Pengakuan Mengejutkan Pendaki Gunung yang Ditemukan Selamat
Para pendaki menceritakan kisahnya saat tersesat di hutan. Mulai dari minum air sungai sampai digigit lintah
Ada banyak kejadian yang dialami para pendaki ketika tersesat di hutan selama berhari-hari hingga berminggu-minggu. Selama tersesat, mereka hanya mengisi perut dengan perbekalan yang tersisa, meski hanya sebatas meminum setenggak air putih.
Tak hanya itu saja, mereka juga mengalami hal-hal yang tidak masuk akal. Berikut kisah-kisah para pendaki yang selamat setelah tersesat di hutan:
-
Bagaimana pendaki gunung mencapai puncak gunung? Puncak gunung tidak akan bisa dicapai ketika kamu tidak mendakinya.
-
Kenapa pendakian Gunung Gede Pangrango ditutup? Keputusan tersebut dampak cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung hingga bulan depan sehingga dapat mengancam keselamatan pendaki.
-
Apa itu Gunung Padang? Terletak di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, Gunung Padang merupakan kompleks megalitik yang terletak di atas bukit yang menawan. Baru pada tahun 2018 para arkeolog pertama kali berteori bahwa seluruh gundukan itu mungkin benar-benar buatan, dan bahwa Gunung Padang – yang berarti “Gunung Pencerahan” – mencakup lebih dari sekadar struktur batu yang terlihat di permukaannya.
-
Kapan Gunung Patenggeng terbentuk? Menurut tim Geologi, Gunung Patenggeng merupakan gunung purba berusia jutaan tahun.
-
Apa yang terjadi pada pendaki di Gunung Lawu? Seorang mahasiswi asal Universitas Diponegoro (Undip), Anindita Syafa Nabila Rizky (20) ditemukan meninggal dunia di Pos 4 Gupakan Menjangan jalur pendakian Gunung Lawu lewat Cetho, Karanganyar, Jateng, pada Minggu (25/6) siang.
-
Kenapa para pendaki itu tersesat di Gunung Singgalang? Lima orang pendaki itu tersesat di jalur pendakian karena kondisi cuaca ekstrem sehingga mereka kehilangan arah.
Mendengar Suara Tiang Listrik yang Dipukul Besi
Indra Wijaya Arta Kesuma (30), warga Palangka Raya sempat dilaporkan hilang di kawasan Gunung Muro Kecamatan Tanah Siang Selatan, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah sejak Jumat (31/5) atau sejak sepekan lalu. Setelah dilakukan pencarian, Indra akhirnya ditemukan dalam kondisi masih hidup.
Selama tersesat, Indra hanya meminum air sungai. Menurutnya, jika hanya minum air, setidaknya bisa bertahan hampir 2 pekan meskipun tidak makan.
Ia juga sempat berkomunikasi melalui telepon seluler dengan adik korban yang berada di Puruk Cahu, Ibu Kota Kabupaten Murung Raya. Dalam percakapan dengan adiknya, korban mengaku tidak menemukan jalan pulang.
Setelah terputus komunikasi dengan adiknya itu, Indra mendengar suara seperti tiang listrik dipukul besi dan dia berniat mengejar suara tersebut, dan akhirnya suara tersebut hilang lalu korban tersesat.
Indra terus mencari jalan keluar. Ia berkeliling kaki Gunung Muro selama tiga hari. Dan hari keempat Indra menemukan bekas pondok orang yang hanya beralas papan, tanpa atap di pinggiran Sungai Manyakau atau sekitar lima kilometer dari Gunung Muro.
Indra memutuskan tetap tinggal di pondok tersebut dengan maksud menunggu warga lewat pondok dan minta bantuan untuk pulang. "Korban menunggu di pondok itu untuk bertahan hidup hanya dengan makan umbut, pisang dan air sungai. Setelah hari terakhir korban bertemu dengan warga yang sedang berburu dan langsung minta bantuan dengan orang itu ke desa terdekat yakni Desa Tambelum dan dibawa ke desa itu, saat ditemukan Indra terlihat lemas karena sudah sepekan tidak makan," kata Robiyannor.
Saat ditemukan, korban masih menyimpan telepon seluler miliknya dan pihak aparat desa menghubungi keluarga korban melalui HP korban.
Melihat Ada Perkotaan, Ternyata Jurang
Tujuh orang pendaki asal Solo, Jawa Tengah, mengisi liburan dengan mendaki Gunung Lawu. Akhirnya mereka mulai mendaki pada Sabtu, 25 Juli 2015 sore. Mereka berangkat dari Solo menuju Posko Cemoro Kandang.
Ketujuh anak tersebut mendaki puncak Gunung Lawu dari pos pendakian Cemoro Kandang, dan seharusnya Minggu sore mereka sudah turun dari Puncak Lawu menuju Cemoro Kandang. Namun hingga Senin sore, mereka belum juga muncul.
