Produsen Tekstil Tanah Air Disarankan Gunakan Kapas Amerika
Produsen tekstil di Indonesia disarankan agar menggunakan kapas dari Amerika Serikat yang kualitasnya telah diakui dunia. Dengan kapas berkualitas tersebut, diyakini akan menaikkan nilai jual produk, sekaligus memperluas pasar tujuan ekspor.
Produsen tekstil di Indonesia disarankan agar menggunakan kapas dari Amerika Serikat yang kualitasnya telah diakui dunia. Dengan kapas berkualitas tersebut, diyakini akan menaikkan nilai jual produk, sekaligus memperluas pasar tujuan ekspor.
Saran tersebut mengemuka dalam seminar yang diselenggarakan oleh Cotton Council International (CCI) dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Alila Hotel, Solo, Selasa (25/2).
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Dimana ditemukannya pecahan tekstil tenunan yang mengindikasikan manusia mengenakan pakaian? Sebagai contoh, di pemukiman kuno Çatalhöyük, Turki, para arkeolog menemukan pecahan tekstil tenunan dari serat tumbuhan yang diyakini berusia sekitar 8.500 tahun, mengindikasikan manusia pada waktu itu sudah memproduksi dan mengenakan pakaian.
-
Bagaimana batik Jetis berkembang hingga kini? Seiring perjalanan waktu, perdagangan di pasar Jetis semakin ramai. Banyak pedagang asal Madura menyukai batik tulis buatan warga Jetis. Mereka sering memesan batik tulis dengan permintaan motif dan warna khusus khas Madura. Batik tulis asal Jetis ini kemudian juga dikenal orang sebagai batik corak Madura.
-
Kenapa Museum Tekstil didirikan? Pakaian modern kemudian mulai dilirik dan menjadi tren baru, terutama di kalangan anak muda. Toko-toko busana kala itu mulai menjual berbagai jenis fashion seperti kemeja, kaus berkerah hingga celana cutbray. Usut punya usut, perubahan tren berpakaian ini karena masifnya kebudayaan barat yang mulai masuk di Indonesia.
-
Apa yang dikoleksi Museum Tekstil? Mengutip Instagram Parekraf Jakbar, sampai dengan 2023 kemarin, Museum Tekstil memiliki koleksi hingga 1914 kain tradisional. Kain-kain tersebut terdiri dari berbagai jenis dan bahan seperti tenun, batik, kontemporer dan campuran dari berbagai daerah.
-
Mengapa fast fashion disebut sisi gelap industri fashion? Di balik pakaian-pakaian yang trendy, ternyata hal tersebut termasuk jenis fast fashion yang menjadi sisi gelap industri ini. Mengapa dikatakan sisi gelap? Pasalnya, fast fashion seringkali merugikan banyak aspek, salah satunya lingkungan.
"Penggunaan cotton USA membuka peluang ekspor yang lebih luas ke banyak negara, termasuk ke Amerika sendiri. Ini merupakan win-win solution antara Indonesia dengan Amerika," ujar perwakilan Program Representative Indonesia CCI Dr Anh Dung (Andy) Do.
Menurut Andy, saat ini sudah semakin banyak industri tekstil Tanah Air yang menggunakan kapas AS, utamanya yang berskala besar dan berorientasi ekspor. Di Solo hampir semua pabrik tekstil besar, seperti Sritex, Duniatex, Danliris dan lainnya menggunakan kapas Amerika.
"Ini dikarenakan mereka paham akan kualitasnya yang lebih tinggi bila dibandingkan kapas dari Brasil, Afrika, India, China dan Pakistan," katanya.
Selain ketiga perusahaan itu, dikatakannya, ada sekitar 50 perusahaan yang sudah menggunakan cotton USA. Setiap tahun nilai impor kapas AS ke Indonesia mencapai 400-500 juta US Dolar.
Hal itu berimbas pada kepercayaan terhadap produk tekstil nasional. Saat ini tidak sedikit perusahaan garmen yang sudah menjalin kerja sama dengan pemegang merek ternama dalam hal kegiatan produksi.
"Desain, warna dan sebagainya dari mereka dan manufakturnya di Indonesia," kata Andy.
Perkembangan tersebut sangat menggembirakan, apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin ekspor teksil dan produk tekstil terus ditingkatkan. Jokowi juga ingin industri ini menjadi prioritas karena kemampuannya menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Wakil Ketua API Jawa Tengah, Liliek Setiawan menyampaikan, dalam beberapa tahun terakhir ekspor tekstil Indonesia juga telah menembus pasar China. Hal tersebut merupakan kemajuan yang signifikan, mengingat dulu Indonesia lebih banyak menjadi pasar dari produk tekstil dari negeri tirai bambu itu.
"Hanya saja sekarang sedikit terhambat karena virus Corona," katanya.
Namun, Andy optimistis dalam satu atau dua tahun lagi akan ditemukan antivirus Covid-19 itu. Setelah itu ekonomi China berangsur normal kembali.
Menurut Lilik, seminar ini merupakan bagian dari komitmen CCI dalam memperkuat industri tekstil Indonesia dan meningkatkan kesadaran para produsen akan kualitas kapas asal AS dan teknologi yang digunakan dalam industri tekstil di Indonesia maupun di luar negeri.
Ketua API, Jemmy Kartiwa menambahkan, dalam industri ini sangat penting bagi para pelakunya untuk memahami pentingnya menggunakan bahan dan teknologi yang berkualitas selama proses produksi. Oleh karena itu, dia sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan CCI dan komitmennya untuk meningkatkan kesadaran pelaku penting dalam industri ini akan hal itu.
"API juga akan selalu mendorong mereka untuk terus belajar, karena pemahaman mereka akan industri ini tentunya akan membawa dampak yang baik untuk perkembangan bisnis mereka," jelasnya.
Seminar tersebut diikuti para pengusaha tekstil dari wilayah eks Karisidenan Surakarta. Selain Perwakilan CCI Indonesia, Anh Dung (Andy) Do, juga dihadiri Ketua API, Jemmy Kartiwa, Pakar Teknologi Tekstil dari Rieter India, Jagadish Gujar, dan Konsultan Teknologi CCI, Vijay Kumar.
Baca juga:
Tekan Impor Bahan Baku Tekstil, Jokowi Resmikan Pabrik Viscose Rayon di Riau
Jokowi Resmikan Pabrik Viscose Rayon Terintegrasi Terbesar di Indonesia
Bertemu Bos BKPM, Pengusaha Mengeluh Kondisi Industri Tekstil Makin Mengkhawatirkan
Upah Buruh di Jawa Barat Mahal, Industri Tekstil Pindah Pabrik ke Jateng dan Jatim
Tak Hanya Serbuan Impor, Ini Penyebab Perusahaan Tekstil RI Gulung Tikar