Perintah Jokowi terjunkan ribuan kiai lawan radikalisme
Jumlah kiai NU diperkirakan mencapai ribuan orang. Itu dirasa ampuh guna melawan perkembangan radikalisme.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi tengah gencar melawan aksi terorisme di Tanah Air. Pelbagai cara digunakan untuk menumpas gerakan radikal. Salah satunya memakai kiai untuk memerangi aksi itu.
Ketua Umum Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengaku sudah diminta Jokowi untuk menerjunkan para kiai. Nantinya, para kiai diminta terus menggaungkan ke masyarakat untuk menghindari radikalisme.
"Presiden minta kepada kiai-kiai, bukan hanya saya tapi semua kiai-kiai NU, selalu bicara itu (radikalisme, terorisme dan narkoba), baik pada saat khotbah-khotbah maupun di masyarakat dan selalu ditekankan masalah itu," kata Said Aqil di Jakarta, Jumat (5/2) lalu.
Jumlah kiai NU diperkirakan mencapai ribuan orang. Itu dirasa ampuh guna melawan perkembangan gerakan radikal di Indonesia belakangan ini.
Selama ini, kata Aqil, para kiai NU sebenarnya telah melakukan langkah itu. Namun, belakangan ini dirasa perlu ditingkatkan lagi.
"Sehingga harus ditingkatkan lagi, tinggal nanti ke depan kiai-kiai akan bicarakan lagi," ujarnya.
Langkah Jokowi menerjunkan ribuan kiai, juga disambut Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dalam Mukernas, partai itu menghasilkan tujuh poin penting. Salah satunya memakai 1.000 kiai perangi radikalisme.
Ribuan kiai itu untuk membantu masyarakat agar memahami agama Islam dengan baik dan benar. Pengiriman para kiai ini sepenuhnya akan dibiayai oleh PKB.
Sekjen PKB, Abdul Kadir Karding menuturkan, kiai dikirim dari partainya tentu mempunyai kapasitas dan berkualifikasi. Apalagi pihaknya percaya bahwa radikalisme bisa ditangkal dengan cara persuasif, bukan dengan kekerasan.
"Kita kan punya banyak stok kiai yang sebenarnya tiap hari pekerjaannya berdakwah untuk Islam yang rahmatan lil'alamin," kata Abdul, Sabtu (6/2) kemarin.
PKB secara khusus menempatkan para guru agama ini ke tempat-tempat pengungsian dan daerah yang selama ini dikenal rawan penyebaran paham radikalisme. "Fokusnya di Jateng, Jatim, yang besar-besar. Termasuk Jakarta dan Poso Insya Allah kita akan turun juga," terangnya.