Poeze akan selidiki Tan Malaka pernah menikah di Yogyakarta
Tan dikabarkan pernah menikah di Yogyakarta pada tahun 1935 dan memiliki anak bernama Aqsioma.
Harry A Poeze, mengaku sedang mengembangkan informasi tentang Tan Malaka yang dikabarkan pernah menikah di Yogyakarta pada tahun 1935. Penelitian ini dilakukan untuk pembuktian kebenaran dari keterangan SK Trimurti, istri dari Sajoeti Melik, dalam buku 'Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia' yang ditulisnya tentang alasan Tan Malaka tak menikah.
"Dia (Tan Malaka) tidak kawin karena perkawinan akan membelokannya dari perjuangan. Dia bersikap penuh hormat terhadap perempuan. Dia juga tak pernah berbicara tentang perempuan dalam makna seksual. Dari sudut ini dia seorang yang bersih," kata Sajoeti Melik yang menjalin hubungan baik saat Tan Malaka tinggal di rumah Soebardjo pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 seperti ditulis Poeze dalam bukunya.
Namun, Poeze mengaku mendapatkan informasi dari seorang mantan diplomat yang menyatakan Tan Malaka pernah menikah dengan gadis di Yogyakarta pada tahun 1935 dan memiliki anak bernama Aqsioma.
"Untuk kebenarannya saya akan melakukan penelitian tentang hal terbaru itu, apakah dia benar-benar Tan Malaka ataukah Tan Malaka gadungan. Sebab Tan pernah bersumpah tidak akan pernah kawin sebab akan membelokkan perjuangan," ujar Poeze kepada merdeka.com, usai diskusi bukunya di Kediri, Sabtu (8/2).
Masih menurut Poeze, meski tak pernah menikah, bukan berarti Tan Malaka tak pernah dekat dengan wanita. Paramitha 'Jo' Abdurrachman adalah salah satu wanita yang pernah dekat dengan pria kelahiran Suliki, Sumatera Barat, 1894 itu.
Paramitha berkenalan dengan Tan Malaka saat masih tinggal di rumah Soebardjo. Namun, setelah Tan Malaka tak lagi tinggal di rumah Soebardjo, Paramitha masih kerap bertemu dengannya. Paramitha memiliki rasa kasih dan cinta terhadap Tan Malaka. Ia kerap berbincang lama dan memberi perhatian lebih kepada Tan.
Apalagi, menurut Poeze, dalam pelariannya di luar negeri, Tan Malaka sempat berhubungan khusus dengan sejumlah wanita. Namun, Tan Malaka sadar sebagai tokoh gerakan radikal yang diburu oleh dinas rahasia negara kapitalis seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda, dia tak mungkin bisa menikah.
"Tan Malaka bilang saya orang gerakan radikal dan diburu selalu. Saya harus bisa meloloskan diri karena itu gak ada waktu untuk berkeluarga. Ini nasib seorang revolusioner," kata Poeze.
Menurutnya, saat itu muncul sebutan wanita yang dekat dengan Tan Malaka disebut sebagai kekasih Belanda, kekasih Rusia, kekasih Filipina dan sebagainya. "Tapi nama-namanya saya lupa," kata Poeze.
Dikutip dari 'Tan Malaka: Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah' Karya Masykur Arif Rahman, saat masih berusia 16 tahun Tan Malaka sempat ditawari dua tawaran yakni ditunangkan dengan gadis pilihan keluarga dan diberi gelar nama. Namun saat itu Tan Malaka menolak dijodohkan.
Berdasarkan penuturan teman-temannya, Tan Malaka kala itu tak mau dijodohkan karena telah jatuh cinta kepada satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya, yakni Syarifah Nawawi. Namun cinta itu bertepuk sebelah tangan.
Syarifah akhirnya menikah dengan RAA Wiranatakoesoema, Bupati Cianjur yang saat itu sudah memiliki lima orang anak. Hingga akhir hayatnya,Tan Malaka tak pernah menikah.
Mungkin itu nasib seorang revolusioner yang ingin berbuat bagi kepentingan orang banyak, harus rela mengorbankan kepentingannya, seperti yang pernah dikatakannya.
"Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan dirinya sendiri," kata Tan Malaka.