga 16 tahun.
Suspect bakteri difteri di Aceh semakin mengkhawatirkan. Pasien difteri yang dirawat di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) bertambah menjadi 11 orang. Sehingga pihak rumah sakit rujukan di Aceh ini kewalahan menanganinya.
Sepanjang medio Desember 2017, ada 100 orang pasien sudah dirawat di RSUZA, Banda Aceh. Di mana tiga diantaranya meninggal dunia. Saat ini ada 11 pasien penderita suspect difteri sedang menjalani perawatan intensif.
Semua pasien penderita difteri tengah dirawat di Ruang Respiratory High Care Unit (RHCU) dan ruang isolasi. Pasien difteri terdiri dari sembilan anak-anak dan dua orang perempuan dewasa.
Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan Medis RSUZA Banda Aceh, Azharuddin mengatakan, bertambahnya angka pasien tersebut maka Aceh dinyatakan sebagai provinsi Kejadian Luar Biasa (KLB) penderita terserang wabah difteri di Indonesia. Pasalnya, dia mengungkapkan, pihak rumah sakit kewalahan melakukan penanganan.
"Sekarang Aceh mendapatkan peringkat kedua terbesar terkena difteri," katanya di Banda Aceh, Rabu (20/12).
Bagi pasien difteri akan menjalani perawatan selama 14 hari. Mereka akan diberikan anti difteri dan antibiotik. "Kita berharap kasus ini tidak ada lagi di Aceh tapi malah sampai saat ini jumlah pasien suspect difteri malah bertambah," ujarnya.
Sementara itu Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUZA, Raihan mengatakan, rata-rata pasien difteri yang dirawat di sini tidak mendapatkan imunisasi. Mereka rata-rata berusia antara 4 hingga 16 tahun.
"Rata-rata pasien yang ditemukan tidak menjalani imunisasi lengkap. Paling banyak ada yang tidak imunisasi sama sekali. Sebenarnya difteri ini bisa dicegah dengan imunisasi," jelasnya.
Raihan menyebutkan, pasien mesti diberi serum anti difteri dan anti biotik untuk membunuh kuman. Dan serum ini sendiri disediakan oleh Dinas Kesehatan. "Tanggung jawab pemerintah, Anti Difteri Serum (ADS) tidak dijual bebas dan tidak disediakan khusus, karena di rumah sakit sendiri tidak ada stok," jelasnya.
Kendati demikian, Raihan mengatakan pihak rumag sakit tetap mengupayakan secara maksimal mungkin terhadap penyembuhan pasien. "Untuk saat ini pasien yang kita rawat sudah dapat ADS, dan obat ini diberikan satu kali," ungkapnya.
Baca juga:
1 Anak positif difteri, warga Sumsel diminta waspada
4 Anak terduga difteri dirawat di RSMH Palembang
Pasien difteri di Medan bertambah jadi 3 orang
Lima orang warga Bekasi diduga terjangkit difteri
Dari 1.000 pegawai RSUD Bekasi, baru 200 yang divaksin difteri
-
Apa yang dimaksud dengan difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Siapa yang bisa terkena penyakit difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Siapa yang berisiko tinggi tertular Difteri? Faktor-faktor yang meningkatkan risiko tertular difteri antara lain:Tidak mendapat vaksinasi difteri secara lengkapTinggal di area padat penduduk atau yang buruk kebersihannyaBepergian ke daerah yang tingkat difterinya sedang tinggiMemiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
-
Kapan biasanya gejala difteri muncul? Periode inkubasi biasanya 2-5 hari, tetapi dapat memakan waktu hingga 10 hari.
-
Kapan difteri bisa menular? Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin.
-
Bagaimana cara mencegah difteri secara efektif? Cara mencegah difteri yang paling efektif adalah dengan melakukan vaksinasi.