Penerawangan Mbah Rekso tentang malam 1 Suro
"Bagi mereka yang mengikuti adat kejawen, tidak akan melewati malam 1 Suro."
Malam 1 Suro memiliki kesan yang berbeda antara satu orang dengan orang lain. Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, momen malam 1 Suro tidak akan terlewatkan karena dianggap malam yang sangat keramat.
Pengamat spiritual dari Lereng Gunung Lawu, Mbah Rekso mengatakan, malam 1 Suro tidak hanya dirayakan oleh masyarakat yang mengikuti aliran kejawen saja. Tetapi, malam 1 Suro yang bertepatan juga dengan malam 1 Muharam atau malam Tahun Baru Islam, juga dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia.
"Bagi mereka yang mengikuti adat kejawen, tidak akan melewati malam 1 Suro. Malam ini malam keramat dan penuh kesaktian," kata Mbah Rekso kepada merdeka.com, Jakarta, Sabtu (25/10).
Menurut Mbah Rekso, dalam malam 1 Suro, banyak orang menyucikan jimat-jimatnya agar kesaktian benda tersebut dapat bertahan dan bahkan kekuatannya lebih meningkat.
Selain itu, dalam masyarakat Jawa, malam 1 Suro dijadikan malam tirakatan atau malam lelaku. Malam dihabiskan dengan lelaku, berbagai jenis ritual, tolak balak, tanpa tidur dan bermacam-macam lainnya.
"Ada yang semedi di tempat keramat tempat angker, mengelilingi desa agar terhindar dari bencana, memandikan jimat-jimat yang dimiliki atau hanya sekedar melekan (tidak tidur semalaman)," jelas Mbah Rekso.
Selain itu, Mbah Rekso yang juga tokoh kampung itu menambahkan, malam 1 Suro atau malam tahun baru 1 Muharam itu memang ada kejadian-kejadian khusus dalam sejarah Islam. Misalnya Nabi Yunus yang ditelan ikan dan dikeluarkan dari mulut Ikan Nun juga berada dalam bulan Muharam.
Nabi Musa membelah lautan, Nabi Ibrahim diselamatkan Allah ketika dibakar Raja Namrud. Kemudian Nabi Khidir ketika menghancurkan kapal saat akan dirampok, juga berada dalam bulan Muharam. Termasuk hijrahnya Nabi Muhammad di bulan Muharam dari Mekah ke Madinah.
"Bagi umat Islam, banyak kesusahan-kesusahan dalam bulan ini. Oleh karenanya, dianjurkan untuk tirakat, banyak berdoa, puasa dan menjauhkan dari pesta-pesta hingar bingar duniawi," jelas Mbah Rekso.
"Diajarkan pula membaca doa akhir tahun dan awal tahun ketika memasuki malam 1 Muharam atau malam 1 Suro. Jadi, malam 1 Suro itu memiliki arti dan sudut pandang yang sangat luas," tutupnya.