Perusahaan akui 7 ABK tugboat Charles disandera
Pihak perusahaan juga sedang berkoordinasi bersama dengan KSOP Samarinda dan TNI AL.
Manajemen PT Rusianto Bersaudara, angkat bicara terkait kasus penyanderaan tujuh ABK tugboat Charles 00 di perairan Filipina. Mereka mengakui, sejak kabar penyanderaan mencuat Rabu (22/6) kemarin, mereka sempat menilai kabar itu bohong.
Menurut pihak perusahaan, awalnya memang terjadi simpang siur informasi. Terlebih lagi usai mencuatnya nomor-nomor dalam negeri untuk menghubungi ke Indonesia, yang diduga sindikat penipuan internasional.
Lantas, mengapa PT Rusianto bersaudara menganggap berita soal penyanderaan itu tidak benar pada Rabu (22/6) kemarin?
"Karena dari tracking kami TB Charles menggandeng ponton Robby 152 masih dalam pergerakan dan kecepatan normal. Sehingga asumsi sementara, kabar penyanderaan itu tidak benar," kata Public External Relation Taufik Rahman, kepada wartawan saat memberikan keterangan resminya di kantornya, Jalan Mulawarman, Samarinda, Kamis (23/6) sore.
"Umumnya yang kami pahami, kalau terjadi pembajakan, kapal pasti ditarik atau diberhentikan. Sehingga kemarin, kami berasumsi penyanderaan itu berita tidak benar," ujar Taufik.
Menindaklanjuti pemberitaan yang terus berkembang, pagi tadi, PT Rusianto Bersaudara, sempat menghubungi kru TB Charles 00 yang berada di atas kapal, dan sempat menceritakan kronologi kejadian. Saat ini, koordinasi dengan aparat sedang dalam tahap evaluasi.
"Langkah-langkah lebih lanjut kita ambil dan update selanjutnya. Kita masih tunggu kedatangan kru ke Samarinda untuk keterangan lebih lengkap," terang Taufik.
"Dengan begitu, setelah Rabu (22/6) kemarin, informasi yang kami sampaikan hari ini ke teman-teman sudah dalam kondisi valid," tambahnya.
"Ada enam yang di atas tugboat, sementara tujuh lainnya masih diupayakan untuk dikonfirmasi keberadaannya di tangan mereka (penyandera)," jelasnya.
Terkait dengan aduan istri ABK ke perusahaan, Taufik menyatakan PT Rusianto Bersaudara menyatakan simpati setinggi-tingginya.
"Dengan aduan istri dan keluarga korban, tentu kami bersimpati. Kami tidak sendirian, dan tentu kami berkoordinasi bersama dengan KSOP Samarinda dan TNI AL, yang juga sempat tracking keberadaan kapal pada 22 Juni memang dalam kecepatan normal," ungkapnya.
"Terkait ini, keluarga tentu dalam perhatian khusus dari pihak perusahaan," sebutnya lagi.
Ditanya wartawan soal tuntutan tebusan 20 juta ringgit, Taufik menyatakan itu masih belum jelas. Namun demikian, pihak perusahaan dan aparat terus mencoba konfirmasi agar informasi tuntutan tebusan tidak simpang siur.
"Kita upayakan komunikasi dengan mereka (penyandera). Sempat tersambung tapi terputus. Soal tebusan kita pertimbangkan, karena koordinasi kita dengan aparat terkait, ini juga jadi perhatian nasional," pungkasnya.