PM Australia & Brasil protes hukuman mati buat dongkrak popularitas
Jokowi pun, kata Said, tidak merasa ditekan oleh negara-negara tersebut.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sempat membicarakan eksekusi hukuman mati para terpidana narkoba dengan Presiden Joko Widodo. Menurut Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, para pengedar narkoba dapat menghancurkan generasi bangsa.
"Kita malah kemanusiaan lihat 250 juta orang. Orang bikin pabrik sabu-sabu, apa niatnya? Apa niatnya itu? Akan menghancurkan bangsa ini," ujar Said Aqil di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/2).
Said mengatakan secara kemanusiaan, justru dengan hukuman mati itu dapat menyelamatkan banyak orang dibandingkan yang terkena narkoba lebih banyak. "Nah dari pada miliki kemanusiaan untuk satu orang, 64 orang itu, atau kita bela kemanusiaan 250 juta masyarakat. Itu pun kan yang ketahuan kan 64, tapi saya kira bisa lebih. Berapa korbannya, korban keluarganya. Orangtua yang anaknya pakai narkoba, betapa sedihnya," ujar Aqil.
Said menambahkan, saat bertemu Presiden Jokowi sempat berkomentar terkait banyak negara yang mengkritik keputusan hukuman mati tersebut. Said mengatakan Presiden mengungkapkan jika pemimpin negara yang memprotes itu justru menjadikan sebagai aksi kampanye politik mereka.
"Kata beliau di Australia dan Brasil, perdana menterinya, rating politiknya lagi down. Mengalami tekanan. Supaya dia bisa terdongkrak lagi makanya sikapnya keras. Bahkan di Brasil, kata presiden, di demo. Kalau masalah satu orang saja di hukum mati ribut kayak gitu. Padahal di sini, banyak orang miskin mati kelaparan," ujarnya.
Jokowi pun, kata Said, tidak merasa ditekan oleh negara-negara tersebut. "Enggak apa-apa, silakan aja tekan-tekan," ujarnya.