PMI sebut Indonesia minim tenaga ahli tranfusi darah
Padahal kebutuhan darah Indonesia mencapai 4,7 juta kantong per tahun.
Kebutuhan darah Indonesia mencapai 4,7 juta kantong per tahun. Banyaknya jumlah kebutuhan darah tersebut tak diimbangi tenaga ahli transfusi. Jumlah tenaga ahli di bidang tersebut masih sangat kurang.
Untuk kebutuhan tersebut, Palang Merah Indonesia (PMI) mendorong berdirinya perguruan tinggi (PT) guna mencetak tenaga ahli bidang transfusi darah. Dalam waktu dekat, PMI memastikan ada empat Akademi Teknologi Bank Darah di Kota Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Keempat akademi diploma III tersebut diharapkan dapat memasok kebutuhan tenaga ahli bidang transfusi darah.
Kepala unit tranfusi darah PMI Cabang Solo, dr Titis Wahyuono mengatakan, di usia ke 71 PMI pada 17 September 2016 nanti, di Kota Solo akan berdiri Akademi Teknologi Bank Darah. Untuk sementara akan menerima 30 mahasiswa.
"Launching Akademi Teknologi Bank Darah di Kota Solo rencananya akan dilakukan oleh Ketua Umum PMI Prof Ginanjar Kartasasmita pada puncak HUT PMI ke 71 yang dipusatkan di Kota Solo," ujar Titis, Kamis (15/9).
Titis menjelaskan, dengan empat akademi tersebut, kebutuhan tenaga ahli bidang transfusi darah di Indonesia diperkirakan baru akan terpenuhi pada 20 tahun mendatang. Sehingga PMI mendorong berdirinya sekolah yang menghasilkan tenaga ahli di bidang tersebut.
Titis menambahkan, kebutuhan tenaga ahli bidang transfusi darah, antara kota satu dengan kota lain berbeda. Untuk Kota Solo, misalnya, kebutuhan darah mencapai 130 ribu kantong darah per tahun yang ditangani 100 orang.
"Di Surabaya, kebutuhan darah 400 ribu kantong per tahun ditangani 250 orang," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Titis, kekurangan tenaga ahli bidang transfusi selama ini ditangani dokter umum, patologi klinis, hingga perawat. Kebutuhan darah di Indonesia sebanyak 4,7 juta kantong tersebut masih jauh kata ideal, yakni 5 juta kantong per tahun atau 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
"Untuk wilayah Solo, pasokan darah justru mencapai 20 persen atau di atas rata rata nasional," terangnya.
PMI Solo, lanjut Titis, mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan kabupaten sekitarnya. Bahkan darah yang tersedia juga sering dikirim ke luar daerah di Jawa Timur maupun di luar eks Karisidenan Surakarta.
"Darah dari PMI Solo sering dicari oleh daerah lain. Selain stoknya banyak, peralatan untuk pemrosesan termasuk yang paling canggih di dunia,"'tuturnya.
Puncak HUT PMI akan dipusatkan di Kota Solo, 17 September mendatang. Sejumlah agenda bakal digelar, seperti kunjungan ke Griya PMI Peduli. Tempat tersebut sebagai satu satunya program PMI di Indonesia yang menampung orang gila yang terlantar.