Perjuangan mati-matian Ratna Sarumpaet bela warga yang digusur Ahok
"Saya ingin fokus bela warga yang menjadi korban penggusuran," kata Ratna.
Aktivis Ratna Sarumpaet berada di barisan paling depan ketika permukiman warga di Pasar Ikan, Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (10/4). Ratna memang diketahui aktivis yang keras menolak pelbagai bentuk penindasan terhadap wong cilik.
Ibu artis Atiqah Hasiholan sempat diamankan karena dicurigai sebagai provokator. Meski begitu perjuangan Ratna tak pernah padam. "Saya ingin fokus bela warga yang menjadi korban penggusuran," kata Ratna.
Ratna seolah ingin membuktikan dirinya tak pernah lelah membela warga yang tertindas. Dia mendatangi DPRD DKI Jakarta bersama dengan Himpunan Advokat Muda Indonesia (HAMI) DKI Jakarta selaku tim advokasi korban penggusuran. Selain itu, beberapa perwakilan warga RW 04 Pasar Ikan juga turut hadir membawa dokumen kepemilikan tanah mereka.
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menerima mereka di ruangannya di lantai 10, Gedung DPRD DKI Jakarta. Selain itu, hadir juga Ketua Komisi A Petra Lumbuun, Sekretaris Komisi A Syarif, Anggota Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua dan Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike.
Ratna menjelaskan, alasan kedatanganya untuk meminta dukungan dari anggota legislatif atas kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dinilai tidak manusiawi. Karena penggusuran yang dilakukan beberapa waktu lalu masih meninggalkan trauma bagi warga.
"Saya menjadi sangat resah karena saya enggak tahu di mana letak kesalahannya, tapi berulang kali kami mencoba meluruskan fakta yang terjadi di Pasar Ikan ini," kata Ratna di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (18/4).
Selain itu, kompensasi yang seharusnya sudah dapat dirasakan warga, ternyata masih jauh panggang dari api. Ratusan warga masih belum mendapatkan hak mereka untuk direlokasi ke rumah susun sewa (Rusunawa) milik Pemprov DKI Jakarta.
Walaupun tidak memiliki sertifikat tanah, Ratna mengatakan, warga sudah turun temurun tinggal di sana. Bahkan, mereka juga sudah memenuhi kewajiban mereka sebagai warga negara untuk membayar pajak bumi bangunan (PBB).
Ratna mengaku, telah menghubungi Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti untuk mendapatkan tenda untuk tempat tinggal warga. Bahkan tidak tanggung-tanggung, dia juga sudah mencoba menghubungi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Tapi ternyata usahanya tersebut masih bertepuk sebelah tangan.
"Saya sudah beberapa kali bertemu dengan beberapa pimpinan. Saya sudah hubungi Kapolri, Panglima TNI supaya bagaimana kami dipinjamkan tenda. Saya ingin pasang tenda di tempat yang sudah tergusur," katanya di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (18/4).
Tidak sampai di situ, Ratna juga mencoba menghubungi Kepala Badan Intelejen Negara Sutiyoso untuk mendapatkan tenda. Rencananya Sutiyoso akan mendukung langkah warga penggusuran untuk bertahan.
"Saya ngobrol dengan Pak Sutiyoso yang saat ini sedang berada di Eropa. Beliau mengatakan, nanti saya coba bantu," ungkapnya.
Ratna mengaku membutuhkan sebanyak 20 hingga 25 tenda pleton. Tanpa ragu, dia juga meminta kepada Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi untuk dapat membantu secara moril ataupun memfasilitasi aksi mereka.
"Saya minta 20-25 tenda pleton untuk mereka tinggal, masak dan bersilaturahmi sambil menunggu. Bukan harus tenda TNI, tapi tenda yang sejuk untuk bisa melindungi mereka sementara," tutupnya.