Polisi Pastikan Puluhan Warga Desa Wadas Diamankan saat Ricuh Telah Dibebaskan
Menurutnya, tujuan pembangunan bendungan itu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani. Karena dengan tersedianya air dan irigasi teknis yang dibangun menyertai bendungan.
Polisi telah memulangkan sejumlah warga yang sempat diamankan terkait masalah proses pengukuran bakal lokasi Proyek Waduk Bener di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, oleh petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sehingga, sudah tidak ada lagi warga yang dilakukan penahanan.
"Hari ini semua di pulangkan. Semua di pulangkan hari ini," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes M Iqbal Alqudusy dalam keterangannya, Rabu (9/2).
-
Apa masalah yang dihadapi warga di Desa Paja, Lebak akibat musim kemarau? Musim kemarau melanda sejumlah daerah di wilayah Banten. Akibatnya, masyarakat yang terdampak langsung mengalami kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti yang terjadi di Desa Paja, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Di sini, warganya harus rela berjalan kaki sejauh 1 kilometer demi mendapatkan beberapa jerigen air bersih.
-
Apa yang terjadi pada bidan desa itu? Sebelumnya kondisi Safriani sempat melemah, karena penyakit kelumpuhan secara tiba-tiba. Ia pun hanya bisa terbaring lemah dan tidak mampu menjalankan tugas seperti biasa.
-
Apa yang terjadi di Desa Sidomulo, Pekalongan akibat hujan deras? Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Apa yang dilakukan warga Desa Mliwis saat Nyadran? Ratusan warga di sana berkumpul dan makan bersama di area makam leluhur. (Foto: YouTube Liputan6) Tradisi berkumpul bersama itu sudah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur. Mereka berkumpul di kompleks dengan membawa berbagai jenis makanan seperti jajanan pasar, kuliner tradisional, hingga ingkung ayam jago yang dibawa menggunakan tenong, sebuah tempat makan yang terbuat dari anyaman bambu.
-
Kapan hujan deras terjadi di Desa Sidomulo? Sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras.
-
Apa yang ditemukan di desa Abad Pertengahan tersebut? Tim juga menemukan benteng bukit kecil berbentuk oval yang dianggap sebagai kastil kaum bangsawan setempat. Dalam penggalian selama dua pekan tahun ini, kastil beserta parit dan tembok benteng di depannya diperiksa dengan cermat. Tim penggalian berhasil mendokumentasikan lebih dari 2.000 temuan, termasuk tapal kuda, paku besi, genteng, dan sejumlah pecahan tembikar.
Ia pun menjelaskan, terkait peristiwa bentrokan di daerah Wadas, Purworejo itu karena dipicu pro-kontra sesama warga sendiri atas rencana pembangunan bendungan oleh pemerintah.
Menurutnya, tujuan pembangunan bendungan itu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani. Karena dengan tersedianya air dan irigasi teknis yang dibangun menyertai bendungan.
"Melalui bendungan tersebut nantinya lahan daerah sekitar akan menjadi subur, karena terairi secara simultan. Bahan pembangunan bendungan tersebut salah satunya diambil dari wadas yang mengandung andesit," jelasnya.
Ia menyebut, ada 617 warga yang memiliki tanah di daerah Wadas yang akan dibeli pemerintah dengan harga yang menguntungkan. Karena, BPN Jawa Tengah telah menetapkan harga atas tanah sesuai yang berlaku dan dipastikan menguntungkan.
Hasilnya, ada 317 warga di daerah Wadas yang setuju tanahnya itu dibeli dan dibebaskan untuk pembangunan bendungan yang menuai pro-kontra.
"Namun, masih ada warga lainnya yang belum setuju atas rencana pemerintah tersebut. Mereka pun telah diajak dialog oleh Pemprov Jawa Tengah. Bahkan Pemprov Jateng telah meminta Komnas HAM sebagai mediator atas warga yang masih pro-kontra," sebutnya.
"Pihak kontra pun telah menempuh jalur hukum melalui PTUN dan hingga kasasi pun kalah. Sebagian warga yang kontra juga sering meneror warga yang setuju atas rencana pembangunan wadas," sambungnya.
Selain itu, anggota Komnas HAM Beka Ulung Hapsara dikatakannya telah menilai langkah Pemerintah Jateng dalam proses pembangunan bendungan dan negosiasi dengan warga tak melanggar HAM.
Karena, proses dilakukan secara terbuka dan dialog dengan semua komponen, termasuk yang kontra. Sayangnya, mereka menolak untuk berdialog dan cenderung berburuk sangka.
"Langkah BPN yang didampingi petugas kepolisian kemarin adalah ingin mengukur tanah milik 317 warga yang sudah setuju untuk dibeli. Sayangnya, upaya tersebut diprovokasi oleh oknum tak dikenal. Sehingga warga yang kontra emosi, dan menghalang-halangi tim BPN yang akan mengukur tanah," jelasnya.
Ia pun meminta kepada warga Wadas untuk tidak mudah untuk terprovokasi oleh sejumlah orang yang memang tidak dikenalnya atau tak jelas.
"Sebaiknya warga Wadas terus bermusyawarah agar tetap rukun dan harmonis desanya. Jangan mau diprovokasi oleh orang yang tak jelas. Jangan juga mau diadu sesama warga. Kepolisian akan menjamin kenyamanan dan keamanan semua warga Wadas," tuturnya.
