Profil Deddy Corbuzier dan Idris Sardi: Dua Tokoh Pemilik Pangkat Tituler
Pangkat tituler diberikan kepada warga negara yang diperlukan dan bersedia untuk menjalankan tugas jabatan keprajuritan tertentu di lingkungan TNI.
Pemberian pangkat Letnan Kolonel Tituler TNI AD (Angkatan Darat) kepada Deddy Corbuzier menjadi sorotan publik. Baru-baru ini sang mentalist disematkan pangkat itu oleh Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Deddy sebagai influencer dinilai punya kelebihan khusus terkait komunikasi di media sosial. Selain itu, dia dianggap bisa mengamplifikasi hal-hal terkait militer dan pertahanan RI.
-
Kenapa penampilan Deddy Corbuzier menarik perhatian? Penampilan Deddy sempat bikin pangling karena diet ketatnya berhasil. Pada akhir 2022, Prabowo mengangkat Deddy Corbuzier sebagai Letnan Kolonel Tituler Terbaru, penampilan Deddy Corbuzier kembali menarik perhatian terutama di bagian dagu.
-
Kenapa Deddy Corbuzier merasa perutnya buncit? Deddy mengungkapkan bahwa ototnya sudah tidak seperti sepuluh tahun lalu. Ia mengakui memiliki "dad bod" atau perut buncit seperti umumnya dimiliki oleh para bapak. Deddy juga menegaskan bahwa perutnya tidak lagi memiliki six-pack seperti dulu.
-
Mengapa Meyden tersinggung dengan pernyataan Deddy Corbuzier? Meyden merasa tersinggung dan membantah informasi tersebut. Sebagai akibatnya, Meyden memutuskan untuk tidak ingin podcastnya ditayangkan di kanal Deddy Corbuzier.
-
Siapa yang memberi gelar Letkol Tituler kepada Deddy Corbuzier? Deddy Corbuzier, seorang selebriti Indonesia, diberi pangkat Letnan Kolonel Tituler TNI Angkatan Darat dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
-
Siapa yang membuat Deddy Corbuzier berubah? Penampilan Deddy sempat bikin pangling karena diet ketatnya berhasil.
-
Bagaimana perubahan penampilan Deddy Corbuzier bisa terjadi? Penampilan Deddy sempat bikin pangling karena diet ketatnya berhasil.
Ternyata, pangkat Tituler bukan kali pertama diberikan kepada warga sipil. Sebelum Deddy, maestro biola dan musisi legendaris Indonesia, Idris Sardi, pernah diberikan pangkat yang sama pada tahun 1996. Alasannya, Idris dipercaya untuk melatih korps musik TNI AD.
Pangkat Tituler
Dasar hukum pemberian pangkat Tituler adalah peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI. Menurut PP itu, pangkat tituler merupakan salah satu pangkat TNI khusus selain pangkat lokal.
Penjelasan Pasal 5 ayat (2) huruf b menuliskan bahwa pangkat tituler adalah pangkat yang diberikan kepada warga negara yang sepadan dengan jabatan keprajuritannya. Adapun jabatan yang dipangku orang dengan pangkat tituler, serendah-rendahnya Letnan Dua.
Pangkat tituler diberikan kepada warga negara yang diperlukan dan bersedia untuk menjalankan tugas jabatan keprajuritan tertentu di lingkungan TNI.
Tugas jabatan keprajuritan tertentu tersebut merupakan tugas jabatan di lingkungan TNI yang mutlak diduduki perwira, seperti perwira rohani atau perwira korsik.
Penggunaan pangkat tituler sendiri hanya berlaku selama penerima memangku jabatan keprajuritan. Setelah orang yang menerima pangkat tituler tak lagi memangku jabatan keprajuritan, maka pangkat tersebut akan dicabut.
Pasal 29 PP Nomor 39 Tahun 2010 juga menjelaskan penerima pangkat tituler akan mendapatkan perlakuan administrasi terbatas selama masih memangku jabatan atau pangkat belum dicabut.
Berikut dua tokoh pemilik pangkat Tituler itu:
Deddy Corbuzier
Deddy Corbuzier alias Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo dikenal sebagai seorang praktisi mentalis ternama Indonesia.
Pria kelahiran di Jakarta, 28 Desember 1976 ini, pernah melakukan aksi menegangkan dengan mengendarai kendaraan dalam posisi mata tertutup, selain itu Deddy juga pernah melakukan tebak headline media massa yang ditentukannya sebelum media itu diterbitkan.
Deddy pernah menerima Merlin Award untuk Mentalis Terbaik Dunia dua kali berturut-turut. Deddy memulai debutnya di pertelevisian dengan tampil dalam acara Impresario 008 di RCTI pada tahun 1998.
Salah satu aksi spektakuler Deddy adalah saat ia menangkap peluru yang keluar dari sebuah senjata api. Namun, membuat Deddy harus berurusan dengan kepolisian. Kabarnya, izin untuk beraksi dengan pistol itu kurang lengkap, akhirnya Deddy meminta maaf.
Deddy mengakhiri masa lajangnya dengan Kalina Oktarani atau lebih akrab disapa Kalina pada 25 Februari 2005, dan telah dikaruniai seorang anak, Askanio Nikola Corbuzier. Namun, dengan Kalina ia telah bercerai dan kini menikahi model Sabrina Chairunnisa.
