Pria lumpuh & tak bisa bicara ini jual perkakas,bisa beli Harley
Kisah inspiratif dan perjuangan gigih ditunjukkan Wisono demi menyambung hidup tanpa meminta-minta.
Kisah inspirasi perjuangan tanpa lelah ditunjukkan oleh Wisono Basuki, berusia sekitar 50 tahun yang tinggal di Kota Malang. Meski dalam kondisi lumpuh kakinya dan tak bisa bicara, Wisono bekerja dengan berjualan perkakas dapur hingga dia mampu membeli motor Harley Davidson, meskipun motor keluaran lama.
Demi menyambung kehidupan, Wisono Basuki berjualan alat-alat dapur, alat pijat dan mainan anak dari kayu. Menariknya, dia berjualan menggunakan sepeda motor Harley Davidson, yang dipenuhi tulisan dan stiker. Tulisan dan stiker yang menutupi hampir seluruh bodi motor itu bukan sembarangan hiasan. Terpampang di antaranya tulisan, 'Pramuka Luar Biasa' dan 'Basuki cari uang untuk membeli sepeda motor HD'.
merdeka.com bertemu dengan Wisono Basuki di sebuah warung di Malang, Minggu (26/1). Kami mencoba menghampiri Wisono dan melakukan wawancara. Ada kendala karena Wisono ternyata tidak dapat bicara, tapi mengerti jika diajak komunikasi. Kemudian datang seorang lelaki teman dekat Wisono yang menjadi perantara pembicaraan kami.
Wisono Basuki menderita cacat sejak lahir, kakinya lumpuh dan tidak bisa bicara. Meski cacat, dia tidak mau menyerah dan ingin selalu mandiri. Dia buktikan kegigihannya itu dengan berjualan alat-alat dan mainan dari kayu. Awalnya pria yang beralamat di Jalan JA Suprapto III/93 Kota Malang itu berjualan menggunakan sepeda kayuh, hingga akhirnya dia bisa membeli sepeda motor Harley Davidson.
Motor gede itu dia gunakan sebagai sarana jualannya sehari-hari. Awal-awal dia jualan dia harus dibopong karena keterbatasan fisiknya, namun hal itu tak menyurutkan semangatnya. Dia tidak mau meminta-minta ataupun diberi uang oleh orang.
Sikapnya tidak mau minta-minta kami lihat di warung pada perjumpaan tersebut. Saat itu, Wisono sambil merangkak keluar dari sebuah rumah makan di Kota Malang. Seorang pengunjung rumah makan yang merasa iba mencoba memberi dia uang namun dia mengabaikan. Dia kemudian duduk di teras rumah makan dengan memainkan mainan kayu, barang dagangannya.
Dia baru mau menerima uang jika orang lain membeli barang dagangannya. Dia menjual alat-alat itu dengan harga 20 ribuan dengan omzet tak menentu.