Polisi sampai pejabat negara heran, warga malah selfie saat ada bom
Saat ledakan terjadi di kedai Starbucks dan di pos polisi Sarinah, ratusan warga ramai-ramai mendatangi lokasi.
Aksi teror terbuka yang terjadi di kawasan Jalan MH Thamrin disebut Polri merupakan yang pertama kalinya terjadi di Indonesia. Jumlah korban seharusnya bisa diminimalisir jika masyarakat tidak mendatangi lokasi kejadian dan malah sibuk mengabadikan sambil berfoto selfie.
Saat ledakan terjadi di kedai Starbucks dan di pos polisi Sarinah, ratusan warga ramai-ramai mendatangi lokasi. Bukannya menolong korban, mereka memfoto-foto lokasi kejadian. Kumpulan orang itu akhirnya buyar ketika dua teroris melepaskan tembakan dan membuat salah satu orang terkena tembakan di pelipis kiri.
Saat aksi bakutembak terjadi, kerumunan massa masih berada di sekitar lokasi. Mereka menyaksikan adegan tembak menembak dari jarak kurang 100 meter. Keberadaan masyarakat inilah yang dinilai membahayakan.
Anggota Polair, AKBP Untung Sangaji salah satu aparat yang menolong korban ledakan di pos polisi dan terlibat baku tembak dengan teroris menyindir perilaku masyarakat yang cuek pada korban aksi teror yang jelas-jelas membutuhkan pertolongan.
"Orang bukan tolong tapi selfie-selfie dan foto-foto. Luar biasa orang Indonesia," kata Untung di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta, Senin (18/1).
Untung mengatakan, saat aksi teror berlangsung ada korban yang tertembak akibat mengabadikan gambar melalui telepon genggam. Korban berada 4 meter tepat di hadapannya. Hanya saja, dia tidak menyebut siapa korban yang dimaksud.
"Awalnya, ada korban di dekat pos, mereka foto-foto malah ada yang selfie, dan tiba-tiba ada yang jatuh kakinya kejang-kejang. Saya ambil korban, cari ambulans dapatnya mobil patroli," ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPR Ade Komarudin juga menyoroti soal animo masyarakat yang justru berbondong-bondong datang ke lokasi kejadian saat terjadi baku tembak dalam upaya melumpuhkan teroris. Atas dasar itu, dia mendorong adanya standar aturan agar masyarakat tak diperbolehkan datang ke lokasi kejadian menonton secara langsung peristiwa yang membahayakan.
"Tentu ada hal yang harus kita perhatikan bahwa tidak boleh terjadi lagi di masa yang akan datang pada saat kejadian seperti itu masyarakat menonton," kata Ade di Gedung DPR, Jakarta, Senin (18/1).
Dengan adanya aturan tegas, Ade menilai masyarakat yang berada di sekitar lokasi kejadian akan terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Semisal terkena peluru nyasar ataupun terkena bom.
"Bayangkan sedang mengejar teroris itu sangat mengkhawatirkan, kita harus bikin SOP agar korban tidak banyak karena kelalaian," tegasnya.