Selain atraksi sulap di Indonesia, Deddy sempat membuat terobosan baru. Ia membuat sebuah acara yang mencari talenta-talenta sulap di Indonesia lewat acara The Master. Dirinya juga eksis menjadi host acara Hitam Putih.
Pada awal Januari 2013, dia membuat gebrakan dengan menggelar show tunggal pertamanya bertajuk Deddy Corbuzier’s The Mentalist di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Dalam pertunjukan itu, Deddy benar-benar mengeluarkan semua kemampuan mulai dari prediksi hingga trik-trik berbahaya. Semisal melempar pisau ke arah sasaran tanpa melihat atau dengan mata tertutup.
Deddy pernah menulis, menyutradarai, dan membintangi film aksi berjudul Triangle The Dark Side pada tahun 2016. Deddy juga dikenal sebagai seorang YouTuber.
Setelah mundur dari dunia persulapan, Deddy aktif membuat video siniar berjudul Close The Door dan Somasi di saluran YouTube miliknya. Pada Desember 2021, saluran tersebut kini memiliki lebih dari 19 juta pelanggan dan videonya kerap dilihat jutaan penonton.
Deddy adalah seorang mualaf. Dia memeluk agama Islam pada Jumat 21 Juni 2019, tepatnya usai pelaksanaan salat Jumat di Masjid Al-Mbejaji, Pondok Pesantren Ora Aji, di Yogyakarta.
Idris Sardi
Idris Sardi adalah salah seorang maestro biola dan musisi legendaris Indonesia. Sebagai seorang musisi, ia telah melahirkan karya-karya fenomenal yang menginspirasi bagi para musisi muda.
Idris Sardi lahir di Jakarta pada 7 Juni pada 1938 . Ia lahir dari keluarga yang berdarah seni. Ayahnya, M. Sardi. Adalah seorang pemain biola RRI Studio Jakarta. Sementara itu, ibunya, Hadidjah, juga seorang bintang film.
Tidak hanya karya-karyanya yang monumental, tetapi perjalanannya sebagai seorang musisi pun menarik untuk diikuti. Ada banyak cerita inspiratif yang bisa dipetik ayah Lukman Sardi ini.
Idris kecil mendapatkan kesempatan untuk belajar bermain biola pada Nicolai Vorfolomeyeff, seorang musisi asal Rusia yang juga turut memimpin Orkes RRI di Jakarta.
Idris kecil muncul pertama kali sebagai pemain biola pada 1949 di Yogyakarta. Saat itu, ia mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton dan sempat dijuluki anak ajib karena bisa bermain biola di usianya yang masih sangat belia.
Menyadari potensi besar yang dimiliki anaknya, ayah Idris semakin mendorongnya untuk terus belajar bermain gitar. Akhirnya, ia masuk Sekolah Musik Indonesia (SMIND) di Yogyakarta, pada 1952.
Sebenarnya, sekolah tersebut diperuntukkan bagi anak SMP sederajat, tetapi berkat kemampuannya bermain biola, ia diterima sebagai siswa SMIND. Pada saat itu juga, orkes siswa pimpinan Nicolai Varvolomejeef memercayai Idris sebagai concert master, bersanding dengan Suyono, yang saat itu rata-rata usia siswa SMIND di atas 16 tahun.
Pada tahun 1953, sang ayah, M. Sardi, meninggal dunia. Saat itu, usia Idris yang baru menginjak 16 tahun harus menggantikan sang ayah sebagai violis pertama dari Orkes RRI Studio Jakarta pimpinan Saiful Bahri. Hal ini yang kemudian membuat nama Idris Sardi mulai dikenal masyarakat luas, tidak hanya Indonesia, tetapi juga mancanegara.
Pada era 1960-an, Idris Sardi beralih dari dunia musik serius ke komersialisasi. Keputusan ini membuat para pengamat menuding bahwa Idris dianggap sebagai “pelacur” karena telah berpindah ke musik mainstream atau populer. Namun, Idris membela diri karena itu adalah keputusan yang realistis untuk tetap bisa hidup dari profesi yang dijalaninya.
Terlepas dari itu, Idris Sardi telah melahirkan karya-karya monumental yang menginspirasi kalangan musisi saat itu. Idris sukses sebagai ilustrator dan penata musik film. Bahkan, Idris berulang kali mendapatkan Piala Citra sebagai Penata Musik Terbaik.
Beberapa karya Idris Sardi yang mendapat penghargaan film bergengsi ini, di antaranya Perkawinan (1973), Doea Tanda Mata (1985), Pengantin Remaja (1971), dan Cinta Pertama (1974). Melalui karya-karya tersebut, Idris Sardi semakin dikenal oleh masyarakat luas dan dianggap sebagai salah seorang musisi besar Indonesia.
Perjalanan karier Idris tidak berhenti di situ, ia terus diminta sebagai ilustrasi film dengan berbagai genre. Total, Idris telah terlibat dalam 189 proyek film.
Sepanjang hidupnya, Idris Sardi terus menginspirasi bagi para musisi muda. Hingga usia yang tidak lagi muda, ia terus bermain biola. Bahkan, ia kerap berbagi ilmu dengan para juniornya, seperti Addie MS, Candra Darusman, Yockie, Keenan Nasution, dan musisi lainnya.
Tepat pada 26 April 2014, musisi legendaris nan karismatik itu mengembuskan napas terakhirnya. Meski telah tiada, ia terus dikenang oleh masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan musisi, sebagai salah seorang maestro biola. Berkat karya-karyanya, ia menjadi sosok yang begitu menginspirasi.
(mdk/lia)