Peninggalan Megalitik di Malut Berkaitan dengan Konsep Pemujaan Leluhur
Peninggalan tersebut berkaitan dengan konsep pemujaan terhadap leluhur, tersebar di 15 area dan kampung lama atau pemukiman kuno di Pulau Halmahera, Tidore dan Moti.
Tinggalan berciri megalitik (kebudayaan zaman batu besar) dengan keberagaman bentuk dan fungsi yang ditemukan oleh arkeolog di Pulau Halmahera, Tidore dan Moti, Provinsi Maluku Utara (Malut) berkaitan dengan konsep pemujaan terhadap leluhur.
"Terdapat keberagaman bentuk dan fungsi temuan berciri megalitik di Maluku Utara, semuanya dilandasi oleh konsep pemujaan leluhur," kata Arkeolog Marlyn Salhuteru dari Balai Arkeologi Maluku, Selasa.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa saja peninggalan sejarah yang ditemukan di situs Marroquíes Bajos? Situs ini seluas 75 hektar, di mana terdapat sisa-sisa dari periode Kalkolitik hingga Iberia, Romawi, Visigoth, dan Islam.
-
Bagaimana menara tersebut di gambarkan dalam sumber sejarah? Menara ini memiliki empat sisi yang tergambar dengan jelas dalam ilustrasi kuno.
-
Apa yang ditemukan di situs sejarah di Desa Ngloram? Di tengah situs itu terdapat tumpukan batu yang berundak. Di sana terdapat makam yang tak diketahui pemiliknya. Di bawahnya terdapat tumpukan bata yang membatasi punden dengan bidang kosong. Di sebelah kiri agak ke bawah terdapat gundukan bata yang disebut dengan Punden Ngloram.
Ia mengatakan tinggalan berciri megalitik yang terdata di Provinsi Maluku Utara antara lain, altar batu, altar batu, lumpang batu, lesung batu, batu asah, batu dakon, batu berhias, batu berlubang dan batu bergores, dan jere (istilah lokal untuk menyebut tempat keramat) yang direpresentasikan dengan menhir, bongkahan batu utuh, makam dan pohon-pohon besar.
Peninggalan tersebut berkaitan dengan konsep pemujaan terhadap leluhur, tersebar di 15 area dan kampung lama atau pemukiman kuno di Pulau Halmahera, Tidore dan Moti.
Marlyn mencontohkan altar batu di kampung adat Gurabunga. Altar batu dari batu-batu alam berbentuk pipih atau lempengan berukuran kurang lebih 55x50 centimeter itu difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai sarana ritual adat.
Berada di belakang rumah adat Fola Jiko Sarabi, kampung adat Gurabunga merupakan pemukiman kuno yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Desa Gurabunga, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan. Di masa lalu kawasan ini termasuk dalam daerah kekuasaan Kesultanan Tidore.
"Jaringan megalitik yang telah terdata terdapat di Pulau Halmahera, Tidore dan Pulau Moti. Kurangnya penelitian megalitik di wilayah Maluku Utara menyebabkan pemahaman kita tentang budaya megalitik di Maluku Utara masih sangat terbatas," ucap dia.
Lebih lanjut dikatakannya, Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang tergolong dalam zona Wallacea. Provinsi itu dan wilayah kepulauan sekitarnya yang lebih kecil telah memainkan peranan penting dalam sejarah Nusantara dan global sejak zaman prasejarah hingga jaman munculnya kerajaan modern.
Pulau Halmahera, ujar Marlyn, sangat potensial sebagai rute dan jembatan budaya megalitik Nusantara dan Asia Tenggara.
Karena itu, ia bersama lima arkeolog lainnya dari Balai Arkeologi Maluku, yakni Lucas Wattimena, Karyamantha Surbakti, Muhammad Al Mujabhuddawat, Irfan Ahmad dan Godlief Arsthen Peseletehaha pada 2020 meneliti berbagai tinggalan megalitik di Provinsi Maluku Utara.
Riset saat pandemi COVID-19 tersebut dilakukan dengan metode studi pustaka, mempelajari laporan penelitian Balai Arkeologi Maluku, buku, naskah dan sejumlah publikasi ilmiah, seperti jurnal, buletin dan lainnya, kemudian studi kartografi dan diskusi grup terfokus.
"Sebagai kawasan kepulauan strategis dengan sumber daya alam dan etnografi yang luar biasa, sudah sepatutnya kita mendapatkan informasi masa lalu dari kawasan ini," katanya.
Baca juga:
Mengenal Rumah Adat Joglo, Ketahui Filosofi hingga Karakteristiknya
Sunyi Reruntuhan Romawi Kuno Lebanon Akibat Krisis
Sejumlah Artefak Ditemukan di Gunung Mas Kalteng
Fungsi Sarkofagus pada Zaman Prasejarah, Ketahui Ciri-Cirinya
Melihat Ekskavasi Situs Watu Kucur, Tempat Pemujaan Zaman Majapahit
Sumur Unik Berisi Aspal di Pasuruan, Bekas Peninggalan Zaman Belanda