Polisi bongkar sindikat pemalsu vaksin untuk bayi
Vaksin palsu yang diedarkan di Bogor, Jakarta, Banten dan Jawa Barat itu terdiri dari vaksin hepatitis, campak dan TBC.
Polisi membongkar sindikat penjualan berbagai vaksi palsu yang nantinya digunakan untuk bayi. Vaksin palsu yang diedarkan di Bogor, Jakarta, Banten dan Jawa Barat itu terdiri dari vaksin hepatitis, campak dan tuberkolosis atau TBC.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Brigjen Agung Setya mengatakan pihaknya membekuk 10 pelaku dimana 5 berperan sebagai produsen, 2 orang kurir, 2 penjual sekaligus pemilik apotek di Bekasi. Salah satunya merupakan pasangan suami istri.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
"Kita amankan 10 orang dengan terdiri 5 orang produsen, 2 orang sebagai kurir, 2 orang sebagai penjual termasuk pemilik apotek di Bekasi berinisial J dan satu orang yang mencetak label. Meraka ada yang lulus akademi perawatan, ada juga yang suami istri. Sekarang kita juga baru menangkap 3 orang lagi siang ini di Subang," ujarnya di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (23/6).
Agung mengungkapkan pembuatan vaksin tersebut dengan cara menyuntikkan cairan infus dicampur dengan vaksin tetanus. Di mana hasilnya yakni vaksin palsu untuk hepatitis, BCG, dan campak.
Bahkan, lanjutnya, pihak kedokteran tidak bisa membedakan yang asli dan palsu. "Untuk menyempurnakan (vaksin), dipress dengan alat press kemudian dikemas dan dipacking lalu didistribusikan. Dokter saja susah membedakannya," ujarnya.
"Kita akan minta bantuan dengan kementerian kesehatan, juga minta bantuan dengan memproduksi obat itu yang aslinya, kerjasama ini untuk pastikan ada atau tidaknya orang dalam," sambungnya.
Menurut pengakuan pelaku, kata Agung, pelaku mendapatkan keuntungan hingga puluhan juta per minggu.
"Mereka nggakunya dari tahun 2003. Produsen itu dapat Rp 25 juta dan Rp 20 juta untuk distributor. Paling utama harganya berbeda dengan yang asli, selisih harganya bisa Rp 200.000 hingga Rp 400.000," katanya.
Atas perbuatan para pelaku diancam hukuman kurungan hingga 15 tahun.
"Pelaku kita kenakan Undang-undang tentang Kesehatan dan Undang-undang terhadap Perlindungan Konsumen dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara," pungkasnya.
(mdk/rhm)