Akhirnya pihak keluarga meminta bantuan tim SAR untuk mencari ketujuh pendaki tersebut. Setelah pencarian, mereka ditemukan di areal Sendang Drajat, sekitar satu kilometer dari puncak. Kemudian diturunkan dan sampai di pos Cemorosewu pukul 21.00 WIB.
Salah satu dari ketujuh pendaki menceritakan bahwa sudah mendaki dua kali di Gunung Lawu, dan pernah bermalam di sana. Namun pendakian kali ini, ia merasa bingung.
"Pada waktu mau turun sempat bingung. Saya melihat di bawah itu ada perkotaan. Setelah saya turun ternyata jurang. Kemudian naik lagi ke Sendeng Derajat," kata Angger.
Ia juga mengaku sempat berteriak meminta tolong kepada orang di sana. Namun teriakannya tidak didengar. Padahal banyak pendaki yang melintas di sana.
Puluhan Lintah Menempel di Tubuh Anak
Anak tanpa identitas ini ditemukan di dekat aliran Sungai Kalibacin, sekitar 3 kilometer dari perumahan terdekat, Grumbul, Gununganyar, Desa Krajan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Di tubuh anak itu menempel puluhan lintah.
Penemuan anak itu terjadi pada 3 November 2017, saat warga sekitar, Dasno dan Sakri sedang berada di lereng selatan Gunung Slamet, Banyumas. Tiba-tiba mereka melihat anak tersebut sedang terbaring lemas.
Remaja itu masih hidup, tetapi dengan badan yang amat kurus. Saat dibangunkan, anak berusia sekitar 15 tahun itu meminta makanan ke Dasno. Dasno pun lantas memberi makanan dan minum bekalnya.
Dasno dan Sakri langsung melapor penemuan anak itu ke anggota Tagana Kabupaten Banyumas di Desa Krajan, Muawam, Kamis malam.
Tim Tagana lalu berkoordinasi dengan Babinsa, Rapi Rescue, Koramil dan Polsek Pekuncen, serta Dasno untuk mengevakuasi anak yang terancam bahaya suhu dingin dataran tinggi dan hewan liar hutan belantara.
Pagi itu juga, tim gabungan bergegas menuju lokasi yang berjarak sekitar 4 jam perjalanan. Pukul 14.00 WIB korban ditemukan dalam kondisi lemas, dipenuhi pacet (lintah hutan). Kemudian korban distabilkan untuk kemudian dilakukan evakuasi," Komandan Tagana Banyumas, Heriana Adi Chandra menjelaskan.
Saat distabilkan, korban mulai sadar dan mengaku bernama Falik alias Alik, Desa Cipete Kecamatan Cilongok, Banyumas. Rumahnya berjarak belasan kilometer dari lokasi.
Falik kemudian dievakuasi ke Puskesmas Pekuncen dengan perjalanan total selama 6 jam dari titik penemuannya. Korban didiagnosis kekurangan makanan dan kehabisan tenaga.
"Keluarga membenarkan bahwa Falik sudah hilang empat hari. Beruntung selamat," Heriana menerangkan.
Pendaki Terpisah dari Rombongan
Seorang pendaki, Mohammad Kharis Munandar, hilang karena terpisah dari rombongan. Ia hilang saat melakukan pendakian di Gunung Slamet, Jawa Tengah. Untungnya, korban ditemukan selamat oleh Tim SAR Gabungan di pos 3 jalur pendakian dari Guci, Kabupaten Tegal, 26 September 2017. Namun kondisinya lemas karena kelelahan, kedinginan dan dehidrasi.
Korban hilang karena terpisah dari rekannya. Apalagi korban tidak membawa perbekalan makanan yang cukup serta tidak membawa jaket atau jas hujan. Saat ditemukan, jaket yang digunakan korban sudah basah kuyub terkena hujan.
"Informasi dari teman-temannya, saat itu korban terpisah dari teman-temannya, korban hanya tinggal membawa minuman susu yang disimpan dalam botol aqua sebanyak 400 cc," kata anggota Basarnas Pos Cilacap, Saiful.
Berdasarkan keterangan temannya, korban terpisah saat perjalanan turun dari puncak Slamet. Saat itu, korban izin hendak buang air besar, sementara sebagian temannya terus melakukan perjalanan turun. Mereka mengira korban tidak terlalu lama buang air besar.
Setengah perjalanan turun, rekan-rekannya beristirahat sembari menunggu korban yang akan menyusul turun. Tapi ternyata korban tidak kunjung turun. Akhirnya rekannya berinisiatif kembali naik ke puncak untuk mencari korban.
Sudah lama melakukan pencarian namun tidak berhasil. Apalagi kondisi cuaca semakin diselimuti kabut tebal. Akhirnya mereka melapor ke Tim SAR. Karena sebelum pendakian, mereka tidak melapor ke pos 1.
Mohammad Kharis Munandar dilaporkan hilang saat melakukan pendakian Gunung Slamet pada Minggu (24 September 2017) malam. Ia melakukan pendakian bersama delapan rekannya melalui jalur pendakian Guci, Kabupaten Tegal, Sabtu (23 September 2017).
(mdk/has)