Pernikahan dini jadi tren muda-mudi di Lebak
Rendahnya pendidikan dan kemiskinan penyebab maraknya pernikahan dini di Lebak
Rendahnya pendidikan dan lilitan kemiskinan dituding sebagai penyebab maraknya tren pernikahan usia dini yang terjadi di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Sebab, Pemerintah setempat meluncurkan program-program kesejahteraan, yakni Lebak Sehat, Lebak Pintar dan Lebak Sejahtera. Ketiga program tersebut guna meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Lebak.
"Kami terus melakukan intervensi melalui berbagai program untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat," kata Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lebak, Eka Darmana sdi di Lebak seperti dilansir Antara, Jumat (16/1).
Kabupaten Lebak angka pencapaian IPM masih di bawah rata-rata nasional karena terbukti tingginya kematian ibu dan anak. Selain itu juga minimnya pendidikan serta daya beli masyarakat cukup rendah.
Karena itu, kasus angka pernikahan dini di pelosok-pelosok desa di pedalaman Kabupaten Lebak cukup tinggi. Penyebab tingginya pernikahan dini itu akibat minimnya pendidikan dan mereka rata-rata putus sekolah dasar.
"Kami berharap melalui program yang diluncurkan pemerintah daerah dapat mendorong kesejahteraan masyarakat," katanya.
Menurut dia, pernikahan dini tentu akan berdampak terhadap kualitas keluarga juga menimbulkan gangguan kesehatan. Sebab banyak persalinan usia dini mengalami keracunan maupun pendarahan sehingga mengancam keselamatan jiwa mereka.
"Kami terus menjalin kerja sama dengan Kantor Kementerian Agama melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak terjadi pernikahan dini," katanya.
Dia juga mengatakan pemerintah daerah kini menerbitkan peraturan daerah (Perda) Nomor 02 tahun 2010 tentang pendidikan selama 12 tahun. Perda tersebut sejalan dengan program Lebak Pintar agar masyarakat Kabupaten Lebak ke depan minimal pendidikan tingkat SLTA.
Untuk mendukung perda tersebut, pemerintah daerah mengalokasikan dana bagi siswa miskin agar mereka bisa melanjutkan pendidikan dengan gratis. Pemerintah daerah juga mengintensifkan sosialisasi melalui relawan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) maupun penyuluh Keluarga Berencana.
"Saya kira tujuan Lebak Pintar itu di antaranya untuk mengantisipasi terjadinya pernikahan dini," katanya.
Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Kecamatan Curugbitung Juendi mengatakan pihaknya terus mengoptimalkan sosialisasi dampak dan bahaya pernikahan dini di masyarakat. Pernikahan dini atau usia di bawah umur 20 tahun berisiko terkena kanker leher rahim.
Sebab, pada usia remaja sel-sel rahim belum matang, sehingga nanti berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan. Sedangkan dampak lainnya, kata dia, usia di bawah umur belum memahami hubungan sex juga tujuannya.
"Kami minta orangtua agar tidak menikahkan kepada anaknya yang masih di bawah umur," katanya.
Baca juga:
Sebelum punya anak, lakukan dulu 3 hal ini!
500 Pasutri lanjut usia di Kalteng tak punya buku nikah
Ini cara ampuh bunuh keraguan pada pasangan!
Rahasia bikin istri lebih mendengarkan kata-kata suami
Kejutan sederhana ini bikin suami menangis terharu
5 Alasan orang tua dilarang berteriak pada anak
-
Kapan Diah Permatasari dan suaminya menikah? Mereka mengucapkan janji suci pada tanggal 5 April 1997. Kini, mereka telah menikah selama 24 tahun dan diberkati dengan kedua anak mereka.
-
Di mana pernikahan ini dilangsungkan? Dalam acara sakral yang digelar di Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara itu terlihat pengantin pria bernama Mirza Robert MN Pitt mendatangi rumah mempelai perempuan didampingi sang ibu.
-
Kapan Budi Djiwandono menikahi Milla Gunawan? Pada usia 42 tahun, tepatnya pada 29 Desember 2023, Budi Djiwandono menikahi Milla Gunawan, pasangan hidup yang menjadi pendamping setianya.
-
Kenapa ucapan pernikahan penting? Tak sekedar mengikat janji suci, kedua pasangan juga akan berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan orang terdekat mereka.
-
Kapan Dastia Prajak menikah? Dastia Prajak mengakhiri masa lajangnya pada Maret 2021.
-
Apa yang terjadi dengan pernikahan di Indonesia? Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan.