Pengalaman Sandy Digigit King Cobra, Mulut Mati Rasa dan Lengan Bengkak
Pada Desember 2011, King Cobra sempat membawa malapetaka kepada Sandy. Maklum saja karena pengetahuan yang terbatas terkait ular sementara tren memelihara ular saat itu sedang memuncak, membuat Sandy ingin menaklukkan King Cobra buat dipelihara.
Sering berpapasan dengan ular membuat Sandy Maulana (33), semakin mencintai keberadaan binatang reptil. Ketertarikannya memelihara ular membuat ia merasakan 'demam' terhadap segala jenis ular. Tidak terkecuali King Cobra.
Namun, King Cobra bukanlah hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Reptil bernama latin Ophiophagus Hannah itu tetaplah hewan berbahaya. Bahkan merupakan satu di antara tiga jenis ular paling berbahaya selain ular viper dan black mamba.
-
Kenapa ular berkepala dua sulit bertahan hidup di alam liar? Ini sangat jarang. Bahkan lebih jarang bagi mereka untuk bertahan lama. Mereka sering memiliki masalah mobilitas dan kesulitan menangkap mangsa atau melarikan diri dari pemangsa yang membuat hidup sulit di alam liar,
-
Mengapa warga Sampangan panik dengan kucing liar? Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Dimana balap liar ini terjadi? Aksi pembubaran balap liar ini terjadi di Jalan Sudirman, Kudus, Jawa Tengah.
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Bagaimana cara warga Sampangan mengatasi kucing liar? Warga yang khawatir kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengevakuasi hewan tersebut.
Pada Desember 2011, King Cobra sempat membawa malapetaka kepada Sandy. Maklum saja karena pengetahuan yang terbatas terkait ular sementara tren memelihara ular saat itu sedang memuncak, membuat Sandy ingin menaklukkan King Cobra buat dipelihara.
"Awalnya memang ingin memelihara ular. Karena senang bisa snake show, ular apapun saya bisa ajak main dari yang pakai alat dan tanpa bantuan," kata Sandy yang berbagi pengalaman digigit ular yang diadakan Sioux Indonesia di Bandung, Minggu lalu.
Setelah memelihara beberapa ular, ia pun tertantang untuk menaklukkan Cobra. "Selama dua bulan itu saya main dengan King Cobra," katanya.
Pada suatu waktu saat di rumah, Sandy mengalami nasib sial. King Cobra yang diajaknya sedang bermain menyerang dengan gigitan berbahayanya.
"Pas mau diajak main gitu ditepukin kan, nah sepertiga badan ular itu sudah berdiri. Saya kecolongan karena ekornya terinjak dan hampir mau menggigit tangan saya. Spontan saya tepis dengan tangan kiri dan bagian lengan itu yang terkena gigitan," ujarnya.
Setelah digigit King Cobra, pria asal Bandung ini mengaku sempat cemas. Ia khawatir bisa ular itu akan terus menyebar ke tubuhnya.
"Sudah pasti yang paling ditakutkan itu mati karena bisa ular King Cobra bisa melumpuhkan korbannya," ujarnya.
Sepuluh menit pertama usai digigit King Cobra, badan Sandy meriang. Mulut mulai mati rasa dan yang paling terasa perbedaan adalah lengannya yang bengkak, kaku dan warnanya kehijauan.
"Paling terasa itu dehidrasi. Saya coba banyak minum air putih, kalau bisa habis segalon," katanya.
Menyadari bisa sudah masuk dalam tubuh, Sandy berkeyakinan dirinya tak boleh mati karena ular. Setelah berusaha untuk tidak panik, ia akhirnya dibawa ke rumah sakit.
"Pas kena gigit saya tahu risiko terkena racun, cuma saya punya keyakinan kalau punya ular jangan sampai mati karena ular," katanya.
Setelah diperiksa dan menjalani perawatan, Sandy diberikan serum oleh dokter untuk membasmi bisa ular di dalam tubuhnya. Total 7 hari berturut-turut serum tersebut dimasukkan melalui infus. Total dalam 10 hari ia terbaring untuk memulihkan kondisi.
Kasus kematian akibat digigit King Cobra bukanlah hal baru. King Cobra sebenarnya tidak termasuk keluarga besar genus ular Cobra. Jika Cobra biasa digolongkan dalam genus Naja, sementara King Cobra masuk dalam genus Ophiophagus. Pembedaan ini yang menyebabkan King Cobra adalah binatang kanibal.
Kandungan racun berbahaya yang dimiliki King Cobra adalah neurotoksin. Sementara dalam sekali serangan, King Cobra mampu menyuntikkan sekitar tujuh mililiter dalam satu kali gigit. Dosis itu jika dikalkulasikan cukup untuk membunuh seekor gajah.
Setelah kejadian yang menimpanya, Sandy berhenti untuk memelihara King Cobra. "Saya kembalikan ke penjual dan ularnya dikembalikan ke alam liar," kata Sandy.
Sandy mengatakan, selama memelihara berbagai ular, ia sudah empat kali digigit. Selain pernah disengat gigitan King Cobra, pertengahan 2015 lalu dia pernah digigit ular hijau ekor merah. Di tahun yang sama juga digigit ular jenis yang sama dan tiga tahun yang lalu juga kembali digigit ular.
"Salah satunya saya pernah melakukan penyayatan setelah digigit ular. Tapi sekali lagi itu sebuah kesalahan. Pertolongan saat digigit ular bukanlah disayat," ujarnya.
Sandy mengatakan, pertolongan pertama saat digigit ular adalah melakukan imobilisasi sambil korban jangan banyak bergerak. Lalu ditangani pihak yang berwenang.
"Untuk korban terutama pehobi ular, pertolongan setelah digigit itu dibawa ke rumah sakit dan minta penanganan yang terbaik sesuai dengan prosedur," katanya.
Baca juga:
Petugas Karantina Bandara di Padang Temukan Ular Berbisa Dalam Kardus Keripik Rendang
Ular Piton Bermunculan usai Banjir Solo
Ular Sepanjang Tiga Meter Ditemukan di Bantaran Kali Pesanggrahan
Video Polisi Interogasi Penjambret Pakai Ular
Cerita Abah Rizal, Petugas Damkar Sang Pawang Ular
Ular Sanca Sepanjang Tiga Meter Ditemukan di Jakarta Utara