Hoaks Soal Aparat Kepung Warga di Dalam Masjid
Selain itu, pihaknya membantah terkait dengan beredarnya video jika aparat melakukan pengepungan terhadap warga yang sedang bermujahadah di dalam Masjid. Menurutnya, informasi itu tidaklah benar atau hoaks.
"Hoaks 1 di akun ini, provokatif. Faktanya, saat akan pengukuran tanah masa kontra berkumpul dan menunggu di depan masjid, ada yang bawa sajam. Saat lewat, ada yang lempar batu dari tingkat 2," tegasnya.
"Massa pro mengejar mereka, dan ada yang lari ke dalam masjid pakai celana pendek juga.
(liat videonya, posisi polisi membelakangi masjid, polisi justru mengamankan orang di dalam masjid dari serangan massa pro yang kejar massa kontra) jangan di balik balik," sambungnya.
Tepis Soal Warga Ditangkap Mengalami Pemukulan
Selanjutnya, dirinya juga menepis soal adanya video yang menyebut beberapa warga saat ditangkap mengalami pemukulan, padahal mereka juga tidak melawan.
Video yang beredar itu disebutnya sepotong-potong. Akan tetapi dirinya tak menampik, soal pengamanan yang dilakukan pada Selasa (8/2) kemarin di Desa Wadas. Namun, dirinya meminta agar masyarakat tidak terprovokasi dan lebih cerdas menyikapi tampilan pada sebuah video.
"Dalam kegiatan pengamanan dan pendampingan tersebut petugas gabungan sebelum masuk Desa Wadas, telah terus melaksanakan imbauan-imbauan agar selalu menjaga Kamtibmas, menghormati hak warga yang lain yang sudah memilih setuju dengan opsi pengukuran," paparnya.
"Dan jika ada warga yang tidak setuju agar gunakan cara yang damai jauhi kekerasan, namun kenyataannya pada saat proses pengukuran ternyata didapati sekelompok warga yang mengancam kelompok yang lain yang setuju pengukuran dan memprovokasi," tambahnya.
Saat itu, petugas gabungan sempat mengamankan 23 orang yang didapati membawa senjata tajam serta melakukan aksi provokasi di lokasi pengukuran.
"Ke 23 orang tersebut saat akan di amankan sengaja berlindung di rumah-rumah penduduk, dan juga sengaja menjadikan anak-anak dan wanita sebagai tameng agar tidak ditangkap petugas. Cara-cara seperti ini sudah mereka lakukan pada april 2021," tuturnya.
"Karena keberadaan mereka sudah membahayakan jiwa dan harta benda warga lainnya, akhirnya petugas reserse melakukan upaya penangkapan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan dan sesuai SOP," tambahnya.
Warga Diamankan Saat Makan
Tak hanya menepis dua kabar tersebut, pihaknya juga menyebut hoaks atau tidak benar adanya warga yang diamankan oleh petugas saat sedang makan.
"Kronologisnya faktanya, team opsnal bersama anggota Polsek Bener Polres Purworejo telah mengamankan orang yang sedang memotret atau mengambil gambar kegiatan kepolisian dengan identitas MS," ujarnya.
Hal itu pun berawal dengan adanya gambar atau foto-foto kegiatan Kepolisian Resor Purworejo yang diunggah oleh akun-akun medsos (IG Wadas, group Whatsapp Seperjuangan Wadas dll) dengan diikuti narasi disebut bersifat provokatif.
Lalu, pada Selasa (8/2), sekira pukul 07.00 Wib, team opsnal dan petugas Polsek Bener melihat adanya orang yang bernama MS sedang akan mengambil foto atau gambar dan berboncengan dengan istrinya.
Diduga akan mengambil gambar yang akan diunggah dengan disertai narasi provokatif tersebut, maka MS diamankan. Namun, pada saat diamankan handphone saudara MS dibawa oleh istrinya dan meninggalkan MS dengan membonceng orang lain.
"Setelah dilakukan wawancara terhadap saudara MS, mengakui memiliki akun medsos berupa Whatsapp group dan tidak memiliki akun IG ataupun yang lain, serta memiliki tanah namun belum bersertifikat. Saudara MS juga termasuk orang yang menentang pengukuran tanah di Desa Wadas. Saudara MS juga aktif mengantar persidangan PTUN di Semarang," ungkapnya.
Pria itu disebut Iqbal juga aktif dalam Whatsapp group 'Seperjuangan Wadas' serta mengetahui adanya Instagram Wadas. Lalu, untuk handphone miliknya yang sempat dibawa oleh istrinya itu belum ditemukan oleh petugas.
"Pada saat diajak ke Polsek Bener, handphone diambil istri dan keterangan istri tertinggal di Pos Wadas. Namun dicari tidak ditemukan. Saudara MS yang dilihat petugas mengambil gambar atau foto lalu diamankan untuk dilakukan wawancara/interogasi," katanya.
Baca juga:
Mahfud MD: Desa Wadas Mencekam Tak Benar, Gesekan Terjadi Antar Warga Sendiri
Kasus Lahan di Wadas, Cak Imin: Saya WA Kapolri agar Dialog ke Warga yang Menolak
Istana Evaluasi Pengerahan Aparat di Desa Wadas
Ini Proyek Bendungan Bener & Pertambangan di Warga Desa Wadas
PDIP Soal Konflik Lahan di Wadas: Itu Urusan Administrasi, Jangan Diurus Polisi